Penulis

Lihat Semua
Marion Stroud

Marion Stroud

Marion Stroud mulai menulis bagi Our Daily Bread untuk edisi September 2014. Ia tinggal di Bedford, Inggris, dan mengajar lintas budaya di Media Associates International. Ia telah menulis buku-buku populer tentang doa yang diterbitkan oleh Discovery House Publishers.

Artikel oleh Marion Stroud

Apa yang Kuberikan bagi-Nya?

Suatu tahun di sebuah gereja, panitia yang bertanggung jawab atas dekorasi Natal memutuskan untuk menggunakan tema “Daftar Permohonan Natal”. Mereka tidak memakai dekorasi dengan hiasan-hiasan berkilauan emas dan perak seperti yang lazim digunakan, tetapi memberi setiap jemaat selembar label berwarna merah atau hijau. Setiap orang diminta menuliskan pada satu sisi dari label itu daftar hadiah yang ingin mereka terima dari Tuhan. Di sisi lainnya, mereka menuliskan daftar hadiah yang akan mereka berikan kepada Dia, Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya mereka rayakan.

Semua Boleh Datang!

Malam pemutaran film yang sudah lama didoakan untuk diadakan di persekutuan pemuda gereja itu akhirnya tiba juga. Poster telah dipajang di seluruh penjuru kota dan pizza sudah siap dihidangkan. Steve, pembina kaum muda gereja itu, berharap bahwa film tentang para anggota geng di New York yang mengenal Yesus setelah dilayani oleh seorang pendeta muda itu akan membawa banyak jiwa baru ke dalam persekutuan pemudanya.

Membuka Mata

Emil adalah seorang tunawisma yang sepanjang tahun selalu menunduk dan memandangi trotoar sambil menyusuri jalanan kota hari demi hari. Ia malu untuk bertatap muka dengan orang lain, karena ia takut akan bertemu dengan orang-orang yang mengenal-nya sebelum ia menjadi tunawisma. Namun lebih dari itu, ia menunduk terus dengan maksud mencari-cari uang receh yang jatuh di jalan atau sisa puntung rokok. Karena kebiasaan Emil yang selalu memandang ke bawah, tulang belakangnya mulai terbentuk permanen dengan posisi merunduk sehingga ia menemui kesulitan untuk meluruskan badannya kembali.

Menerima Sebuah Pelajaran

Mary adalah seorang janda yang sedang mengalami masalah serius dengan kesehatannya. Mary diajak pindah oleh putrinya ke kompleks apartemen baru untuk orang lanjut usia yang terletak di sebelah rumah sang putri. Meski Mary harus tinggal jauh sekali dari teman-teman dan kerabatnya yang lain, ia tetap bersukacita atas pemeliharaan Allah.

Saatnya Bertumbuh

Di rumah barunya, Debbie menemukan sebatang tanaman yang tidak terurus di suatu sudut dapur yang gelap. Dedaunan yang sudah berdebu dan koyak tersebut sepertinya berasal dari tanaman anggrek kumbang, dan ia membayangkan indahnya tanaman itu apabila bunga-bunganya kembali mekar. Ia pun memindahkan pot tanaman itu ke dekat jendela, memangkas daun-daunnya yang mati, dan menyiraminya dengan rajin. Ia membeli dan menebar pupuk pada akar-akarnya. Minggu demi minggu, ia memeriksa tanaman itu, tetapi tidak ada tunas baru yang muncul. “Akan kuberikan waktu sebulan lagi,” kata Debbie kepada suaminya, “bila masih tak ada perubahan, akan kubuang saja tanaman itu.”

Keharuman Kristus

Dari kelima indra manusia, manakah yang paling kuat dalam membuat Anda terkenang akan sesuatu? Bagi saya sudah pasti indra penciuman. Bau dari sejenis minyak pelindung sinar matahari langsung membawa saya teringat pada sebuah pantai di Prancis. Bau makanan ayam mengingatkan saya pada masa kecil saat saya berkunjung ke rumah Nenek. Sekilas saja harum pinus membuat saya membayangkan tentang Natal, dan wewangian dari sebuah merek aftershave (semacam losion yang dipakai setelah bercukur) mengingatkan saya tentang masa remaja putra saya.

Jalan Tuhan

Kami sungguh membutuhkan petunjuk dari Allah. Kami diminta mengasuh dua anak kecil untuk sementara waktu selama tiga bulan dan kami harus memberikan keputusan. Karena kami sudah mempunyai tiga anak kandung, menjadi orangtua angkat bagi anak balita tampaknya tidaklah sesuai dengan rencana hidup kami. Kemudian kami membaca renungan karya seorang misionaris veteran, Amy Carmichael, yang mengarahkan kami pada beberapa ayat yang asing di kitab Bilangan pasal ke-7.

Mari Masuk

Rumah Jenny terletak di tepi jalan kecil yang menyusuri pedesaan. Pada jam-jam sibuk, jalan kecil itu sering dilalui para pengendara yang ingin menghindari jalan besar dan lampu lalu lintas. Beberapa minggu lalu, sejumlah pekerja datang untuk memperbaiki jalan kecil yang sudah rusak parah itu. Mereka membawa pembatas-pembatas berukuran besar dan rambu-rambu bertuliskan “Dilarang Masuk”. “Semula saya khawatir saya tidak akan dapat mengeluarkan mobil sampai jalan itu selesai diperbaiki,” kata Jenny. “Namun setelah membaca lagi rambu-rambu itu dengan lebih saksama, saya baru menyadari bahwa yang tertulis sebenarnya, “Dilarang Masuk: Akses Hanya Bagi Penghuni”. Tidak ada penghalang atau pembatas yang mengharuskan saya berputar arah. Saya berhak masuk dan keluar kapan saja karena saya tinggal di sana. Saya merasa sangat diistimewakan!”

Kata-Kata yang Sembrono

Kesehatan putri saya sering bermasalah akhir-akhir ini, dan suaminya sangat memperhatikan dan mendukungnya. “Kamu sungguh beruntung!” kata saya.