Oleh Debbi Fralick

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. (Efesus 1:3)

“Saya seniman. Saya berbeda. Saya unik. Saya menarik; orang paling menarik yang pernah Anda temui.” Sebenarnya memalukan juga menulis hal-hal semacam ini sekarang, tetapi jujur, itulah identitas yang coba saya tampilkan saat masih remaja. Saya mengenakan pakaian serba hitam, mengecat rambut jadi hitam, lalu mencoba berlagak pintar dan misterius. Saya ingin penampilan dan perilaku saya menunjukkan level diri saya yang luar biasa keren. “Inilah saya.”

Namun, jauh di lubuk hati, saya tahu itu bukan identitas saya sesungguhnya. Saya memang punya bakat seni, tetapi saya tidak benar-benar semisterius atau sekeren itu. Saya punya keraguan diri yang melumpuhkan dan merasa tidak bahagia. Saya bersembunyi di balik topeng yang saya buat—identitas saya di depan umum—dengan harapan menjadi orang yang saya inginkan. Benar-benar cara hidup yang menggelisahkan dan melelahkan.

Saya tidak pernah menyangka perjumpaan dengan-Nya akan membebaskan saya untuk menjadi diri saya sendiri.

Saat itulah, di tengah pencarian identitas ini, saya mengenal Yesus dan memberi Dia kendali atas hidup saya. Namun, saya tidak pernah menyangka perjumpaan dengan-Nya akan membebaskan saya untuk menjadi diri saya sendiri.

Setelah mengampuni dosa-dosa kita, tampaknya Allah menggunakan sisa hidup kita untuk membebaskan kita dari belenggu-belenggu kecil yang telah kita buat untuk diri kita sendiri; contohnya belenggu identitas palsu saya tadi. Dia menunjukkan bahwa segala upaya saya untuk bersembunyi di balik pencitraan saya di depan umum itu seperti memasang topeng yang dilihat orang tetapi menghalangi cahaya dalam diri saya. Dengan bersembunyi di balik topeng “seniman keren” ini, saya menghalangi cahaya Yesus untuk bersinar! Jika saya ingin orang melihat Dia di dalam diri saya, saya perlu melepas topeng itu. Jujur saja, topeng itu memberikan keamanan tertentu. Membayangkan hidup tanpa topeng itu sangat menakutkan! Topeng itu adalah tempat persembunyian saya, tempat perlindungan yang memberi saya merasa aman. 

Namun, Mazmur 32:7 memiliki gambaran yang lebih baik! Di sana dikatakan tentang Allah, “Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku.” Daripada terus-terusan takut dan membentengi diri dalam tempat perlindungan buatan saya sendiri, saya dapat menjadikan Allah sebagai perlindungan saya!

Dalam Perjanjian Baru, Paulus memperdalam gambaran ini, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kolose 3:2-3).

Sebagai orang Kristen, hidup kita sungguh-sungguh tersembunyi dengan aman di dalam Yesus. Menemukan keamanan dan perlindungan kita di dalam Dia membebaskan kita dari usaha sia-sia untuk mencari dan memasang topeng diri kita yang selalu berubah. Sekarang, hidup kita—yang bobrok dan berantakan—dapat menampilkan Kristus. 

Kita mengalami kemerdekaan dan keamanan saat menemukan identitas kita ada di dalam Kristus.

Kesadaran bahwa hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus itu telah menggulirkan proses transformasi pada cara kita memandang diri sendiri. Kita mengalami kemerdekaan dan keamanan saat menemukan identitas kita ada di dalam Kristus.

Paulus menggambarkan berkat dan sukacita berada “di dalam Kristus” dalam Efesus 1. Saat kita merenungkan sejumlah pernyataan yang dituliskannya di sana, kita akan melihat bahwa berada di dalam Kristus memberi kita fondasi yang tak tergoyahkan pada identitas kita (ay.5), tujuan baru bagi keseharian kita (ay.6), kesempatan untuk menjadi diri sendiri—melebihi apa yang dapat dicapai dengan usaha kita sendiri (ay.9), dan keluarga kekal dari umat Allah yang sama-sama menerima semua berkat tersebut (ay.10).

Ketika kita memutuskan untuk melepas topeng-topeng kita, orang lain akan melihat siapa kita sebenarnya: manusia tak sempurna yang telah diubahkan oleh anugerah. Di dalam kita, mereka akan melihat Yesus.


Saksikan Juga:

Satu dengan Allah dalam Kristus

Siapa yang menentukan nilai diri kita? Bagi Mike Wittmer, jawabannya sederhana: Yesus. Nilai diri kita tidak ditentukan oleh pencapaian atau bahkan kegagalan kita, karena kesatuan kita di dalam Kristus telah menjadikan kita anak-anak Allah yang sangat dikasihi-Nya. Kita boleh bersandar kepada-Nya, membaca firman-Nya, berdoa, atau sekadar hadir di hadapan-Nya.

Saksikan penjelasan singkat Mike Wittmer tentang arti penting dari identitas kita di dalam Yesus dalam video berikut.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.