Bicara soal waktu, tiap orang punya pandangannya tersendiri. Bagi anak-anak, waktu berjalan begitu lambat, tetapi bagi orang dewasa, mungkin waktu berjalan seperti sebuah pacuan kuda atau balapan mobil: rasanya berjalan begitu cepat, tahu-tahu sudah tahun baru lagi.
Untuk memaksimalkan waktu dan tahun yang baru, ada beberapa orang yang mengawali tahun dengan segudang resolusi yang harapannya akan terwujud. Mereka mengevaluasi kinerja dan pencapaian di tahun yang lalu dan menyusun strategi untuk mendapatkan pencapaian lebih baik di tahun depan. Namun, seiring waktu berlalu, tak sedikit yang akhirnya gagal. Resolusi yang dulu disusun dengan begitu semangat berakhir jadi daftar to-do-list yang dilakukan ogah-ogahan, atau bahkan tidak sama sekali.
Kok bisa?
Kita mungkin sudah merasa mengandalkan Tuhan. Dalam doa, kita meminta Tuhan untuk beserta dengan kita. Lantas, kita pun menyusun segala strategi dan disiplin yang harapannya membuat hidup kita jadi lebih baik. Bahkan, dalam salah satu resolusi, kita menargetkan untuk tidak bolong bersaat teduh atau pelayanan. Namun, tetap saja resolusi itu sulit dilakukan hingga akhirnya kita pun gagal.
Alkitab memang tidak memberikan contoh spesifik mengenai tokoh-tokoh yang membuat resolusi tiap pergantian tahun. Namun, ada satu tokoh yang teladannya menolong kita untuk memiliki sikap hati yang benar ketika kita menginginkan perubahan yang lebih baik dalam hidup kita.
Dalam 2 Samuel 11 diceritakan bahwa raja Daud pernah berbuat dosa yang dicatat Alkitab sebagai sesuatu yang jahat di mata Tuhan (ayat 27). Daud terpana melihat Batsyeba yang kala itu sedang mandi. Diliputi oleh hasrat dosa, Daud menggagas rencana buruk untuk bisa meniduri Batsyeba yang sudah bersuami. Kita semua mungkin tidak asing dengan kisah ini, pada akhirnya Daud melakukan dosa zinah dan dia pun ditegur oleh Natan. Yang menarik dari kisah Daud sejatinya bukanlah kisah tentang bagaimana dia melakukan dosanya, melainkan bagaimana Tuhan melimpahkan kasih karunia-Nya dan memampukan Daud pulih dari aib dosanya.
“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12).
Sepenggal ayat dari Mazmur 51 adalah seruan pertobatan Daud setelah dia berbuat zinah dan membunuh. Ayat tersebut memiliki pesan yang begitu dalam bagi kita. Ketika Daud menyesali perbuatannya dan memperbaiki diri, Daud tidak fokus kepada bagaimana dia dapat memperbaiki dirinya sendiri yang berdosa.
Alih-alih mengucap janji “aku tidak akan begitu atau begitu”, Daud dengan sepenuh hati berbalik kepada Tuhan dan belas kasihan-Nya, dan Daud meminta Tuhan untuk memperbaharui hatinya.
Ketika melihat ke belakang, mungkinkah ada hal-hal yang Allah singkapkan dari hidup kita? Mungkinkah Dia mengingatkan bahwa kita kurang berserah dan percaya kepada-Nya? Padahal Dia ingin menolong kita di tengah pergumulan yang kita hadapi. Atau mungkin Dia menyadarkan kita bahwa masa lalu kita tidak perlu terus mengikat kita dan membuat kita gagal move-on? Segala kegagalan kita bisa menjadi pelajaran yang berharga jika itu diperbarui oleh kuasa Allah.
Perubahan hidup mungkin tidak terjadi dalam semalam. Butuh keringat, derai air mata, bahkan rasa sakit di hati yang menyertainya. Namun, seberapa berat pun harga perubahan dan tantangan yang harus kita hadapi, kita selalu dapat memohon Tuhan untuk menolong kita mempercayai-Nya dan bersandar pada kekuatan-Nya.
Sepanjang tahun demi tahun yang kita lewati, kiranya kita senantiasa memiliki sikap hati yang mau terus menerus dibaharui. Tuhan sedang bekerja untuk mengubah hati kita. Tuhan ingin memberikan kepada kita hati yang baru dan Dia pun memperbarui roh kita. Yang perlu kita lakukan adalah meminta kepada-Nya.
Selamat tahun baru!