Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)

Jika Anda mengikuti ajang olahraga dunia Olimpiade, apakah Anda menyoraki atlet favorit Anda untuk menang? Ikut gembira ketika mereka menyabet medali emas? Atau, kecewa waktu mereka tampil kurang maksimal? Bertanding di Olimpiade memang tidak mudah. Kompetisi ketat yang dihadapi oleh para atlet terkadang membuat mereka mengalami kegagalan dan keterpurukan. Usia karier sebagai olahragawan tergolong pendek, dan setelah tersisih dari kejuaraan seperti Olimpiade, bisa jadi performa mereka menurun tetapi masih juga harus menghadapi tekanan publik dan media. Kegagalan dan kemunduran tidak hanya dialami oleh para atlet; setiap dari kita pun bisa mengalaminya dalam hidup ini.

Di luar dugaan, pasangan bulutangkis ganda putri asal Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, berhasil meraih medali emas pertama bagi negaranya dalam cabang ganda putri di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, sebelum mencapai prestasi luar biasa tersebut, Greysia sempat mengalami berbagai keterpurukan dan kemunduran dalam perjalanan kariernya.

Greysia memulai karier bulutangkisnya di Pelatnas pada tahun 2003, dan segera melejit sebagai harapan baru bagi Indonesia. Akan tetapi, Greysia mengalami keterpurukan ketika ia menderita cedera parah pada ajang kualifikasi Olimpiade London yang sudah tinggal beberapa bulan di tahun 2011. Waktu itu usianya 25 tahun, masa keemasan bagi banyak pemain bulutangkis. Namun, akhirnya ia berhasil pulih pada saatnya dan lolos ke Olimpiade 2012 tersebut! Sayangnya, akibat keputusan penyelenggara, Greysia dan tujuh pemain ganda putri lainnya terkena diskualifikasi dari turnamen. Itulah titik terendah dalam karier Greysia. Peristiwa itu membuatnya dihujani kritik dan tudingan, sehingga banyak yang melihat karier Greysia di bulutangkis sudah usai. Ia sendiri bahkan hampir menyerah.

Di titik terendah itu, Greysia menerima penguatan dari Allah: “Kamu harus lanjutkan, karena kamu belum selesai.” Terdorong oleh kata-kata tersebut, ia kembali berlatih dengan gigih, dan peringkatnya perlahan-lahan naik. Pada tahun 2016, Greysia menduduki peringkat kedua di dunia dalam cabang ganda putri dan mengikuti ajang Olimpiade di Rio sebagai veteran. Setelah gagal mencapai semifinal, ia mengira bahwa itulah penampilan terakhirnya di Olimpiade. Ia kembali terpikir untuk pensiun.

Namun, lima tahun kemudian, berkat dorongan pelatih dan keluarga, Greysia akhirnya bertanding dalam Olimpiade Tokyo 2020. Tanpa diduga, ia masuk final dan berhasil meraih medali emas ganda putri bersama rekannya, Apriyani. Begitu poin kemenangan diraih, mereka berdua berlutut cukup lama di atas lapangan sambil meneteskan air mata yang tidak tertahankan. Greysia menjadi pemain bulutangkis tertua dalam sejarah yang berhasil memenangi emas Olimpiade.

Bagi Greysia Polii, keberhasilan bukan cuma soal meraih medali emas, tetapi juga menginspirasi orang lain. Ia rindu dapat mengajari atlet-atlet muda tentang pentingnya memiliki perilaku dan karakter yang terpuji, yang bagi Greysia memiliki arti lebih penting daripada kemenangan. Greysia mengatakan, “Saya belajar banyak dari kegagalan, dan saya semakin dekat dengan Tuhan. Semua pengalaman itu Tuhan siapkan agar saya bisa memberkati banyak orang.”

Dalam hidup ini, kita akan mengalami berbagai kegagalan dan keterpurukan, tetapi Allah itu kekal dan Mahakuasa. Dia tidak pernah gagal, dan karya-Nya pun demikian. Di ajang Olimpiade, orang-orang dari berbagai ras dan bangsa di dunia bertemu dalam perayaan besar. Suatu hari kelak, “orang-orang dari setiap bangsa, suku, negara, dan bahasa” akan berkumpul di hadapan takhta Kristus untuk menyembah Dia dan berseru, “Keselamatan kita datangnya dari Allah kita, yang duduk di atas takhta, dan dari Anak Domba itu!” (Wahyu 7:9-10 BIMK).

Renungkan: Maukah saya terlibat dalam gerakan misi Allah hari ini, untuk menguatkan diri saya dan orang lain sesuai dengan kebenaran-Nya? Relakah saya bersandar kepada Allah dalam kelemahan dan kegagalan yang dialami, supaya saya belajar dari kegagalan tersebut dan hidup semakin serupa dengan-Nya?

Berdoalah: Bapa di surga, hatiku tergugah melihat kegigihan para atlet, sehingga aku pun mau berlomba dalam hidup ini dan tidak mudah menyerah. Berilah kepadaku kekuatan dan ketekunan untuk berfokus mengejar berkat-berkat yang kekal. Kiranya hidupku juga menjadi kesaksian tentang Engkau, supaya pada akhirnya aku dapat bermegah dalam Kristus bahwa semuanya itu tidak sia-sia. Dalam nama Tuhan Yesus, amin.

Foto-foto disediakan oleh Greysia Polii.
Disadur dari artikel asli yang diterbitkan ODBM HK: https://campaign.traditional-odb.org/olympics/witness3.html

Saksikan Juga:

Latihan Menghadapi Kesulitan

Dosa apa yang membebani Anda? Mantan pemain NBA, Allan Houston, mengingatkan kita bahwa berkat karya Yesus dan salib-Nya, tidak ada beban berat yang harus kita tanggung sendiri. Yesus berjanji untuk menanggung beban kita, dan memberikan hikmat untuk menyingkirkan beban mana yang harus kita lepaskan.

Ditulis dan disajikan oleh Allan Houston.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.