Namun, dalam 1 Korintus 15 dijanjikan suatu tubuh kebangkitan yang sepenuhnya berbeda bagi kita yang menaruh harapan pada hari kedatangan Tuhan. “Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah” (1 KORINTUS 15:43-44). Inilah kebangkitan sejati—kebangkitan sesungguhnya dari antara orang mati.
Termasuk kategori manakah kebangkitan yang dialami oleh orang kudus di Golgota tadi? Apakah tubuh mereka adalah contoh tubuh kebangkitan yang dipaparkan dalam 1 Korintus 15—tubuh rohani, tidak binasa, dan kekal—atau hanya tubuh jasmani yang dihidupkan kembali ke dalam tubuh fana, seperti Lazarus dan yang lainnya? Adakah petunjuk dalam Alkitab untuk menjawabnya?
Dalam 1 Korintus 15 dikatakan bahwa semua yang menjadi milik Kristus akan dihidupkan kembali dengan tubuh kebangkitan seperti yang digambarkan di situ (AY.22). Namun, dikatakan juga, “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya” (AY.23), masing-masing dari mereka “semua” akan dibangkitkan berdasarkan urutan yang ditetapkan.
Urutan apakah yang dimaksud? “Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (AY.23). Kristus akan menjadi yang pertama bangkit; Dia hidup dalam tubuh kebangkitan yang dilukiskan di situ—kemudian, pada saat kedatangan-Nya, barulah setiap orang yang menjadi milik-Nya akan dibangkitkan dengan cara yang sama.
Paulus menyebut kebangkitan Yesus dari alam maut sebagai “buah sulung.” Orang Kristen Yahudi tahu persis apa maksud istilah itu. Sebelum memetik panen besar, para petani Yahudi biasa pergi ke ladang untuk mengambil sejumlah hasil yang sudah bisa dipetik. Kemudian mereka membawa dan mempersembahkannya di Bait Suci sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dan bentuk keyakinan bahwa panen utama akan segera terkumpul. Buah sulung adalah wujud penantian seluruh hasil panen.
Perhatikan baik-baik. Rasul Paulus tidak mengatakan bahwa yang akan bangkit pada waktu kedatangan Kristus hanya orang yang belum bangkit (pada peristiwa mukjizat Golgota). Istilah yang dipakai Paulus bersifat mutlak dan mencakup semua— “mereka yang menjadi milik-Nya”—tanpa kecuali. Semua yang menjadi milik Kristus akan dibangkitkan, seluruh umat percaya dari sepanjang masa. Ia juga menambahkan, “tetapi tiap-tiap orang”—masing-masing—“menurut urutannya,” Paulus juga menjelaskan urutan tersebut, “Kristus sebagai buah sulung,” dan kebangkitan kekal hanya terjadi “pada waktu kedatangan-Nya.”
Perhatikan bahwa Paulus dengan cermat memberitahukan bahwa urutan ini berlaku bagi semua orang di sepanjang masa yang ditentukan untuk mendapat bagian dalam kebangkitan tersebut.
Jadi, jelaslah bahwa saat ini belum ada pengikut Kristus yang menerima tubuh rohani yang kekal, dan tak seorang pun akan menerimanya sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Orang kudus yang bangkit di Golgota hanya kembali ke dalam tubuh duniawi. Mereka masih menantikan tubuh kebangkitan hingga saatnya kita diangkat bersama-sama ke hadapan Kristus bersama semua orang dari sepanjang zaman. orang dari sepanjang zaman. Tak seorang pun yang akan mendahului, tidak satu pun yang akan disempurnakan lebih dahulu. Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi orang percaya sehingga semua orang kudus yang dibangkitkan di Golgota takkan disempurnakan tanpa kita.
Melalui peristiwa tersebut, Allah mengajar kita bahwa kebangkitan kekal itu benar dan pasti terjadi. Kejadian tersebut adalah lambang. Hidupnya jenazah orang kudus di Golgota menjanjikan kemuliaan lebih besar yang akan datang. Mereka bukanlah kebangkitan yang dijanjikan itu tetapi tetap merupakan sebuah kebangkitan; replika dari realita sejati. Namun, replika itu penting karena hal tersebut tak mungkin terjadi tanpa adanya kekuatan yang mahakuasa. Inilah makna yang lebih besar di balik bangkitnya para orang kudus; mereka merupakan contoh kebangkitan lebih mulia yang kelak terlaksana.
Telah berulang kali Allah meyakinkan kita tentang kemuliaan kebangkitan yang akan datang, tetapi di sini Dia membuktikannya. Ketika Kristus telah merampungkan karya-Nya dan tiba saat-Nya untuk meninggalkan dunia ini, Allah menunjukkan sekilas dari kebangkitan mulia yang akan datang. Kuasa yang dinyatakan pada waktu itu cukup untuk membuat kita percaya pada apa yang sanggup diperbuat-Nya kelak. Dia menampilkan rencana dan kuasa-Nya sebagai janji serta jaminan akan kembalinya Sang Juruselamat untuk dimuliakan di tengah orang-orang kudus-Nya yang bangkit.
Tujuan Allah
Kita tidak mengetahui rencana lain yang mungkin Allah siapkan bagi orang kudus yang bangkit saat itu selain yang disingkapkan dalam Alkitab. Ketika Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup” (YOHANES 11:25) dan membuktikan kebenarannya dengan membangkitkan Lazarus yang mati, bukti itu tidak terletak pada soal tubuh apa yang Lazarus miliki setelah bangkit. 1 Korintus 15 memperlihatkan apa artinya Yesus sebagai kebangkitan dan hidup. Buktinya terletak pada fakta bahwa kebangkitan Lazarus—sebuah replika kebangkitan sejati—memperlihatkan bahwa Yesus mahakuasa dan sanggup mengadakan kebangkitan, baik kebangkitan tubuh fana maupun baka.
Untuk memahami seluruh rangkaian mukjizat Golgota, penting bagi kita untuk melihat aspek historis dan simbolisnya bersamaan. Gelap gulita tiga jam adalah kejadian nyata sekaligus sebuah lambang. Terbelahnya tabir Bait Suci seakan terpotong oleh pisau dari atas ke bawah juga adalah lambang. Demikian pula gempa bumi yang membelah bukit batu. Terbukanya kubur merupakan suatu lambang. Kain kafan Yesus yang terlipat rapi dan menjadi bukti kebangkitan Tuhan bagi Yohanes pun adalah lambang. Terakhir, bangkitnya orang-orang kudus—sungguh-sungguh hidup kembali tetapi tetap saja hanya merupakan lambang—melengkapi rangkaian mukjizat yang berpadu sempurna.