Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Alyson Kieda

Tertawa Terbahak-bahak

Komedian John Branyan pernah berkata, “Tawa bukanlah hasil pemikiran manusia; itu bukan ide kita. Tawa diberikan kepada kita [oleh Allah] yang tahu bahwa kita akan membutuhkannya dalam menjalani kehidupan. [Karena] Dia tahu kita akan menanggung penderitaan, Dia tahu kita akan menghadapi berbagai pergumulan, Dia tahu . . . banyak hal akan terjadi. . . . Tawa adalah anugerah.”

Allah Mendengarkan

Chuck, seorang aktor dan ahli bela diri, memberikan penghormatan kepada ibunya pada ulang tahun beliau yang ke-100, dengan menceritakan peranan besar sang ibu dalam transformasi rohani yang dialaminya. “Ibu telah menjadi teladan dalam ketekunan dan iman,” tulisnya. Beliau membesarkan tiga putranya seorang diri pada masa Depresi Besar; melewati kematian dua orang suami, seorang putra, seorang putra tiri, dan cucu-cucu; serta bertahan menjalani banyak pembedahan. “[Beliau] selalu berdoa untukku di sepanjang hidupku, dalam susah maupun senang.” Chuck melanjutkan, “Ketika aku hampir tersesat dalam pergaulan di Hollywood, jauh di rumah Ibu mendoakan kesuksesan dan keselamatanku.” Ia mengakhiri dengan berkata, “Aku berterima kasih kepada [ibuku] yang telah dipakai Allah untuk menjadikanku sebagaimana adanya diriku saat ini.”

Teruslah Berbicara tentang Yesus!

Dalam sebuah wawancara, seorang musikus yang juga seorang percaya, bercerita bagaimana ia pernah didesak untuk “berhenti berbicara tentang Yesus” terlalu sering. Mengapa? Mereka menganggap grup musiknya bisa lebih terkenal dan menghasilkan lebih banyak uang untuk memberi makan orang miskin jika ia berhenti mengatakan bahwa semua karyanya adalah untuk Yesus. Setelah memikirkan hal tersebut, musikus itu memutuskan, “Tujuan saya bermusik adalah untuk membagikan iman saya dalam Kristus. . . . Jadi tidak mungkin [saya] diam.” Ia berkata bahwa “dalam hati[nya] ada panggilan yang berkobar-kobar untuk memberitakan tentang Yesus.” 

Menolak Hal-Hal yang “Berkilauan”

Suatu kali, dalam The Andy Griffith Show, acara TV dari era 1960-an, seorang pria memberi tahu Andy bahwa ia harus membiarkan putranya, Opie, memutuskan sendiri bagaimana ia ingin menjalani hidupnya. Andy tidak setuju. “Anda tidak dapat membiarkan anak muda mengambil keputusan sendiri. Ia akan menyambar benda berkilauan pertama yang dibungkus dengan pita mengilap di hadapannya. Lalu, ketika ia menyadari jebakan di balik benda itu, semuanya sudah terlambat. Gagasan-gagasan yang sesat selalu dikemas dengan sangat memikat sehingga sulit untuk meyakinkan mereka bahwa ada banyak hal yang mungkin lebih baik untuk jangka panjang.” Ia menyimpulkan bahwa penting bagi orangtua untuk memberi contoh perilaku yang benar dan membantu anak untuk “menampik godaan”.

Kebaikan-Kebaikan Kecil

Amanda bekerja sebagai perawat yang berkeliling ke beberapa panti jompo, dan ia sering membawa serta putrinya, Ruby, yang berusia sebelas tahun. Untuk mengisi waktu, Ruby menanyai para penghuni panti, “Kalau boleh meminta tiga hal, apa yang Anda inginkan?” Ia mencatat jawaban-jawaban mereka di buku catatannya. Menariknya, kebanyakan dari mereka menginginkan hal-hal sepele—seperti sosis Wina, pai cokelat, keju, alpukat. Jadi Ruby membuat akun pendanaan di GoFundMe untuk membantunya memenuhi keinginan sederhana para penghuni panti tersebut. Ketika Ruby membagikan benda-benda yang mereka inginkan itu, ia juga tidak lupa memeluk mereka. Katanya, “Aku benar-benar dikuatkan.”

Kesempatan untuk Bersinar

Pada bulan Maret 2020, ketika mengajak anjingnya berjalan-jalan di Central Park, New York, Whitney, seorang pensiunan pakar keuangan, melihat truk, tumpukan terpal, dan tenda-tenda putih yang dibubuhi tanda salib dan nama sebuah organisasi amal yang belum pernah didengarnya. Ketika ia tahu bahwa mereka sedang membangun rumah sakit darurat untuk penduduk New York yang terkena COVID-19, ia bertanya apakah ia boleh membantu. Selama berminggu-minggu, meski berbeda aliran keyakinan dan politik, ia dan keluarganya membantu semampu mereka. Whitney berkata, “Semua orang yang saya temui sangat baik.” Ia juga kagum saat mengetahui bahwa setiap orang di sana melayani dengan sukarela untuk “menolong kota kami saat kami sangat membutuhkannya.”

Menjadikan Saya yang Sekarang

Pada usia tujuh tahun, Thomas Edison tidak suka dan tidak berprestasi di sekolah. Setelah dikatai “bodoh” (terganggu pikirannya) oleh seorang guru, Thomas berlari pulang. Sehabis berbicara dengan guru tersebut keesokan harinya, ibunya yang lulusan sekolah guru memutuskan mengajari Thomas di rumah. Dengan kasih dan dorongan dari ibunya (dan karunia kepandaian luar biasa dari Allah), Thomas akhirnya menjadi penemu besar. Ia kemudian menulis, “Ibu sayalah yang menjadikan saya yang sekarang. Beliau begitu tulus, begitu yakin pada saya, dan saya merasa memiliki seseorang yang menjadi alasan saya hidup, seseorang yang tidak boleh saya kecewakan.” 

Siapakah Yesus?

Siapakah Yesus menurut kebanyakan orang? Ada yang mengatakan Dia guru yang hebat, tetapi hanya manusia biasa. C. S. Lewis menulis, “Entah Orang ini dahulu, dan sekarang, memang Anak Allah, atau Dia orang gila atau bahkan lebih buruk dari itu. Anda bisa membungkam-Nya dan menyebut-Nya bodoh, Anda bisa meludahi-Nya dan membunuh-Nya sebagai setan, atau sebaliknya, Anda dapat tersungkur di kaki-Nya dan menyebut Dia Tuhan dan Allah, tetapi janganlah kita merendahkan Dia dengan omong kosong yang mengatakan Dia adalah guru manusiawi yang agung.” Perkataan terkenal dari buku Mere Christianity itu mengemukakan pandangan bahwa Yesus tidak mungkin menjadi nabi besar, jika Dia berpura-pura mengaku sebagai Allah. Hal tersebut benar-benar sesat.

Tidak Perlu Formula

Ketika Jen masih muda, seorang guru Sekolah Minggu yang berniat baik melatih anak-anak cara penginjilan. Mereka diajar untuk menghafal serangkaian ayat Alkitab dan langkah-langkah untuk mengabarkan Injil. Jen dan temannya mempraktikkan hal ini kepada seorang teman yang lain. Mereka gugup dan khawatir ada ayat atau langkah penting yang terlupakan. Jen tidak ingat persis apakah teman yang mereka datangi itu akhirnya bertobat, tetapi ia merasa hal itu tidak terjadi. Cara penginjilan tersebut tampaknya lebih mementingkan ketepatan formula ketimbang orang yang didekati.