Santapan Rohani https://santapanrohani.org Renungan Pribadi dan Keluarga Kristen Tue, 19 Mar 2024 01:11:37 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.3.2 82985234 Tuan di Surga https://santapanrohani.org/2024/03/19/tuan-di-surga/ https://santapanrohani.org/2024/03/19/tuan-di-surga/#respond Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/19/tuan-di-surga/ Pada tahun 2022 lalu, Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengumumkan bahwa semua pekerja rumah tangga migran wajib mendapat setidaknya satu hari libur dalam sebulan, yang tidak boleh diganti dengan imbalan lain selain cuti. Namun, para pemberi kerja mengkhawatirkan bahwa pada hari-hari cuti tersebut tidak ada yang bisa merawat orang-orang yang mereka kasihi. Meski kebutuhan tenaga perawat dapat diatasi dengan mencari pengganti, sikap mereka yang tidak melihat pentingnya waktu istirahat merupakan persoalan yang lebih pelik.]]>

Pada tahun 2022 lalu, Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengumumkan bahwa semua pekerja rumah tangga migran wajib mendapat setidaknya satu hari libur dalam sebulan, yang tidak boleh diganti dengan imbalan lain selain cuti. Namun, para pemberi kerja mengkhawatirkan bahwa pada hari-hari cuti tersebut tidak ada yang bisa merawat orang-orang yang mereka kasihi. Meski kebutuhan tenaga perawat dapat diatasi dengan mencari pengganti, sikap mereka yang tidak melihat pentingnya waktu istirahat merupakan persoalan yang lebih pelik.

Memperlakukan orang lain dengan penuh perhatian bukanlah persoalan baru. Rasul Paulus hidup pada masa ketika para hamba dianggap sebagai milik tuan mereka. Namun, pada baris terakhir dari arahannya kepada jemaat tentang bagaimana seharusnya rumah tangga Kristen dijalankan, ia mengatakan bahwa para tuan harus “[berlaku] adil dan jujur” terhadap hamba mereka (Kol. 4:1). Terjemahan lain mengatakan “berikanlah . . . apa yang adil dan seimbang” (MILT).

Sama seperti Paulus memerintahkan para hamba bekerja “seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (3:23), ia juga mengingatkan para tuan tentang otoritas Yesus atas mereka: “kamu juga mempunyai tuan di surga” (4:1). Paulus ingin mendorong jemaat di Kolose untuk hidup sebagai orang-orang yang mempunyai otoritas tertinggi dalam Kristus. Dalam interaksi kita dengan orang lain—baik sebagai pemberi kerja, pekerja, dalam rumah maupun komunitas kita—kita dapat meminta Allah untuk menolong kita melakukan apa yang “benar dan adil” (ay. 1 BIMK).

]]>
https://santapanrohani.org/2024/03/19/tuan-di-surga/feed/ 0 158103
“AKU ADALAH AKU” https://santapanrohani.org/2024/03/18/aku-adalah-aku/ https://santapanrohani.org/2024/03/18/aku-adalah-aku/#respond Mon, 18 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/18/aku-adalah-aku/ Jack, seorang profesor filsafat dan literatur, mempunyai pikiran yang cemerlang. Ia pernah menyatakan diri sebagai seorang ateis pada usia lima belas tahun dan gigih membela “iman ateis” yang dianutnya semasa dewasa. Teman-temannya yang Kristen berusaha meyakinkan Jack untuk mempercayai Tuhan. Jack menuturkan, “Semua orang dan segala sesuatu telah bergabung dengan pihak seberang.” Namun, Jack mengakui bahwa Alkitab berbeda dari literatur dan mitos lainnya. Mengenai Injil, ia menulis: “Jika ada mitos yang pernah menjadi kenyataan, yang benar-benar terwujud, maka itu pasti Injil.”]]>

Jack, seorang profesor filsafat dan literatur, mempunyai pikiran yang cemerlang. Ia pernah menyatakan diri sebagai seorang ateis pada usia lima belas tahun dan gigih membela “iman ateis” yang dianutnya semasa dewasa. Teman-temannya yang Kristen berusaha meyakinkan Jack untuk mempercayai Tuhan. Jack menuturkan, “Semua orang dan segala sesuatu telah bergabung dengan pihak seberang.” Namun, Jack mengakui bahwa Alkitab berbeda dari literatur dan mitos lainnya. Mengenai Injil, ia menulis: “Jika ada mitos yang pernah menjadi kenyataan, yang benar-benar terwujud, maka itu pasti Injil.”

Satu bagian Alkitab yang sangat berpengaruh bagi Jack adalah Keluaran 3. Allah sedang memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa bertanya kepada Allah, “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun?” (ay. 11). Allah menjawab, “AKU ADALAH AKU” (ay. 14). Bagian ini merupakan sebuah permainan kata dan nama yang rumit, tetapi dimaksudkan untuk mencerminkan kehadiran Allah yang abadi. Yang menarik, kelak Yesus menggemakan kebenaran yang sama ketika Dia berkata, “sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yoh. 8:58).

Jack, nama julukan dari C.S. Lewis, benar-benar diyakinkan oleh bagian Alkitab tersebut. Hanya itu yang perlu dinyatakan oleh satu-satunya Allah yang sejati—bahwa Dialah Sang “AKU”. Dalam momen yang mengubah hidupnya, Lewis “menyerah, dan mengakui bahwa Allah sungguh adalah Tuhan.” Itulah awal mula perjalanan iman Lewis untuk menerima Yesus.

Mungkin kita bergumul dengan keyakinan iman, seperti yang dialami oleh Lewis, atau mungkin dengan iman yang suam-suam kuku. Ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri, apakah Allah sungguh-sungguh Sang “AKU” dalam hidup kita.

]]>
https://santapanrohani.org/2024/03/18/aku-adalah-aku/feed/ 0 158102
Pemimpin bagi Kerajaan Allah https://santapanrohani.org/2024/03/17/pemimpin-bagi-kerajaan-allah/ https://santapanrohani.org/2024/03/17/pemimpin-bagi-kerajaan-allah/#respond Sun, 17 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/17/pemimpin-bagi-kerajaan-allah/ Ketika saya bergabung dalam sekelompok penulis buku anak Kristen yang berkomitmen untuk saling mendoakan dan mempromosikan karya satu sama lain, beberapa pihak berkomentar bahwa kami ini “konyol karena bekerja bersama pesaing.” Namun, kelompok kami telah berkomitmen untuk memegang prinsip kepemimpinan yang mengutamakan Kerajaan Allah dan lebih mendorong kebersamaan daripada persaingan. Kami memiliki tujuan yang sama—menyebarkan Injil. Kami melayani Raja yang sama—Yesus. Bersama, kami dapat menjangkau lebih banyak jiwa lewat kesaksian kami bagi Kristus.]]>

Ketika saya bergabung dalam sekelompok penulis buku anak Kristen yang berkomitmen untuk saling mendoakan dan mempromosikan karya satu sama lain, beberapa pihak berkomentar bahwa kami ini “konyol karena bekerja bersama pesaing.” Namun, kelompok kami telah berkomitmen untuk memegang prinsip kepemimpinan yang mengutamakan Kerajaan Allah dan lebih mendorong kebersamaan daripada persaingan. Kami memiliki tujuan yang sama—menyebarkan Injil. Kami melayani Raja yang sama—Yesus. Bersama, kami dapat menjangkau lebih banyak jiwa lewat kesaksian kami bagi Kristus.

Ketika Allah meminta Musa untuk memilih tujuh puluh tua-tua yang memiliki pengalaman kepemimpinan, Dia berkata, “Sebagian dari Roh yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka, maka mereka bersama-sama dengan engkau akan memikul tanggung jawab atas bangsa itu, jadi tidak usah lagi engkau seorang diri memikulnya” (Bil. 11:16-17). Kemudian, Yosua melihat dua dari para tua-tua itu bernubuat dan meminta Musa untuk menghentikan mereka. Musa berkata, “Mengapa Engkau memikirkan saya? Saya malah mengharap supaya Tuhan memberikan Roh-Nya kepada seluruh bangsa-Nya, dan membuat mereka semua menjadi nabi!” (ay. 29 BIMK).

Setiap kali kita tergoda untuk berfokus pada persaingan atau perbandingan yang menghalangi kita bekerja sama dengan orang lain, Roh Kudus dapat menolong kita untuk tidak menghiraukan godaan itu. Saat kita meminta Allah menumbuhkan semangat kepemimpinan yang mengutamakan Kerajaan-Nya dalam diri kita, Dia menjadikan Injil-Nya tersebar ke seluruh dunia, bahkan Dia dapat meringankan beban kita dalam pelayanan kita bersama.

]]>
https://santapanrohani.org/2024/03/17/pemimpin-bagi-kerajaan-allah/feed/ 0 158101
Bagikan Iman Anda https://santapanrohani.org/2024/03/16/bagikan-iman-anda/ https://santapanrohani.org/2024/03/16/bagikan-iman-anda/#respond Sat, 16 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/16/bagikan-iman-anda/ Pada tahun 1701, Gereja Inggris mendirikan Society for the Propagation of the Gospel (Perhimpunan Penyebaran Injil) untuk mengirim para misionaris ke seluruh dunia. Semboyan yang mereka pilih adalah transiens adiuva nos, ungkapan bahasa Latin yang berarti “Kemarilah dan tolonglah kami!” Itu sudah menjadi seruan bagi para pemberita Injil sejak abad pertama, saat para pengikut Yesus membawa pesan kasih dan pengampunan dari-Nya kepada dunia yang sangat membutuhkannya.]]>

Pada tahun 1701, Gereja Inggris mendirikan Society for the Propagation of the Gospel (Perhimpunan Penyebaran Injil) untuk mengirim para misionaris ke seluruh dunia. Semboyan yang mereka pilih adalah transiens adiuva nos, ungkapan bahasa Latin yang berarti “Kemarilah dan tolonglah kami!” Itu sudah menjadi seruan bagi para pemberita Injil sejak abad pertama, saat para pengikut Yesus membawa pesan kasih dan pengampunan dari-Nya kepada dunia yang sangat membutuhkannya.

Ungkapan “kemarilah dan tolonglah kami” berasal dari “panggilan Makedonia” yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 16. Paulus dan rekan-rekannya telah tiba di Troas yang terletak di pesisir barat Asia Kecil (Turki masa kini, ay. 8). Di sana, “tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’” (ay. 9). Setelah Paulus dan rekan-rekannya menerima penglihatan itu, “segeralah [mereka] mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia” (ay. 10). Mereka memahami betapa pentingnya panggilan tersebut.

Tidak semua orang dipanggil untuk menyeberangi samudra, tetapi kita dapat mendukung mereka yang menunaikan panggilan itu dalam bentuk doa dan dana. Di sisi lain, kita semua dapat meneruskan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada seseorang, entah mereka yang seruangan dengan kita, yang kita temui di jalan, atau bersama kita dalam satu komunitas. Marilah berdoa agar Allah kita yang Mahabaik memampukan kita untuk “menyeberang” dan memberikan pertolongan terbesar untuk orang lain, yaitu kesempatan untuk menerima pengampunan dalam nama Yesus.

]]>
https://santapanrohani.org/2024/03/16/bagikan-iman-anda/feed/ 0 158100
Warisan Abadi https://santapanrohani.org/2024/03/15/warisan-abadi-2/ https://santapanrohani.org/2024/03/15/warisan-abadi-2/#respond Fri, 15 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/15/warisan-abadi/ Saat Amerika Serikat dilanda badai pasir Dust Bowl pada masa Depresi Besar, seorang penduduk kota Hiawatha, Kansas, bernama John Millburn Davis memutuskan untuk membuat dirinya terkenal. Davis yang kaya raya dan tidak memiliki anak itu bisa saja menyumbangkan hartanya untuk tujuan sosial atau berinvestasi untuk pengembangan ekonomi. Akan tetapi, ia malah mengeluarkan dana yang sangat besar untuk membuat sebelas buah patung dirinya dan almarhumah istrinya dalam ukuran sesungguhnya. Patung-patung itu hendak ditaruhnya di pemakaman setempat.]]>

Saat Amerika Serikat dilanda badai pasir Dust Bowl pada masa Depresi Besar, seorang penduduk kota Hiawatha, Kansas, bernama John Millburn Davis memutuskan untuk membuat dirinya terkenal. Davis yang kaya raya dan tidak memiliki anak itu bisa saja menyumbangkan hartanya untuk tujuan sosial atau berinvestasi untuk pengembangan ekonomi. Akan tetapi, ia malah mengeluarkan dana yang sangat besar untuk membuat sebelas buah patung dirinya dan almarhumah istrinya dalam ukuran sesungguhnya. Patung-patung itu hendak ditaruhnya di pemakaman setempat.

“Orang Kansas membenci saya,” kata Davis kepada wartawan Ernie Pyle. Warga setempat ingin Davis mendanai pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit, kolam renang, atau taman. Namun, Davis berkata, “Ini uang saya, dan saya berhak memakainya semau saya.”

Raja Salomo, orang terkaya pada zamannya, menulis, “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang,” dan “dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya” (Pkh. 5:9-10). Salomo sadar betul bahwa kekayaan bisa membawa pengaruh yang merusak hidup seseorang.

Rasul Paulus juga memahami godaan kekayaan dan memilih untuk mengabdikan hidupnya dalam ketaatan kepada Tuhan Yesus. Saat menantikan hukuman mati dalam tahanan Romawi, ia menuliskan kata-kata penuh kemenangan, “Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan . . . aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Tim. 4:6-7).

Yang akan bertahan abadi bukanlah sesuatu yang dipahat pada batu atau harta yang kita timbun untuk diri sendiri, melainkan apa yang kita berikan dari kasih kita kepada sesama dan kepada Allah—Pribadi yang menunjukkan bagaimana kita dapat hidup dalam kasih.

]]>
https://santapanrohani.org/2024/03/15/warisan-abadi-2/feed/ 0 158099
Hanya Allah yang Dapat Memuaskan https://santapanrohani.org/2024/03/14/hanya-allah-yang-dapat-memuaskan/ Thu, 14 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/14/hanya-allah-yang-dapat-memuaskan/ Seorang pemilik rumah menerima kiriman makanan seharga seribu dolar—udang jumbo, shawarma, salad, dan banyak lagi. Padahal, ia tidak sedang menyelenggarakan pesta. Bahkan, bukan ia yang memesan semua makanan itu, melainkan putranya yang baru berusia enam tahun. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Rupanya sang ayah membiarkan anaknya bermain dengan ponselnya sebelum tidur, dan anak itu memakainya untuk memesan berbagai jenis makanan yang mahal-mahal dari beberapa restoran. “Kenapa kamu melakukannya?” tanya sang ayah kepada anaknya yang bersembunyi di balik selimut. Anak itu menjawab, “Aku lapar.” Nafsu makan dan ketidakdewasaan sang anak telah menimbulkan kerugian besar.]]>

Seorang pemilik rumah menerima kiriman makanan seharga seribu dolar—udang jumbo, shawarma, salad, dan banyak lagi. Padahal, ia tidak sedang menyelenggarakan pesta. Bahkan, bukan ia yang memesan semua makanan itu, melainkan putranya yang baru berusia enam tahun. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Rupanya sang ayah membiarkan anaknya bermain dengan ponselnya sebelum tidur, dan anak itu memakainya untuk memesan berbagai jenis makanan yang mahal-mahal dari beberapa restoran. “Kenapa kamu melakukannya?” tanya sang ayah kepada anaknya yang bersembunyi di balik selimut. Anak itu menjawab, “Aku lapar.” Nafsu makan dan ketidakdewasaan sang anak telah menimbulkan kerugian besar.

Nafsu makan Esau telah membawa kerugian yang lebih besar daripada seribu dolar. Kejadian 25 bercerita bagaimana Esau sedang kelelahan dan sangat membutuhkan makanan. Ia berkata kepada adiknya, “Saya lapar sekali. Minta sedikit kacang merah itu” (ay. 30 BIMK). Yakub menanggapinya dengan meminta hak kesulungan Esau (ay. 31). Hak kesulungan Esau memberikannya kedudukan istimewa, berkat dari janji-janji Allah, dua pertiga dari warisan, dan kehormatan untuk menjadi pemimpin rohani dalam keluarga. Esau menuruti nafsunya dengan “makan dan minum” dan “meremehkan haknya sebagai anak sulung” (ay. 34 BIMK).

Ketika godaan menghampiri dan hasrat diri menguasai, alih-alih membiarkan hawa nafsu mengarahkan kita pada kesalahan dan dosa yang merugikan, marilah kita berpaling kepada Bapa kita di surga—hanya Dia yang dapat memuaskan jiwa yang lapar “dengan kebaikan” (Mzm. 107:9).

]]>
158098
Ratapan Kesesakan https://santapanrohani.org/2024/03/13/ratapan-kesesakan/ Wed, 13 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/13/ratapan-kesesakan/ Jinan, seorang anak perempuan berusia lima tahun asal Suriah, terjebak di bawah reruntuhan bangunan lantai dua yang ambruk akibat gempa. Ia berteriak minta tolong sambil melindungi adik laki-lakinya dari puing-puing di sekitar mereka. “Tolong keluarkan aku; aku akan lakukan apa saja,” ia berseru menyayat hati. “Jadi pesuruhmu juga aku mau.”]]>

Jinan, seorang anak perempuan berusia lima tahun asal Suriah, terjebak di bawah reruntuhan bangunan lantai dua yang ambruk akibat gempa. Ia berteriak minta tolong sambil melindungi adik laki-lakinya dari puing-puing di sekitar mereka. “Tolong keluarkan aku; aku akan lakukan apa saja,” ia berseru menyayat hati. “Jadi pesuruhmu juga aku mau.”

Ratapan kesesakan dapat kita temui di seluruh Mazmur: “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan” (118:5). Meski kita mungkin tidak pernah terimpit dalam reruntuhan akibat gempa, kita semua dapat mengenali rasa takut yang mencekam dari diagnosis medis yang sulit diterima, kesulitan ekonomi, ketidakpastian tentang masa depan, atau pengalaman kehilangan seseorang yang dikasihi.

Pada saat-saat seperti itu, kita mungkin mencoba tawar-menawar dengan Allah agar Dia menyelamatkan kita. Namun, Allah tidak perlu dibujuk untuk menolong kita. Dia berjanji akan menjawab seruan kita, dan meski jawaban-Nya itu bukan berupa kelepasan dari situasi kita, Dia akan tetap menyertai dan berpihak pada kita. Kita pun tidak perlu mencemaskan mara bahaya lain—termasuk kematian. Kita dapat berkata seperti pemazmur, “Tuhan menyertai aku untuk menolong aku, aku akan melihat musuhku dikalahkan” (ay. 7 BIMK).

Kita tidak dijanjikan untuk selalu diselamatkan secara dramatis seperti pengalaman Jinan dan adiknya, tetapi kita dapat terus mempercayai Allah kita yang setia, yang telah “memberi kelegaan” kepada pemazmur (ay. 5). Dia tahu keadaan kita dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita, dalam kematian sekalipun.

]]>
158097
Keberanian dalam Kristus https://santapanrohani.org/2024/03/12/keberanian-dalam-kristus/ Tue, 12 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/12/keberanian-dalam-kristus/ Menjelang abad ke-20, Mary McDowell hidup dalam kondisi yang sangat jauh berbeda dengan tempat penyimpanan hewan ternak yang kumuh di kota Chicago. Meski rumahnya hanya berjarak tiga puluh dua kilometer dari tempat itu, Mary tidak tahu banyak mengenai buruknya kondisi kerja yang mendorong para pekerja di tempat penyimpanan hewan itu melakukan pemogokan. Namun, begitu Mary mengetahui kesulitan yang dihadapi para pekerja dan keluarga mereka, ia memutuskan untuk pindah dan tinggal di antara mereka, supaya dapat ikut memperjuangkan kondisi yang lebih baik. Ia melayani kebutuhan mereka, termasuk mengajar anak-anak di suatu sekolah yang diselenggarakan di bagian belakang sebuah toko kecil.]]>

Menjelang abad ke-20, Mary McDowell hidup dalam kondisi yang sangat jauh berbeda dengan tempat penyimpanan hewan ternak yang kumuh di kota Chicago. Meski rumahnya hanya berjarak tiga puluh dua kilometer dari tempat itu, Mary tidak tahu banyak mengenai buruknya kondisi kerja yang mendorong para pekerja di tempat penyimpanan hewan itu melakukan pemogokan. Namun, begitu Mary mengetahui kesulitan yang dihadapi para pekerja dan keluarga mereka, ia memutuskan untuk pindah dan tinggal di antara mereka, supaya dapat ikut memperjuangkan kondisi yang lebih baik. Ia melayani kebutuhan mereka, termasuk mengajar anak-anak di suatu sekolah yang diselenggarakan di bagian belakang sebuah toko kecil.

Perjuangan untuk mengupayakan kondisi yang lebih baik bagi orang lain—sekalipun tidak terkena dampak langsung—juga dilakukan oleh Ratu Ester. Ia adalah ratu Persia (Est. 2:17) yang memiliki banyak hak istimewa, berbeda dari kaum Israel sebangsanya yang tersebar di seluruh Persia sebagai orang buangan. Namun, Ester bangkit membela kepentingan orang Israel di Persia dan mempertaruhkan nyawanya bagi mereka, dengan berkata, “Aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (4:16). Ester bisa saja tetap diam, karena sang raja tidak tahu bahwa ia seorang Yahudi (2:10). Namun, ia memilih untuk tidak mengabaikan permohonan kerabatnya, dan dengan gagah berani berupaya untuk membongkar rencana jahat yang ingin menghancurkan orang Yahudi.

Kita mungkin tidak bisa berjuang dalam pergulatan besar seperti yang dilakukan Mary McDowell atau Ratu Ester, tetapi kiranya kita rela untuk melihat kebutuhan orang lain dan menggunakan apa yang Allah telah sediakan untuk membantu mereka.

]]>
158096
Mengingat Sang Pencipta https://santapanrohani.org/2024/03/11/mengingat-sang-pencipta/ Mon, 11 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/11/mengingat-sang-pencipta/ Saya baru membaca sebuah novel yang bercerita tentang seorang wanita bernama Nicola yang menolak untuk menerima kenyataan bahwa ia mengidap kanker stadium akhir. Ketika teman-teman Nicola yang jengkel mendesaknya untuk menghadapi kebenaran, terkuaklah alasan dari sikapnya tersebut. “Aku telah menyia-nyiakan hidupku,” kata Nicola kepada mereka. Meski bertalenta besar dan lahir dalam keluarga kaya, “Aku tidak melakukan apa-apa dengan hidupku. Aku ceroboh dan tidak pernah tekun melakukan apa pun.” Bayangan bahwa ia akan meninggalkan dunia dengan merasa tidak banyak yang telah ia capai, ternyata terlalu menyakitkan untuk diterima Nicola.]]>

Saya baru membaca sebuah novel yang bercerita tentang seorang wanita bernama Nicola yang menolak untuk menerima kenyataan bahwa ia mengidap kanker stadium akhir. Ketika teman-teman Nicola yang jengkel mendesaknya untuk menghadapi kebenaran, terkuaklah alasan dari sikapnya tersebut. “Aku telah menyia-nyiakan hidupku,” kata Nicola kepada mereka. Meski bertalenta besar dan lahir dalam keluarga kaya, “Aku tidak melakukan apa-apa dengan hidupku. Aku ceroboh dan tidak pernah tekun melakukan apa pun.” Bayangan bahwa ia akan meninggalkan dunia dengan merasa tidak banyak yang telah ia capai, ternyata terlalu menyakitkan untuk diterima Nicola.

Pada waktu yang sama saya juga sedang membaca Kitab Pengkhotbah, dan menemukan perbedaan yang mencolok. Di dalamnya, sang Pengkhotbah tidak membiarkan kita menghindari realitas kematian, “dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (9:10). Meski sulit untuk dihadapi (ay. 2), kesadaran itu dapat membuat kita menghargai setiap momen yang kita miliki saat ini (ay. 4), sungguh-sungguh menikmati makanan dan kebersamaan dengan keluarga kita (ay. 7-9), bekerja dengan penuh tujuan (ay.10), berani menempuh berbagai petualangan dan mengambil risiko (11:1,6), serta melakukan semuanya di hadapan Allah yang akan menerima pertanggungjawaban kita suatu hari nanti (ay. 9; 12:13-14).

Teman-teman Nicola menunjukkan bahwa kesetiaan dan kemurahan hatinya kepada mereka membuktikan bahwa hidup Nicola tidak semuanya sia-sia. Namun, mungkin nasihat sang Pengkhotbah dapat menyelamatkan kita semua dari krisis seperti itu di penghujung hidup kita: ingatlah Pencipta kita (12:1), ikutilah jalan-jalan-Nya, dan gunakan setiap kesempatan yang Dia berikan hari ini untuk menjalani hidup dalam kasih.

]]>
158095
Allah yang Menciptakan Segalanya https://santapanrohani.org/2024/03/10/allah-yang-menciptakan-segalanya/ Sun, 10 Mar 2024 00:00:00 +0000 https://santapanrohani.org/2024/03/10/allah-yang-menciptakan-segalanya/ Anak saya yang berumur tiga tahun, Xavier, meremas tangan saya saat kami memasuki Akuarium Monterey Bay di California. Ia menunjuk patung paus bungkuk berukuran asli yang tergantung pada langit-langit akuarium. “Besar sekali!” serunya dengan gembira, sambil kami terus menjelajahi setiap koleksi yang ditampilkan di sana. Kami tertawa ketika sekawanan berang-berang mencipratkan air saat diberi makan. Kami berdiri membisu di depan kaca akuarium yang berukuran raksasa, terpesona oleh ubur-ubur cokelat keemasan yang menari dalam air berwarna biru elektrik. “Allah menciptakan setiap makhluk di dalam laut,” saya berkata, “sama seperti Dia menciptakan Xavier dan Mama.” Xavier berbisik, “Wow.”]]>

Anak saya yang berumur tiga tahun, Xavier, meremas tangan saya saat kami memasuki Akuarium Monterey Bay di California. Ia menunjuk patung paus bungkuk berukuran asli yang tergantung pada langit-langit akuarium. “Besar sekali!” serunya dengan gembira, sambil kami terus menjelajahi setiap koleksi yang ditampilkan di sana. Kami tertawa ketika sekawanan berang-berang mencipratkan air saat diberi makan. Kami berdiri membisu di depan kaca akuarium yang berukuran raksasa, terpesona oleh ubur-ubur cokelat keemasan yang menari dalam air berwarna biru elektrik. “Allah menciptakan setiap makhluk di dalam laut,” saya berkata, “sama seperti Dia menciptakan Xavier dan Mama.” Xavier berbisik, “Wow.”

Dalam Mazmur 104, pemazmur mengakui karya ciptaan Allah yang melimpah dan bernyanyi, “Sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ay. 24). Ia menyerukan, “Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar” (ay. 25). Ia menyatakan kemurahan hati dan pemeliharaan Allah yang membawa kepuasan bagi semua makhluk yang Dia ciptakan (ay. 27-28). Pemazmur juga menegaskan bahwa Allah sudah menentukan hari-hari keberadaan setiap ciptaan-Nya (ay. 29-30).

Kita dapat bergabung bersama sang pemazmur untuk menyanyikan deklarasi pengabdiannya: “Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada” (ay. 33). Setiap makhluk yang hidup, dari yang besar sampai yang kecil, dapat menggerakkan kita untuk memuji Allah karena Dia telah menciptakan semua itu.

]]>
158094