Oleh Dhimas Anugrah
Kemampuan seseorang mengelola atau merencanakan keuangan bisa menjadi tanda kedewasaan rohani seseorang. Perencanaan finansial yang baik artinya tidak sekadar mampu menyisihkan penghasilan dengan menabung, tapi juga mengalokasikan pengeluaran sesuai kebutuhan dan bukan sekadar memuaskan gaya hidup. Maka, penting sekali merencanakan keuangan kita dengan bijaksana.
Terkait keuangan, biasanya orang cenderung terbagi menjadi dua kelompok: “bukan perencana” dan “perencana.” Orang yang “bukan perencana” biasanya menabung dari uang sisa yang ada setelah uang penghasilan dipakai untuk belanja ini itu, atau bahkan tidak menabung sama sekali. Tapi, seorang “perencana” sejak awal menyisihkan sebagian uang penghasilannya untuk menabung. Menurut Survei Kekayaan Modern 2021 oleh Schwab, hanya 33% orang (di Amerika) yang memiliki rencana keuangan. Sebagian lainnya mengatakan bahwa rencana keuangan terlalu rumit, atau tidak punya waktu untuk membuat rencana. Sementara di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2017 mencatat, hanya 12,6 persen masyarakat yang melakukan perencanaan keuangan. Hal itu mengindikasikan bahwa kesadaran perencanaan keuangan masyarakat di Tanah Air masih minim.
Apakah Anda tipe perencana atau bukan perencana? Alkitab memiliki lebih dari 2.350 ayat yang membahas tentang uang, ini menjadikan “uang” salah satu topik yang paling banyak dibahas. Tentu, penting bagi orang percaya mempertimbangkan nasihat Kitab Suci ketika merencanakan atau mengelola keuangan. Seperti kata seorang pengkhotbah Kristen, “Cara kita mengelola uang adalah cerminan langsung dari sikap hati kita kepada Tuhan.” Ia benar. Uang adalah alat untuk memuliakan Tuhan di dunia ini. Yesus pernah berujar, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21).
Prinsip Sederhana
Tanpa perencanaan keuangan yang baik, seorang individu, keluarga, bahkan organisasi apa pun bisa menghadapi masalah finansial. Banyak sumber yang dapat kita pelajari mengenai cara mengelola keuangan yang bijak. Uniknya, dari prinsip keuangan sehat yang selama ini dikenal di masyarakat, banyak pula yang memiliki dasarnya pada hikmat Alkitab. Misalnya:
- Jangan ingin cepat menjadi kaya – Amsal 13:11 “Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit akan menjadi kaya.”
- Berhati-hatilah dengan utang – Amsal 22:7 “Orang kaya menguasai orang miskin, yang berutang menjadi budak dari yang mengutangi”
- Sediakan dana darurat – Amsal 21:20 “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.”
- Rajin dan memiliki etos kerja yang baik – Amsal 10:4 “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”
- Bekerja dalam kejujuran dan integritas – Amsal 15:6 “Penghasilan orang fasik membawa kerusakan.”
Masih ada ayat-ayat lain di Alkitab mengenai keuangan, tapi dari semua ayat di atas, tentu kita sepakat dengan nilai-nilai yang ditawarkannya. Meski dalam melaksanakannya terkadang terasa tidak mudah, pada titik ini pun kita diundang untuk tidak menyerah berusaha menjadi anak Tuhan yang cakap dalam mengelola keuangan. Selain bisa mengelola keuangan secara pribadi dengan baik, Kitab Suci juga mengajak orang percaya bermurah hati dan mengambil bagian dalam mendukung pekerjaan pelayanan Tuhan.
Merencanakan Keuangan demi Kekekalan
Paulus memuji orang-orang percaya di Filipi yang telah memberi untuk pelayanannya. “Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia… di Tesalonika pun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku (Filipi 4:15-16). Dalam bagian ini, Paulus ingin menunjukkan kepada jemaat bahwa pemberian yang mereka lakukan bagi karya pelayanan Paulus begitu bermanfaat dan berharga. Dalam zaman sekarang pun, pemberian orang percaya bagi karya pelayanan sangat bermanfaat bagi kelangsungan pekerjaan Tuhan di dunia.
Pada abad lalu, seorang wirausahawan Kristen bernama Robert Gilmour LeTourneau mengambil keputusan menjadi “pengusaha bagi Tuhan.” Sejak ia belum memiliki apa-apa dan usahanya masih kecil, ia belajar setia mendukung pekerjaan pelayanan dari sebagian profit yang ia dapatkan. Ketika ia berhasil secara finansial, LeTourneau meningkatkan pemberiannya sampai pada titik di mana dia memberikan 90% penghasilannya untuk karya pelayanan. Bagi kebanyakan kita, tentu ini kesaksian yang ekstrem, atau mungkin ada yang berpikir, “Aku juga bisa memberikan 90% kalau aku diberkati jadi seorang milyarder.” Ya, mungkin saja, tetapi LeTourneau tidak memulai mendukung pelayanan secara finansial ketika sudah menjadi orang kaya.
Hingga akhir hidupnya, LeTourneau menginovasi hampir 300 penemuan penting dan memiliki ratusan hak paten selama hidupnya. Kisah ini tidak untuk mengajak Anda memberi 90 persen penghasilan Anda. Tapi, mengingatkan kita bahwa seberapa pun persentase penghasilan kita saat ini, kita diajak membuat rencana mendukung pekerjaan pelayanan Tuhan di setiap kesempatan. Yang perlu diingat, memberi bagi pekerjaan Tuhan bukan didasari untuk mendapat berkat yang lebih besar dari Dia. Sama sekali tidak demikian. Memberi bagi pekerjaan Tuhan merupakan bentuk cinta kita kepada Allah. Amsal 11:24-25 mengatakan, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Injil pun mengajak kita menggunakan sumber daya duniawi kita untuk memberi manfaat bagi orang lain yang berdampak pada kekekalan (Lukas 16:9).
Bagaimana Anda akan memasukkan dukungan kepada pekerjaan pelayanan ke dalam perencanaan keuangan Anda?
Mengelola uang secara bijak merupakan tanda kedewasaan rohani kita dalam mengiring Kristus. Pada saat yang sama, Our Daily Bread (ODB) Indonesia bersyukur atas dukungan setia para pembaca selama ini, sehingga banyak materi dapat dinikmati oleh lebih banyak orang di negeri kita. Dalam iman kita akan melihat orang-orang dari segala bangsa mengalami persekutuan pribadi dengan Kristus, bertumbuh semakin menyerupai Dia, dan melayani di jemaat lokal yang merupakan anggota keluarga-Nya. Kiranya Allah semakin memberkati Anda ketika bermurah hati mendukung karya pelayanan bagi sesama.
Simak juga:
Bicara Soal Uang
Uang memang merupakan masalah besar. Meskipun kita tahu bahwa uang bukanlah segala-galanya, tetapi hampir segala sesuatu memerlukan uang—pendidikan, sandang, pangan, dan masih banyak hal lainnya. Jadi, siapa yang bisa kita percayai untuk memberikan kepada kita nasihat terbaik mengenai uang?
Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.