Ludwig tiba di Padang, sebuah kota di wilayah pesisir Sumatra Barat pada tanggal 14 Mei 1862. Ia menempuh perjalanan selama empat bulan untuk sampai ke sana, agak lebih lama dari waktu yang seharusnya karena saat itu sedang tidak ada angin di laut. Untuk pertama kalinya ia melihat wilayah tropis dan budaya Sumatra secara langsung—dan dengan segera juga ia menghadapi hambatan, sama seperti yang dihadapi para misionaris sebelumnya. Pemerintah kolonial Belanda sangat membatasi gerakan mereka, tidak mengizinkan para misionaris untuk memasuki pedalaman pulau atau menetap di beberapa wilayah tertentu. Beberapa aturan itu dibuat seolah-olah demi keamanan mereka, karena pemimpin Batak yang juga disebut sebagai raja-imam mereka, Sisingamangaraja XI, bersama putranya sedang melakukan perang gerilya untuk melawan pemerintah kolonial.
Tidak bisa masuk ke pedalaman, Ludwig memakai beberapa tahun waktunya di sepanjang pesisir untuk mempelajari bahasa Batak dan Melayu, beradaptasi dengan cuaca tropis, dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Waktu-waktu itu ternyata sangat produktif karena melaluinya Ludwig jadi memiliki keyakinan yang mantap bahwa ia nantinya harus melatih penduduk asli untuk menjangkau suku mereka sendiri. Ia menyadari bahwa seorang misionaris asing tidak akan bisa membuat terobosan ke dalam hati dan kehidupan penduduk setempat sama seperti yang bisa dilakukan oleh orang dari suku mereka sendiri.
Sejalan dengan keyakinan tersebut, Ludwig bertekad untuk hidup dan berpikir seperti seorang Sumatra asli. Ia bahkan mengubah pola makannya, sengaja menghindari makanan Eropa dan menyantap makanan sehari-hari orang lokal, yaitu nasi, ikan kering, dan sayuran. Berinteraksi dengan penduduk asli yang menganut kepercayaan leluhur, ia juga belajar untuk tidak menyinggung atau langsung menyanggah pandangan mereka. Sebaliknya, ia belajar untuk mengarahkan mereka melihat kebenaran iman Kristen. Sebagai contoh, ia akan memulai perbincangan tentang dosa, lalu bertanya, “Siapa yang membayar utang dosamu?”
Ludwig tidak pernah lupa dengan tujuan kedatangannya: memberitakan Injil kepada suku Batak. Meskipun dilarang pemerintah, ia beberapa kali masuk ke pedalaman, mengunjungi para misionaris dan menjelajahi daerah itu untuk menemukan tempat yang cocok dijadikan sebagai basis pelayanannya. Tempat itu ia temukan di lembah Silindung yang indah dan tidak mudah dimasuki orang, letaknya agak tersembunyi di pegunungan sekitar Danau Toba. Sebuah wilayah yang subur dan didiami oleh ribuan orang Batak. Kebanyakan mereka tidak memiliki kontak dengan dunia luar. Ludwig memutuskan untuk mulai memberitakan Injil di tempat itu.