Tanpa “Syarat”
Ada anak-anak yang merasa sangat frustrasi saat menemani ibu mereka berbelanja. Mereka heran mengapa ibu harus begitu lama memilih-milih mangga yang kelihatan sama bagusnya. Itu karena di benak para ibu, biasanya ada semacam daftar “syarat” yang harus dipenuhi dari buah yang mereka beli. Menurut para psikolog, dalam mengasihi sesama pun tanpa sadar kita telah membuat sebuah daftar syarat. Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah kasih (1Yoh. 4:16). Apakah cara-Nya mengasihi sama seperti cara kita—dengan membuat syarat?
Perhatikan frasa pembuka dari Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih.” Dalam bahasa Ibrani, frasa itu berarti dengan cara demikian, mengacu pada cara yang dipilih Allah untuk mengasihi kita. Jadi, apakah cara Allah itu? Yohanes 3:16 mengatakan bahwa Dia mengaruniakan kepada kita Anak-Nya yang tunggal, yang satu dengan Bapa, yang memiliki seluruh kepenuhan Allah, dan karenanya Dialah Allah itu sendiri (Kol. 1:15-20).
Herankah Anda karena Allah rela mengaruniakan Anak-Nya demi menyelamatkan kita? Anda tak perlu heran, karena tindakan-Nya itu sejalan dengan sifat-Nya yang pengasih. Dia sama sekali tidak ragu memberikan kepada kita segala yang terbaik dari-Nya, bahkan diri-Nya sendiri. Roma 8:32 menyatakan bahwa tiada yang tidak diberikan-Nya kepada kita. Itu benar-benar menunjukkan natur-Nya yang rela berkorban. Itulah bukti dari sifat Allah yang rela berkorban, dan bagi-Nya, kasih-Nya sama sekali tanpa “syarat”. Bukankah mengagumkan bahwa Allah mengasihi kita dengan cara demikian?
Bagaimana mungkin kita tidak menanggapi-Nya?