Dhimas Anugrah

Anda tidak sendiri jika merasa tahun baru ini hampir tidak ada bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika membaca berita dan mengikuti perkembangan tentang COVID-19, misalnya, sebagian dari kita mungkin merasa banyak hal yang berulang, seperti mimpi buruk yang terus kembali mengganggu tidur kita. Optimisme yang sempat hadir seiring pergantian tahun kini mulai digantikan perasaan tidak berdaya, letih, bahkan ragu. Siapa saja bisa dilanda keraguan, termasuk orang-orang yang mempercayai, bahkan melayani Tuhan Yesus. Penyebabnya pun beragam, seperti berita varian baru COVID-19, ancaman inflasi ekonomi, perubahan iklim, sekolah dan pekerjaan yang mulai dilakukan secara luring, dan sebagainya. 

Meragu adalah tindakan yang muncul alamiah ketika seseorang mendapati keadaan yang berbeda dengan keinginan atau bayangannya. Mengutip seorang teolog Kristen, keraguan merupakan buah perasaan manusia atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki. Kita bisa saja memiliki keraguan atas berbagai keputusan yang pernah kita buat di masa lalu, yang sedang dijalani hari ini, maupun yang akan diambil hari esok. Sikap ragu juga bisa dialami karena seseorang merasa kurang percaya diri dan tidak mampu melakukan hal-hal yang perlu dilakukannya. Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, rasa takut dan ragu pun sering melanda.

Berserah dan Percaya

Namun, apakah ketika seorang Kristen meragu, itu berarti ia kurang beriman? Kita tidak bisa menjawabnya dengan pasti, sebab hanya Allah yang tahu hati setiap anak-Nya. Seperti disebutkan di atas, keraguan menjadi naluri dasar manusia yang muncul ketika ia mengalami situasi yang berada di luar kendalinya. Kita cenderung meragu ketika menyadari bahwa rencana dan kehendak kita belum tentu terlaksana. Hubungan orang percaya dengan Allah memang tidak lepas dari dinamika hidup manusia. Kepercayaan dan keraguan seseorang merupakan proses yang tak terputus dan dinamis dalam hubungannya dengan Allah. Mengekspresikan iman secara autentik merupakan tantangan tersendiri yang tidak ada habisnya.

Syukurlah, Allah tidak memandang remeh keraguan manusia. Dalam Kitab Ayub, Allah mendengar dan menjawab langsung ungkapan keraguan seorang beriman yang bergumul memahami kesengsaraannya. Kitab Mazmur juga memuat curahan hati dari orang-orang yang mendapati kenyataan dunia yang tidak selalu selaras dengan pemahaman iman mereka. Dalam salah satu mazmur, kita menemukan nasihat yang baik ini, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur 37:5). Umat Tuhan perlu melakukan dua hal sederhana yang pada praktiknya tidak selalu mudah: berserah dan percaya. Kedua sikap itu menggambarkan dasar iman Kristen yang sesungguhnya. Iman, dalam pengertiannya yang terdalam, bukan hanya “mengetahui” Allah ada, tetapi juga “percaya” dan “berserah” kepada Dia. 

Umat Tuhan perlu melakukan dua hal sederhana yang pada praktiknya tidak selalu mudah: berserah dan percaya.

Ketika orang beriman menyerahkan jalan hidupnya kepada Allah dan mempercayai-Nya secara penuh, Allah menjanjikan kedamaian, perlindungan, dan kepuasan di dalam Dia. Akar kata dari “serahkanlah” tadi sinonim dengan “mempercayakan” (lihat Amsal 16:3, Mazmur 22:9), dan mengandung arti harfiah “bergulir” layaknya batu yang digulirkan tanpa kendali pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, pemazmur mengundang kita semua untuk rela percaya penuh, bahkan pasrah, kepada Allah. Frasa “Ia akan bertindak” mengungkapkan keyakinan iman bahwa kita akan melihat Dia mewujudkan janji-janji-Nya bagi kita. Tentu, ini tidak berarti Allah akan memberikan segala yang kita inginkan, tetapi yang pasti Dia akan memenuhi kebutuhan kita yang hakiki. 

Kesempatan Baru

Jika Anda sedang meragukan janji Tuhan, dan memasuki tahun baru ini dengan langkah yang berat, marilah kembali berserah dan percaya. Keraguan mungkin masih membayangi hati Anda, tetapi Roh Kudus sanggup menolong Anda menyerahkan segala kekhawatiran kepada Allah dan mempercayai-Nya dalam doa. Berpeganglah pada firman Tuhan, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7).”

Marilah memandang tahun ini sebagai sarana latihan untuk menjadikan kita pribadi yang berserah dan percaya kepada Allah, lebih dari tahun-tahun sebelumnya.

Marilah memandang tahun ini sebagai sarana latihan untuk menjadikan kita pribadi yang berserah dan percaya kepada Allah, lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Marilah kita juga bersikap lemah lembut kepada sesama kita yang bimbang, karena firman Tuhan juga berkata, “Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu” (Yudas 1:22). Marilah menantikan Allah untuk bertindak, menolong, dan menguatkan kita. Jangan lewatkan kesempatan baru yang hadir di sepanjang tahun ini untuk berjalan makin dekat dengan Tuhan.


Saksikan Juga:

Saya Cuma Ingin “Normal” Kembali! (Mazmur 37:3)

Banyak yang berubah beberapa tahun belakangan ini. Ada yang membaik, tetapi tidak sedikit yang memburuk. Mungkin kita terus-terusan merindukan kehidupan yang “normal” kembali. Namun, waspadalah, karena bisa jadi kita melewatkan keindahan yang ada sekarang karena terus mencari-cari yang lebih baik.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.