Dhimas Anugrah
Dalam sebuah wawancara radio seorang anggota band ditanya oleh sang penyiar, “Mengapa nama band ini Heaven?” Dengan tenang dan lugas si anak band menjawab, “Karena kami yakin bahwa kewarganegaraan kami bukan hanya sebagai warga negara Indonesia saja, tetapi juga sebagai warga Kerajaan Surga.” Penyiar radio tadi tersenyum dan tampak menunjukkan raut wajah tertarik pada jawaban si anak band.
Kita tidak akan melanjutkan keseluruhan cerita wawancara radio ini, namun jawaban anak band tadi mengingatkan kita kembali, bahwa setiap pengikut Kristus di mana pun ia berada mendapatkan dua macam kewarganegaraan sekaligus, yaitu: warga negara dunia dan warga Kerajaan Surga. “Kita adalah warga negara dua kerajaan. Warga Kerajaan Allah dan warga negara kerajaan dunia ini,” seperti kata Dr. J. Verkuyl.
Sebagai warga negara di dunia ini kita diundang untuk mengusahakan, mengelola, memelihara dan menyejahterakan dunia yang menjadi tempat tinggal bersama (Yeremia 29:7). Adanya “kewarganegaraan ganda” ini mendorong para pengikut Kristus untuk berhikmat mengelola sebuah tanggung jawab berbeda yang tidak boleh didikotomikan atau dikontraskan satu dengan yang lain.
Status “kewarganegaraan ganda” ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita sebagai pengikut Kristus dalam menyambut 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab, kita sekali lagi diingatkan pada undangan untuk mengusahakan kehidupan bersama dan berinteraksi harmonis dengan masyarakat sebagai kado bagi negeri yang dikenal paling plural sedunia ini.
Kado bagi Negeri: Bangkit dan Menjadi Terang
Menyongsong 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, dampak wabah Covid-19 yang mengguncang perekonomian dunia pun turut dirasakan pemerintah dan rakyat Indonesia. PHK dan jumlah pengangguran juga meningkat. Di Jakarta saja, sekitar 500.000 pekerja telah terkena PHK. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pada tahun 2021 angka pengangguran bisa menyentuh 12,7 juta orang. Banyak dari kita mengalami pemotongan gaji hingga dirumahkan. Tentu semua ini tidak mudah. Situasi ini mendorong umat Kristiani Indonesia mengambil peran konkret bagi negerinya.
Memang, guncangan ekonomi yang dihadapi negeri kita saat ini tidak ringan, tetapi kita tak boleh berpangku tangan dan menyerah. Kita didorong untuk berpikir kreatif dan inovatif. Salah satu peluang yang bisa kita lakukan adalah membangkitkan sektor ekonomi, secara khusus di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seorang pengamat ekonomi bisnis mengatakan, “Bangsa kita punya kemampuan dan potensi yang besar dalam berwirausaha. Pangsa pasar dalam negeri juga luar biasa besarnya. Kita bisa mencapai visi Indonesia unggul melalui kebangkitan ekonomi nasional yang bertumpu pada derap langkah maju UMKM.”
Perayaan 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia merupakan momen yang tepat bagi umat Kristiani untuk bangkit dan menjadi terang. Bangkit, selain secara spiritual, juga berarti umat Kristiani diundang untuk menjadi inspirasi dalam mengembangkan kemampuan berwirausaha dan berjejaring. Dengan membangkitkan UMKM, kita harap geliat ekonomi nasional akan perlahan merangkak normal. Dengan aksi nyata ini, niscaya umat Kristiani bisa menjadi terang bagi bangsa Indonesia. Aksi nyata di bidang UMKM ini sekaligus bisa menjadi kado yang indah bagi negeri kita.
Sebagai warga negara dari Kerajaan Allah dan warga negara Republik Indonesia, dalam merayaan 75 tahun kemerdekaan bangsa kita, memberi kado bagi negeri ini adalah cita-cita dan ikhtiar yang bisa kita wujudkan bersama.