Dhimas Anugrah
Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus. –Filipi 3:13-14
Ketika ditanya apa kesan menjadi seorang Kristen, mungkin banyak orang menganggapnya sebagai pengalaman yang mengubahkan hidup. Demikian juga dengan saya. Ketika duduk di kelas IX SMP, oleh rahmat-Nya, Roh Kudus menjamah hati saya pada suatu acara persekutuan pemuda di malam hari. Peristiwa pertobatan ini terasa sederhana, tidak melibatkan kisah-kisah dramatis. Kala itu ada seorang guru Sekolah Minggu dari Filipina yang berkhotbah dalam bahasa Inggris. Pesannya sederhana, dia menjelaskan betapa Allah rindu merangkul setiap orang berdosa.
Pada akhir khotbahnya, guru itu mengundang yang hadir untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan hidup sungguh-sungguh bagi Dia. Hati saya pun tersentuh. Saya merasa momen itu adalah saat di mana saya harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah—kepada Yesus yang sebelumnya saya anggap cuma sebagai salah satu tokoh agama saja.
Singkat cerita, dalam iman yang sekarang saya percayai, saya telah menjadi ciptaan baru. Namun, kisah indah ini hanyalah awal yang baru dari perjalanan spiritual yang panjang. Apa artinya hidup sebagai ciptaan baru dalam Kristus? Dalam tulisan ini, saya akan berbagi sedikit cerita.
Dua Hal Penting
Pertama: keputusan untuk menerima dan mengikut Yesus bukanlah akhir dari perjalanan iman kita di dunia. Justru, inilah awal dari perjalanan hidup yang baru (Ibrani 12:1). Hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus melibatkan proses pertumbuhan dan transformasi yang berkelanjutan. Kita menundukkan pikiran, taat pada kehendak Allah, dan hidup sesuai dengan sabda-Nya (Roma 12:2; Yakobus 1:22-25). Proses ini bisa kita lalui jika kita mengembangkan kebiasaan berdoa dan membaca Alkitab setiap hari, karena melalui dua aktivitas inilah kita melatih diri berelasi intim dengan-Nya.
Kedua: hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus juga berarti menanggalkan cara hidup kita yang lama (1 Petrus 1:18; 2 Korintus 5:17). Proses ini melibatkan perubahan dalam perilaku, sikap, dan hubungan kita dengan sesama. Kita juga didorong memberi pengampunan kepada orang lain dan memohon pengampunan atas dosa-dosa kita sendiri kepada Allah.
Perubahan dari cara lama ke cara baru telah ditunjukkan oleh tokoh-tokoh iman sebelum kita. Dari perubahan inilah mereka menunjukkan buah yang nyata. Salah satunya Rasul Paulus. Sebelum bertobat, dia dikenal sebagai Saulus yang menentang keras kekristenan. Dia menganiaya orang-orang Kristen dan hadir dalam peristiwa perajaman Stefanus, martir Kristen pertama. Namun, dalam perjalanannya menuju Damaskus, Paulus mengalami perjumpaan yang penuh kuasa dengan Yesus yang mengubah hidupnya selamanya (Kisah Para Rasul 9:2-25). Dari yang menganiaya, kini Paulus dianiaya oleh karena imannya pada Yesus. Namun, dari situlah Paulus tumbuh menjadi salah satu pemimpin terkemuka di Gereja Mula-mula. Kisah Paulus menegaskan bahwa meskipun manusia tersesat begitu jauh, selalu ada jalan untuk kembali pada-Nya.
Selain Paulus, kita juga tentu tidak asing dengan kisah perempuan yang tertangkap basah sedang berzinah dalam Yohanes 8:1-11. Dalam cerita ini, sekelompok pemimpin agama membawa seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah ke hadapan Yesus dan bertanya kepada-Nya apa yang harus mereka lakukan terhadap perempuan itu. Yesus menjawab mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Para pemimpin agama pergi satu per satu, dan Yesus mengampuni perempuan itu, menyuruhnya pergi dan tidak berbuat dosa lagi. Kisah ini menunjukkan bahwa seberapa dalam pun kita terendam dalam dosa, Tuhan selalu siap untuk mengampuni dan menawarkan cara hidup yang baru.
Melihat kepada Salib
Meninggalkan kehidupan lama bukan hanya tentang melepaskan perilaku berdosa, tetapi juga tentang melepaskan hal-hal yang menghalangi kita untuk mengikut Tuhan sepenuhnya. Kita diajak untuk setia melihat kepada salib Kristus. Hal ini berarti, kita berfokus pada teladan Kristus dan apa yang Dia sudah kerjakan bagi kita di Kalvari. Melihat pada salib Kristus mengajak kita mengelola dan meninggalkan pola pikir yang negatif hingga hubungan yang tidak sehat.
Hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus adalah sebuah perjalanan yang melibatkan kesediaan kita melihat kepada Salib Kristus. Ini mengacu pada tindakan memusatkan perhatian pada pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib demi mengampuni dosa manusia. Salib merupakan simbol utama dalam iman Kristiani yang mewakili tindakan kasih dan pengorbanan paling utama Sang Putra Allah.
Salib Kristus juga mengajak kita melepaskan diri dari manusia lama dan menerima cara hidup yang baru (Efesus 4:20-24). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus telah memungkinkan kita untuk diampuni dari dosa-dosa kita dan mengalami hidup yang baru di dalam Dia. Ini berarti bahwa kita tidak lagi harus ditentukan oleh kesalahan atau kegagalan kita di masa lalu, tetapi kita ditentukan oleh status “ciptaan baru” di dalam Kristus.
Wafatnya Yesus Kristus bukan hanya sebatas peristiwa di kalender Kristiani, tetapi sebuah undangan untuk menjadi ciptaan yang baru. Pertobatan saya di masa lalu bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan hidup yang memiliki tujuan dan makna. Demikian pula pertobatan Anda. Ketika kita menerima undangan pertobatan dan berjalan dengan iman, kita dapat mengalami kepenuhan hidup yang datang dari menjadi ciptaan baru di dalam Kristus. Jadi, mari kita mengingat pengorbanan yang telah Yesus berikan bagi kita di kayu salib, hidup setiap hari sebagai ciptaan baru di dalam Dia, dan tidak hidup seperti manusia lama lagi.
Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.