Dhimas Anugrah

Dalam Alkitab, sejak penciptaan alam semesta, Allah digambarkan sebagai Pekerja. Allah tidak selalu bekerja sendiri, karena ketika karya cipta-Nya sudah selesai, Dia memanggil manusia untuk bekerja bersama-Nya untuk memelihara dan mengembangkan karya-Nya tersebut. Menurut Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, sedikitnya ada tiga fungsi kerja bagi manusia: Pertama, dengan bekerja ia dapat memenuhi kebutuhannya. Kedua, dengan bekerja ia memperoleh status dalam masyarakat. Ia akan diakui sebagai warga negara yang berguna. Ketiga, dengan bekerja ia mampu menciptakan dan mengembangkan diri secara kreatif. Oleh sebab itu manusia biasa juga disebut sebagai Homo Faber, atau manusia yang bekerja. 

Akan tetapi, menurut Alkitab, dosa telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk pekerjaannya. Selain harus bekerja lebih keras demi menghasilkan apa yang dibutuhkannya untuk hidup, manusia juga harus berhadapan dengan kondisi pekerjaan yang lebih menantang—persaingan dengan sesama pekerja, ketimpangan dalam ekonomi, dan ketidakadilan yang ditimpakan oleh pihak penguasa dan pemberi kerja. 

Kita melihat dalam Perjanjian Lama bagaimana umat Israel pernah menjadi pekerja di tanah asing. Ketika dijadikan budak karena etnik mereka, orang Israel ditindas dan diperlakukan tidak adil (Keluaran 1). Pada gilirannya, ketika umat Tuhan telah dibawa-Nya ke tanah perjanjian, Allah memerintahkan mereka untuk memperhatikan cara mereka memperlakukan sesamanya, secara khusus terhadap bangsa lain yang hidup di antara mereka (Imamat 19:33-34). Contoh terbaik dari perlakuan tersebut adalah ketika Rut, seorang perempuan Moab, bekerja di tanah milik orang Israel dengan jaminan perlindungan dari sang tuan (baca Rut 2).

Perlakuan penuh kasih dari tuan terhadap pekerjanya dan penghormatan yang diberikan pekerja kepada tuannya menjadi citra umat Allah yang disaksikan dunia di sekitarnya.

Dalam Perjanjian Baru, kita melihat bagaimana semangat kehidupan baru dari suatu umat yang telah dilepaskan dari dosa haruslah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka bersama. Para tuan dinasihati untuk tidak menindas dan mengancam pekerjanya, sama seperti para hamba harus tetap bertanggung jawab dalam pekerjaan mereka terlepas dari kehadiran sang tuan. Semua itu karena mereka sama-sama adalah hamba dari satu Tuhan yang memandang setiap orang sama di hadapan-Nya (Efesus 6:5-9; Kolose 3:22-25). Perlakuan penuh kasih dari tuan terhadap pekerjanya dan penghormatan yang diberikan pekerja kepada tuannya menjadi citra umat Allah yang disaksikan dunia di sekitarnya.

Lewat peringatan Hari Buruh tanggal 1 Mei ini, umat Tuhan diingatkan kembali kepada kondisi dunia pekerjaan dan perburuhan yang belum juga ideal, tidak saja di dunia tetapi juga di negara kita sendiri. Meski ada banyak perusahaan yang memperlakukan para pekerja dengan sangat baik dan sejahtera, kita menyadari bahwa tidak semua buruh mendapatkan perlakuan yang sama. Kami rindu mengajak Anda memikirkan dan mendoakan sejumlah hal seputar dunia kerja dan kondisi perburuhan, agar Allah mengaruniakan keadilan dan kesejahteraan baik bagi pihak pemberi kerja maupun pihak pekerja. 

  1. Baik buruh, pengusaha, maupun pemerintah adalah sama-sama manusia yang bekerja. Setiap pihak sedang merespons panggilan Tuhan dalam hidup mereka, dengan bekerja mengelola dunia yang telah Allah ciptakan. Mari berdoa agar tercipta sinergi yang tertata baik antara kaum buruh, pengusaha, dan pemerintah, sehingga menghasilkan suasana kerja dan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua.
  2. Masa resesi ekonomi dan pandemi saat ini tentu tidak mudah dihadapi oleh banyak perusahaan dan pekerjanya. Mari berdoa agar setiap pihak dapat menemukan solusi yang adil, secara khusus dalam hal upah dan kesejahteraan. Kiranya para pengusaha dan pemberi kerja menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, dan para pekerja tetap menjaga kualitas dan integritas mereka secara profesional.
  3. Apa pun posisi kita dalam dunia kerja, kiranya kita terus mengingat siapa Tuan kita yang sejati. Ini sesuai dengan perintah Kitab Suci, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Karena itu, mari bersyukur untuk setiap hal yang dimampukan Allah untuk kita kerjakan guna menghasilkan sumber daya yang sanggup mencukupkan kebutuhan kita.

Baca Juga:

Pekerjaan Idaman

Apa kaitan minat, bakat, ambisi, dan panggilan ilahi? Haruskah kita mencari “tanda” dari Tuhan atau mengikuti kata hati dalam memilih pekerjaan? Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam meniti karir?


Persembahan kasih seberapa pun dari para pembaca di Indonesia memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.