Month: September 2018

Menyingkap Rahasia

Setibanya di rumah setelah seharian bekerja, saya melihat sepasang sepatu hak tinggi untuk wanita di sebelah garasi. Saya pikir saya tahu siapa pemilik sepatu itu. Jadi saya menaruhnya di dalam garasi untuk kemudian saya berikan kepada putri saya, Lisa, saat ia datang untuk menjemput anak-anaknya. Namun, setelah ditanyakan kepada Lisa, sepatu itu ternyata bukan miliknya. Bahkan tak seorang pun di keluarga kami merasa memiliki sepatu itu. Saya pun menaruh sepatu itu di tempat saya menemukannya. Keesokan harinya, sepatu itu hilang. Sungguh misterius.

Menuai di Ladang

Seorang teman asal Tanzania memiliki visi untuk membeli sebidang tanah kosong di ibu kota Dodoma. Setelah menyadari kebutuhan dari sejumlah janda di lingkungan itu, Ruth ingin mengubah tanah yang tidak terpakai itu menjadi tempat untuk beternak ayam dan bercocok tanam. Visinya untuk membantu mereka yang berkekurangan itu berasal dari kasihnya kepada Allah, dan terinspirasi oleh tokoh Alkitab yang bernama sama dengannya, Rut.

Tanyakan Dahulu kepada Allah

Di awal pernikahan kami, saya kesulitan untuk mengetahui kesukaan istri saya. Apakah ia suka makan malam yang tenang di rumah atau menikmatinya di restoran mewah? Apakah tidak masalah baginya jika saya pergi dengan teman-teman pria saya di akhir pekan, atau ia mengharapkan saya untuk menemaninya saja? Daripada menebak dan memutuskan sendiri, saya pernah bertanya kepadanya, “Apa yang kauinginkan?”

Patricia Raybon

Patricia pernah bekerja sebagai editor Sunday Magazine di The Denver Post dan lektor kepala bidang jurnalisme di University of Colorado di kota Boulder. Kini, ia menulis buku-buku tentang hubungan antarmanusia “agar pembacanya tergerak untuk makin mengasihi Allah dan sesama.” Ia memiliki kerinduan untuk membagikan anugerah Allah kepada sesamanya dari berbagai ras. Karena kecintaannya kepada firman Allah, ia aktif mendukung proyek…

Saat Kita Jemu

Terkadang mencoba melakukan sesuatu yang benar sangatlah melelahkan. Adakalanya kita bertanya-tanya, Apakah kata-kata dan tindakan saya yang bermaksud baik ini ada pengaruhnya? Saya memikirkan hal tersebut ketika baru-baru ini saya mengirimkan e-mail kepada seorang teman dengan maksud untuk menguatkannya, tetapi ia justru membalas saya dengan kemarahan. Saya langsung merasa terluka sekaligus marah. Mengapa ia bisa salah paham dengan maksud saya?