Dhimas Anugrah

Belum selesai dunia memulihkan diri dari pandemi, kita dikejutkan lagi oleh berita peperangan. Dua negara di Eropa timur, Rusia dan Ukraina berperang. Hingga dua minggu berlangsung, belum ada titik terang kapan perang ganas ini akan berakhir. Jutaan orang mengungsi dan ketakutan, pun warga dunia lain yang secara geografis jauh dari konflik merasa khawatir apabila perang regional ini akan merembet menjadi perang global.

Bagaimana seharusnya kita merespons perang yang berkobar jauh di seberang benua sana?

Kita yang hidup di Indonesia pun mungkin merasakan kekhawatiran yang sama, atau mungkin juga kebingungan. Bagaimana seharusnya kita merespons perang yang berkobar jauh di seberang benua sana?

Untuk mendapatkan jawabannya, kita dapat kembali pada Alkitab, sebuah buku yang kuno secara usia tetapi pesannya tak pernah usang dimakan zaman. Yakobus 5:16 mengatakan, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”. Doa mungkin terkesan sebagai solusi yang terlalu sederhana, yang tak konkret. Namun, Yakobus melalui ayat yang ditulisnya menekankan bahwa doa memiliki kuasa. Bukan hanya bagi kepentingan dan kebutuhan kita pribadi, tetapi juga bagi orang lain, termasuk di dalamnya perdamaian dunia. 

Jika kita menilik kembali ke dalam Kitab Suci, tidak ada teks yang menyatakan bahwa Tuhan menjanjikan dunia kita saat ini sebagai tempat yang 100% damai dan bebas masalah—setidaknya sampai Kristus datang kembali nanti dan menegakkan aturan keadilan serta kedamaian-Nya yang sempurna. Kelak pada waktu kedatangan Kristus kedua kalinya, barulah akan terjadi masa di mana “bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yesaya 2:4).

Jika perdamaian yang sesungguhnya baru akan terjadi kelak, lantas apakah ini berarti tidak ada gunanya berdoa bagi perdamaian dunia?

“Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”(1 Timotius 2:1-2).

Tentu tidak. Kitab Suci mendorong kita berdoa, sebagaimana tertulis: “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” (1 Timotius 2:1-2). 

Perhatikan ayat di atas. “…untuk raja-raja dan untuk semua pembesar..” Mendoakan pemimpin negara dan para penguasa adalah nasihat sabda Tuhan. Bayangkan, jika saja semua orang percaya berhenti berdoa bagi para pemimpin, bagi perdamaian dunia dan bagi mereka yang mencoba mewujudkannya? Tentu dunia akan berada dalam kondisi yang lebih buruk! 

Memang peperangan, kisruh politik, dan kejahatan kemanusiaan masih acap terjadi. Namun, itu tidak berarti bahwa tidak ada hal-hal baik yang tumbuh dan menyebar. Satu abad terakhir kita melihat bagaimana dunia berproses begitu cepat, baik dalam bidang teknologi maupun sosial. Sebagai contoh, seabad lalu dunia mengesampingkan peran wanita dan membatasi hak mereka. Namun kini, dengan berbagai proses yang dicetuskan oleh berbagai orang lewat berbagai peristiwa, kita dapat melihat ada kesetaraan gender yang mulai hadir dalam masyarakat kita. 

Hal-hal baik yang masih ada di dunia ini merupakan bukti pemeliharan Allah atas ciptaan-Nya.

Dunia kita yang sedang berdinamika ini ibarat dua sisi mata uang: ada yang baik dan buruk. Seperti kata filsuf Belanda, Rutger Bregman, bahwa masih banyak orang memiliki sifat manusiawi yang baik untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Hal-hal baik yang masih ada di dunia ini merupakan bukti pemeliharan Allah atas ciptaan-Nya. Inilah sebagian kecil jawaban doa dari Tuhan bagi umat-Nya di dunia. Memang, kita tidak selalu tahu seperti apa pengaruh doa kita, tetapi itu tidak boleh menghalangi kita untuk tetap berdoa.

Doa bagi bangsa-bangsa yang tengah berperang

Doa-doa kita adalah langkah awal untuk membantu terciptanya kedamaian. Meski perang dan semua hal yang terjadi ada dalam kedaulatan Allah, tetapi di saat yang sama kita tidak boleh diam sebagai penonton, kita diundang untuk berdoa agar keadilan, perdamaian, dan pewartaan Injil dapat terus diusahakan di bumi ini. 

Dalam setiap perang pasti ada dampak yang dihasilkan baik bagi negara-negara yang bertikai atau yang lainnya. Bagi warga yang tinggal di negara yang berseteru, mereka harus kehilangan rumah, harta, bahkan keluarga. Ada yang harus mengungsi ke negara lain tetapi ada juga yang diharuskan tinggal dan ikut berperang. Meskipun dampak perang secara langsung lebih dirasakan rakyat dari negara yang bertikai, tetapi secara tidak langsung juga mempengaruhi kondisi dan situasi negara-negara yang lain. Sebagai contoh harga minyak dunia diperkirakan akan naik sehingga mempengaruhi harga-harga barang lainnya. Pada dasarnya perang menimbulkan kesengsaraan bagi jutaan orang baik yang terdampak langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, mari kita berdoa agar dalam pertikaian antara Rusia dan Ukraina masing-masing pihak mengutamakan cinta kasih dan keadilan, sehingga rakyat mereka tidak menderita.

Sekalipun dunia yang telah dicemari dosa masih ada pertikaian dan perselisihan namun Allah tetap bekerja melalui ciptaan-Nya. Kita bersyukur banyak orang di negara-negara sekitar, seperti Jerman dan Polandia, dengan hati terbuka menerima para pengungsi yang melarikan diri dari perang di Ukraina.. “Kami ingin menyelamatkan nyawa. Itu tidak tergantung pada paspor,” ujar Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser. Sementara itu, para ibu di Polandia menaruh kereta-kereta bayi mereka di stasiun untuk para pengungsi dari Ukraina yang membawa bayi.

Para rekan Our Daily Bread (ODB) Ministries di Eropa juga bersatu hati menyikapi situasi di Ukraina saat ini. Mereka berusaha memberikan bantuan yang dibutuhkan kantor ODB di Ukraina. Rekan-rekan Belarusia membantu dalam pelayanan digital untuk para pembaca di Ukraina. Begitu pula tim Rusia terus mencari cara agar pelayanan ODB di sana dapat terus berjalan meski ada sanksi ekonomi. Rekan di Polandia juga tengah mendistribusikan 3.000 eksemplar materi literatur ODB dalam bahasa Ukraina yang sekiranya bisa menguatkan iman anak-anak Tuhan di negara yang sedang diamuk perang itu.

Ini adalah kisah yang indah di tengah panasnya api perang. Allah masih mengizinkan kebaikan dalam hati manusia tidak dikalahkan oleh kejahatan yang merajalela di dunia ini. Ikhtiar saling menolong dan menopang di masa yang tidak mudah ini adalah contoh nyata kehidupan keluarga Kerajaan Allah. Mari kita berdoa untuk perdamaian di sana seraya tak lupa memohon agar di dalam keadaan yang sulit ini kuasa firman Tuhan yang menguatkan dan mengubahkan tetap dapat disampaikan kepada semua orang. Sebab seperti kata Yakobus,  “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (5:16).

Mari kita mendoakan:

  1. Perdamaian di wilayah konflik, kiranya Allah melindungi penduduk sipil di sana.
  2. Tuhan memakai materi-materi ODB untuk membawa rekonsiliasi dan harapan bagi mereka yang terdampak perang.
  3. Kekuatan bagi seluruh tim ODB di Eropa karena mereka memiliki tambahan beban kerja yang kompleks di tengah perang yang berkecamuk ini.

Baca Juga:

Damai di Tengah Dunia yang Kalut

Kabar tentang perang menyadarkan kita bahwa kadang kedamaian begitu mahal harganya. Manusia dapat mengusahakan damai, tetapi itu pun bisa buyar dalam waktu sesaat. Kita bertanya-tanya, seperti apakah damai yang sesungguhnya, dan mungkinkah damai itu dialami selagi kita ada di dunia yang carut-marut ini?

Lewat Seri Terang Ilahi di bawah ini, temukanlah janji Kristus bagi umat yang merindukan damai yang menetap.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.