Teman-teman saya dulu sempat menyebut cita-cita saya agak “aneh”. Saat SD, saya ingin menjadi supir bus malam karena saya begitu senang tiap kali diajak orang tua pergi ke Surabaya. Saat SMP, saya ingin jadi masinis kereta api. Saat SMA, cita-cita itu berubah lagi dua kali. Pertama ingin jadi dokter, kedua ingin jadi wartawan.
Keinginan untuk jadi wartawan muncul karena hobi saya menikmati perjalanan di atas bus atau kereta api. Rasanya pasti asyik dan menantang bila pekerjaan saya nanti bisa bepergian ke banyak tempat—mulai tempat wisata hingga medan perang sekalipun untuk meliput banyak berita. Singkat cerita, cita-cita itu rasanya menemui jalannya. Saya lalu pindah ke Jogja dan menempuh studi dengan peminatan di Jurnalisme media cetak. Namun, dunia yang kita tinggali tidaklah statis. Perubahan terjadi setiap hari. Pada waktu impian menjadi wartawan ini muncul, saya tidak menyangka bahwa popularitas media cetak akan memudar dengan cepat. Kala itu, di medio 2010-an, kita memang sudah mengenal teknologi Internet dan instant-messaging yang begitu beken dipelopori oleh pabrikan ponsel bermerek buah beri. Namun, animo masyarakat terhadap media cetak masih tinggi. Majalah-majalah masih bermunculan dan laku. Berita-berita kredibel dan komprehensif masih lumrah disajikan pada koran-koran cetak yang diantar setiap hari oleh loper atau dijual di lapak-lapak pinggir jalan.
Sekarang, apakah ada dari antara kita yang masih berlangganan koran atau membaca media-media cetak? Saya rasa jumlahnya telah menurun drastis. Era printing yang dimulai sejak penemuan mesin cetak Gutenberg pada tahun 1450 telah berganti menjadi era digital yang diawali pada 1990-an dan menjadi semakin masif lagi di masa kini.
Berpindah Rupa, tapi Tak Menihilkan Tantangan
Menjawab perubahan zaman, media-media pun berbenah. Mereka bermigrasi dari wujud cetak menuju digital. Namun, meskipun tampaknya ini jadi solusi jitu, tapi tak serta-merta melenyapkan tantangan di depan. Bila untuk menikmati media cetak orang harus “bayar harga” dengan membeli, pada dunia digital konsep bayar harga itu agak meluntur. Banyak materi bisa diakses dengan mudah hanya via sentuhan jari sehingga memunculkan kesan seolah semua yang digital bisa diterima dengan gratis. Orang-orang lupa bahwa memindahkan media dari cetak ke digital memang mengurangi ongkos distribusi, tetapi tidak menihilkan biaya produksi. Alhasil, setelah mencoba peruntungan di dunia digital, ada media-media yang akhirnya gugur. Mereka yang bertahan pun berbenah diri mengubah strategi. Ada media yang mengenalkan sistem subscription, ada pula yang memaksimalkan pendapatan dari clickbait.
Inilah realitas dunia yang berubah dengan cepat dan kadang tak terduga. Perubahan pada cara bagaimana kita menikmati informasi hanyalah sekelumit dari banyak perubahan yang harus kita hadapi. Demikian juga dengan cita-cita saya. Selepas lulus, Tuhan membelokkan panggilan karier saya. Bukan untuk menjadi wartawan yang mewartakan berita-berita berbagai kejadian di dunia, tetapi menjadi “wartawan” yang mewartakan kisah kasih-Nya yang masih terus berlanjut bagi dunia melalui pelayanan Our Daily Bread Ministries (ODBM).
Pelayanan ODBM secara lembaga dimulai pada tahun 1938 dengan suatu misi: untuk menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup diterima dan dimengerti oleh semua orang. Hingga hari ini, ODBM telah melayani selama 86 tahun! Apa yang saya ceritakan di awal tulisan ini juga ikut kami alami. Kami tidak kebal dari perubahan dan ikut merasakan bagaimana tantangan-tantangan itu menghantam pelayanan kami. Namun, kami tahu bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik di antara kita adalah setia (Filipi 1:6). Dari zaman ke zaman, perubahan ke perubahan, Tuhan terus bekerja. Cerita kasih-Nya adalah kisah yang tak lekang oleh waktu. Media boleh berubah, demikian juga pola konsumsi informasi masyarakat, tetapi firman Tuhan bagi umat-Nya tetap sama dari masa ke masa (Mazmur 119:89-90).
Perubahan memang tampak menyulitkan bila dilihat di satu sisi, tapi di sisi lainnya, perubahan membuka kesempatan-kesempatan baru. Kami bersyukur, Tuhan memberkati upaya kami untuk ikut hadir di dunia digital. Salah satu dari banyak inisiasi konten digital yang kami lakukan adalah Podcast KaMu yang bisa didengarkan dalam dua versi: audio-video, atau audionya saja.
Podcast ini digagas pertama kali oleh tim WarungSaTeKaMu pada saat pandemi masih merebak hebat. Konsepnya sederhana: firman Tuhan dibawakan dalam format obrolan santai oleh narasumber yang kompeten dan berjiwa muda. Firman Tuhan itu menjadi dasar dari berbagai topik yang dihadapi oleh audiens. Contohnya, ketika pandemi menjadikan orang-orang terisolasi, kami mengangkat isu tentang fenomena kesepian yang menjangkiti tak hanya orang-orang senior, tapi juga anak-anak muda. Hingga saat ini, Podcast KaMu telah hadir dalam 30 episode dan akan terus bertambah setiap bulannya. Juga, oleh anugerah Tuhan sajalah, Podcast KaMu dipakai-Nya untuk memberkati para audiens. Belum lama ini, kami sungguh terharu mendengar kabar ada beberapa donasi yang masuk dari para pendengar Podcast KaMu yang diberkati dan digerakkan Roh Kudus untuk ikut mendukung pelayanan ODBM melalui persembahan kasih.
Respons-respons positif juga kami terima pada bidang-bidang pelayanan lainnya dalam ODBM. Ada audiens yang lebih semangat membaca Alkitab karena dibantu oleh materi Teman Jelajah, orang tua yang mendapatkan wawasan baru tentang parenting melalui Hikmat Keluarga, serta hamba Tuhan yang disegarkan semangat panggilannya melalui Beranda Pendeta.
Setiap dukungan yang diberikan kepada pelayanan ODBM, yang masuk melalui beragam metode dan prakarsa adalah panggilan bagi kami untuk setia dan bertanggung jawab melayani setiap audiens sebab pelayanan ini bukanlah tentang kami, tapi tentang Tuhan kita yang rindu setiap orang dapat mengenal-Nya dan bertumbuh menyerupai Kristus. Kami berdedikasi untuk membangun kecintaan seumur hidup kepada Alkitab supaya orang-orang mengalami perubahan hidup lewat kuasa firman Tuhan.
Maukah Anda ikut terlibat dalam pelayanan bersama ini?
“Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: “Allahmu itu Raja!” (Yesaya 52:7).
Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.