Ruth Chou Simons
Waktu saya masih kecil dan tinggal di negara bagian New Mexico, ayah saya sering mengajak keluarga kami jalan-jalan naik mobil melintasi jalan raya yang membelah padang gurun. Biasanya saya langsung tertidur pulas begitu mobil kami keluar dari kota dan memasuki padang gurun yang berkilo-kilo meter jauhnya. Pikir saya, untuk apa melihat tanah kering? Tidak ada tumbuhan apa-apa. Sangat terik, gersang, coklat, dan datar. Gurun adalah tempat yang sebaiknya dihindari atau diabaikan saja. Pengalaman yang indah-indah membuat kita bersemangat, tetapi ada hal-hal tidak menyenangkan yang jika bisa ingin kita dihindari.
Mungkin hal-hal itu berupa situasi yang tidak bisa dipulihkan lagi, keadaan yang sulit, atau pencobaan yang seakan tiada akhir. Mungkin itu suatu masa yang kering kerontang dan melemahkan semangat. Begitu terik, gersang, dan tidak menyenangkan. Padang gurun membuat kita merindukan pemenuhan khusus yang tidak akan kita dapatkan jika kita berada di tanah yang subur. Mungkin itulah alasan Allah memilih untuk membawa umat-Nya, bangsa Israel, melewati padang gurun sebelum masuk ke Tanah Perjanjian. Dia bisa saja membuat perjalanan mereka cepat tuntas dan bebas masalah, supaya bangsa itu tetap bersemangat dan gembira. Siapa yang tidak mau menerima kiriman persediaan makanan yang langsung tersedia! Itulah yang biasanya kita harapkan dari Allah—pertolongan yang datang sekarang juga.
Namun, seperti yang ditunjukkan Allah kepada umat-Nya di padang gurun, Dia lebih memilih untuk menjamah hati kita, menerima penyembahan kita yang murni, dan membuktikan kesetiaan-Nya daripada menyediakan jalan pintas atau solusi yang bersifat sementara. Allah bermaksud memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. “Jalan” di tengah padang gurun yang dibuat bagi anak-anak-Nya bukan sekadar jalan keluar dari perbudakan, jalan aman menyeberangi Laut Teberau, persediaan manna setiap hari, atau jalan masuk ke Kanaan, Tanah Perjanjian. Jalan itu adalah gambaran jalan, kebenaran, dan kehidupan yang kita kenal melalui Yesus Kristus. Dialah yang membawa kita melewati padang gurun dosa dan kematian.
Sebenarnya, kalau kita benar-benar memperhatikan, banyak sekali keindahan yang bisa dilihat di padang gurun! Di sana banyak makhluk hidup yang belajar bertahan hidup dengan apa pun yang Allah sediakan. Dari sana muncul juga pujian yang agung bagi Sang Pencipta. Dalam keheningan gurun, selalu terdengar bisikan tentang kesetiaan-Nya yang abadi. Baik di padang gurun yang sesungguhnya maupun di padang gurun rohani, Yesus adalah satu-satunya sumber pengharapan kita—pemulih dan penopang hidup kita.
Bagi kita yang saat ini sedang melintasi padang gurun, yakinlah bahwa harapan masih ada. Allah menuntun kita melewati padang gurun untuk menunjukkan kepada kita mata air yang hanya dapat dipancarkan oleh-Nya. Dia mengizinkan kita mengalami kehausan dahsyat agar kita dapat merasakan kepuasan yang terbesar. Kita mungkin merasa hilang arah, tetapi Allah akan membuat jalan di padang gurun. Di sanalah kita mendapati bahwa Allah saja sudah cukup untuk menghadapi keadaan yang seakan tak teratasi.
Entah keadaan kita berubah atau tetap sama, entah kita menerima kelegaan atau tidak, dan entah kita masuk ke tanah yang subur atau terus berada dalam kekeringan, kita dapat terus berpegang pada pengharapan di dalam Kristus—sumber air hidup! Di dalam Dia, kita akan menerima curahan anugerah pemulihan yang menopang kita dan melihat keindahan yang disediakan-Nya bagi kita. Dialah satu-satunya harapan kita di setiap masa . . .bahkan di masa-masa kekeringan.
Dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya, tujuan utama Allah atas padang gurun adalah untuk mendekatkan kita dengan Dia dan agar Dia dapat menunjukkan kesetiaan-Nya kepada kita. Dia memilih padang gurun dan memakainya untuk menunjukkan keindahan dari pengharapan di dalam Kristus. Jangan menyerah, karena ada begitu banyak yang ingin Dia tunjukkan kepada Anda di tengah kekeringan yang Anda jalani.
Kenali Ruth dan pelayanannya lebih jauh di sini.
Baca Juga:
Saat Segalanya Semakin Sulit
Apakah yang dapat Anda perbuat saat menjalani masa-masa sulit dalam hidup? Dalam bahan PA ini, penulis Joe Stowell membagikan hikmat dari Yakobus 1:2 untuk menolong Anda meraih pemahaman dan pemulihan di tengah pencobaan hidup. Terimalah sudut pandang baru tentang pengharapan dan sukacita yang diberikan Allah agar iman Anda tetap maju dan bertumbuh, kendati segalanya terasa semakin sulit.
Jika Anda diberkati melalui materi-materi ini dan ingin melihat lebih banyak orang diberkati, Anda dapat juga mendukung pelayanan kami.