Pdt. Bungaran Gultom

Saya pernah pacaran jarak jauh. Saya di Jakarta, sementara pacar saya di luar kota. Alat untuk merangkai komunikasi adalah dengan mengandalkan telepon genggam dengan fitur yang minim—cuma telepon dan SMS, tanpa kamera. Meski komunikasi via perangkat genggam itu relatif lancar, tetapi jarak yang begitu jauh membuat hubungan kami akhirnya kandas. Melakukan panggilan telepon dan SMS yang dibatasi dengan pulsa dan dana membuat komunikasi terhambat. Merawat penantian memang tidak mudah. 

Saat ini kita sedang masuk dalam salah satu masa liturgi gereja yang disebut Adven. Inilah masa persiapan bagi orang percaya sebelum merayakan Natal. Makna masa Adven adalah penantian kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Orang Kristen sedang menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali—suatu janji yang dinyatakan secara jelas dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 1:9-11; Matius 24:27,30-31; 1 Tesalonika 4:16-17). Dia sungguh-sungguh akan datang kembali! Waktu kedatangan-Nya pun dengan gamblang ditulis oleh Yohanes dalam Wahyu 22:7, “Sesungguhnya Aku datang segera.” Lalu, di Wahyu 22:20, “Ya, Aku datang segera!” Istilah segera dapat dimaknai tidak menunda-nunda, cepat, atau seketika. 

Bayangkan kalau Anda adalah Yohanes. Anda sangat mengasihi Yesus. Namun, karena ketaatan dan cinta Anda pada Kristus, Anda harus menanggung hukuman yang memangkas seluruh kemanusiaan Anda lewat isolasi di sebuah pulau terpencil. Tersiksa, terpisah, terasingkan (lihat Wahyu 1:9). Sudah pasti hati dan pikiran Anda diliputi keresahan. 

Yohanes percaya bahwa janji itu akan digenapi oleh Tuhannya, karena ia tahu bahwa firman Allah selalu ya dan Amin.

Namun, di tengah kerisauan tersebut, Pribadi yang Anda kasihi menghampiri Anda dan berjanji akan datang kembali untuk Anda. Bagaimana kira-kira perasaan Anda? Saya dapat membayangkan betapa bahagianya hati Yohanes mendengar janji kedatangan Tuhan Yesus. Harapan bahwa Yesus akan menjumpainya, menghapus air matanya, membebat lukanya, membawanya ke tempat Yesus berada tentu membuat hati Yohanes meluap dengan tangis sukacita. Segala kegetiran yang dialami dirinya, dan semua orang percaya yang saat itu tengah menderita penganiayaan, seolah terhapus dengan janji ilahi yang dibentangkan Allah kepada Yohanes. Yohanes percaya bahwa janji itu akan digenapi oleh Tuhannya, karena ia tahu bahwa firman Allah selalu ya dan Amin (2 Korintus 1:20), dan itulah yang membuatnya terus memelihara kerinduan, harapan, dan mimpinya pada Yesus. Tak heran, Yohanes berseru dengan penuh kegirangan: “Amin, datanglah, Tuhan Yesus! (Wahyu 22:20b).

Merawat kerinduan orang percaya akan kedatangan Kristus

Seseorang pernah mengatakan bahwa meskipun dunia ini tidak adil, tetapi dunia ini indah. Rasanya pernyataan itu tidak salah. Allah menciptakan dunia ini begitu indah. Namun, Alkitab mewanti-wanti kita untuk tidak terpikat dan terikat oleh keindahan dunia dan segala kemegahan di dalamnya. 

Alkitab pernah mengisahkan tentang istri Lot. Saat Allah menghukum kota Sodom dan Gomora, ia dan keluarganya pergi untuk menyelamatkan diri. Namun, dikatakan bahwa ia “menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam” (Kejadian 19:26) meskipun malaikat Allah sudah memperingatkan agar siapa pun tidak boleh menengok ke belakang (ay.17). Banyak tafsiran yang berusaha menjelaskan mengapa istri Lot melakukannya. Salah satunya adalah keengganan istri Lot untuk meninggalkan kemakmuran dan kesenangan yang didapatnya di kota fasik tersebut. 

Berbeda dengan Tuhan Yesus yang ditawarkan semua kesenangan dunia oleh Iblis. Alih-alih menerimanya, Yesus menolak keras tawaran tersebut (Matius 4:8-10). Sebagai manusia seutuhnya, Yesus tidak imun terhadap kesenangan yang ditawarkan dunia. Namun, sebagaimana disampaikan-Nya sendiri, Dia mengerti tujuan keberadaan-Nya di dunia ini adalah untuk menggenapi seluruh rencana dan kehendak Bapa-Nya (Lukas 22:42). 

Perjumpaan dan kehidupan kekal bersama Sang Kristus sepatutnya menjadi puncak seluruh kebahagiaan dan sukacita orang percaya yang paling purna.

Kegagalan banyak orang percaya saat ini untuk memelihara kerinduan akan kedatangan kembali Tuhan Yesus bisa jadi karena kita membiarkan dunia ini memuaskan diri kita sedemikian rupa, sehingga kita lupa bahwa Kristus adalah alasan sekaligus tujuan hidup kita di dunia ini. Rasul Yohanes menyerukan ulang apa yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya, ketika ia berkata bahwa semua orang percaya berasal dari Allah, bukan dari dunia (1 Yohanes 5:19, band. Yohanes 17:14,16). Kewargaan permanen kita adalah dalam surga, tetapi kewargaan kita di dunia bersifat temporer. Karena itu, perjumpaan dan kehidupan kekal bersama Sang Kristus sepatutnya menjadi puncak seluruh kebahagiaan dan sukacita orang percaya yang paling purna. Tidak ada yang lebih indah daripada perjumpaan dan hidup dengan Anak Allah yang telah menyelamatkan kita dari hukuman dosa (Yohanes 14:3).

Sebelum terangkat ke surga, Tuhan Yesus menyampaikan satu pesan terakhir yang menjadi hasrat hati-Nya. Kepada murid-murid-Nya, Dia berkata, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8). Sambil menantikan semua janji-Nya digenapi secara sempurna, Yesus ingin agar semua kekasih hati-Nya, yang akan dijemput pada kedatangan-Nya yang kedua kali, menunaikan tugas tersebut dengan sepenuh hati. Dia ingin menjadikan mereka sebagai saksi-saksi-Nya, yang dengan penuh sukacita memberitakan kabar mengenai Pribadi dan karya-Nya. 

Selamat menjalani masa Adven! Nantikan kedatangan-Nya! 


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.