Sekarang dan Selamanya
Sejak dahulu manusia selalu mendambakan hidup kekal. Kendati segala upaya telah dicoba, manusia belum berhasil mencapai. Namun, orang Kristen telah memiliki apa yang sudah lama didambakan dunia tersebut.
Allah menghendaki manusia untuk hidup kekal. Adam dan Hawa diizinkan menikmati buah dari semua pohon di Taman Eden, termasuk buah dari pohon kehidupan (Kej. 2:15). Namun mereka sengaja memakan buah dari satu-satunya pohon yang dilarang (Kej. 2:17; 3:1-7). Sebagai akibatnya, mereka diusir dari kediaman mereka yang kekal itu (Kej. 3:23) dan kematian pun datang ke dalam dunia (1Kor. 15:21).
Namun Allah masih menghendaki umat manusia untuk tinggal bersama Dia selamanya. Karena kita “yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus” (Ef. 2:13-14), kini kita dapat tinggal bersama Allah selama-lamanya (Yoh. 14:2-3; Why. 21:3). Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya tinggal bersama Allah selamanya?
Hidup yang kekal bukanlah semata-mata keberadaan yang tak berkesudahan. Yang dimaksud adalah kualitas, tidak hanya kuantitas. Hidup kekal merupakan perjalanan kita dalam “[mengenal] satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus” (Yoh. 17:3). Dalam bahasa Ibrani, kata mengenal menggambarkan hubungan yang dekat dan intim (Ul. 30:6; Yer. 31:33-34). Hubungan itu dapat kita mulai sejak hari ini, karena hidup kekal bukanlah hanya sebuah warisan masa depan (Ayb. 19:26; Yoh. 5:28-29; Why. 22:14), melainkan juga sesuatu yang kita miliki saat ini (Yoh. 5:39; 6:47-51).
Sungguh merupakan hak istimewa sekaligus kewajiban yang kita miliki untuk hidup mengasihi dan menaati Allah, sekarang dan selama-lamanya!