Dhimas Anugrah

Seorang pemuda bersaksi bahwa ia pernah berada dalam situasi yang sulit ketika krisis ekonomi melanda Indonesia di tahun 1998. Tantangan finansial yang dihadapi keluarganya membuat mereka harus bergumul untuk sekadar makan sehari-hari. Namun, di tengah keadaan sulit seperti itu, sang pemuda menuturkan bagaimana keluarganya diingatkan dan dikuatkan oleh kisah-kisah dalam Alkitab yang mereka baca, yang menceritakan bagaimana Allah mencukupkan dan memelihara orang-orang yang berharap kepada-Nya.

Di saat iman mereka lemah, cerita-cerita dalam Alkitab menjadi sarana yang dipakai Roh Kudus menguatkan mereka. Di masa-masa yang tidak mudah, pemeliharaan Allah begitu nyata dalam kehidupan keluarga itu, sehingga mereka bisa mempersaksikan kebaikan-kebaikan Allah yang mereka alami. Sungguh luar biasa bagaimana cerita-cerita yang tertulis dalam Alkitab dapat menguatkan jiwa dan menumbuhkan iman orang percaya.

Kisah-kisah yang tertulis dalam Kitab Suci adalah firman Tuhan yang diilhamkan sendiri melalui Roh-Nya kepada para penulis pada waktu yang berbeda-beda. Selain mengisahkan mukjizat terbesar dalam sejarah umat manusia—keselamatan bagi orang berdosa lewat karya Yesus Kristus—Alkitab juga mencatat begitu banyak pengalaman atau kisah yang dialami oleh umat Allah, yang jika diimani dengan sungguh akan memberikan berkat tak terhingga.

Kisah-Kisah yang Memberkati

2 Timotius 3:16-17 menyatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Kisah-kisah dalam Alkitab menjadi sarana bagi Allah untuk mengajar dan mendidik kita agar hidup dalam iman di tengah realitas kehidupan yang tidak selalu mudah. 

Pdt. Yakub B. Susabda, seorang pengajar teologi, pernah mengatakan bahwa secara garis besar isi Alkitab mengandung tiga hal: hal-hal yang bersifat teologis-filsafati, hal-hal praktis, dan kisah-kisah pengalaman para tokoh iman. Dari klasifikasi ini, cerita-cerita dalam Alkitab masuk dalam bagian yang memuat “pengalaman para tokoh iman,” dengan makna dan penerapan yang dapat kita gunakan untuk kehidupan di masa kini. Sabda Tuhan yang berupa kisah atau pengalaman para tokoh iman dapat mengajar dan mendidik kita, sehingga kita dikuatkan secara rohani.

Misalnya saja kisah janda di Sarfat. Dalam narasi yang terdapat di 1 Raja-Raja 17:7-24 tersebut, si janda bukanlah orang penting, bahkan bukan orang Israel. Ia berasal dari Sidon, daerah bangsa yang memuja dewa Baal, yang juga daerah asal ratu Izebel, istri raja Israel, Ahab. Janda itu sedang dalam keadaan hampir putus asa dan menyerah. Namun, perjumpaan dengan Nabi Elia menjadi titik perubahan dalam hidupnya. Dalam kemiskinannya, janda ini mengalami ujian iman dengan menerima Elia, abdi Allah yang juga seorang asing.

Ia tak hanya secara ramah menyambut Elia, tetapi juga menaatinya untuk membuat roti bagi nabi Tuhan itu, meski pada saat itu hanya sedikit tepung dan minyak yang ia miliki (1 Raja 17:11-12). Janda itu memberikan semua yang ia miliki kepada Elia. Ia mempercayai perkataan Elia bahwa tepung dan minyaknya tidak akan habis, dan Allah Israel akan memberinya makan. Meski berkekurangan, si janda memilih menaati Allah dengan mempercayai perkataan Nabi Elia. 

Dengan membaca narasi-narasi dalam Kitab Suci, kita menjadi akrab dengan kebenaran, yang melaluinya mengalir damai sejahtera dan penguatan iman bagi kita.

Benarlah, tepung dan minyak selalu tersedia baginya hari demi hari, dan Allah mencukupkan hidup mereka bertiga: Elia, si janda, dan anaknya. Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa di masa kini pun Allah sanggup memelihara kita yang percaya dan taat kepada-Nya. Dengan membaca narasi-narasi dalam Kitab Suci, kita menjadi akrab dengan kebenaran, yang melaluinya mengalir damai sejahtera dan penguatan iman bagi kita. 

Bagaimana Tuhan Menggunakan Cerita

Setidaknya ada dua alasan mengapa Tuhan menghadirkan firman-Nya dalam bentuk cerita. Pertama, untuk memudahkan umat mengingat. Jujur saja, manusia mudah lupa pada kebaikan dan karya Tuhan. Lihatlah bagaimana bangsa Israel begitu cepat kehilangan kepercayaan kepada Allah dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir. Meski sudah dipimpin melewati Laut Merah, mereka masih saja bersungut-sungut, bahkan memberontak, di padang gurun (Keluaran 14:11; 16:2; 17:3-4; Bilangan 11:1-6). Maka, menjelang perjalanan Israel memasuki Tanah Perjanjian, Musa mengulang kembali riwayat pengalaman mereka supaya seluruh bangsa dapat mengingat lagi perbuatan Allah bagi mereka (lihat kitab Ulangan).

Alangkah pentingnya kita mengingat perbuatan Allah yang ajaib melalui cerita-cerita pengalaman rohani bersama-Nya. Pemazmur mengatakan, “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala” (77:12). Mazmur 103:2 juga mengajak kita, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya.”

Dia mau menguatkan iman kita melalui kisah-kisah yang tercatat indah dalam Kitab Suci.

Kedua, cerita-cerita dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah sanggup melakukan perkara ajaib. Mazmur 86:10 mengatakan, “Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.” Sebagai manusia berdosa, kita cenderung ragu dan sulit percaya bahwa Allah masih sanggup melakukan keajaiban dalam hidup kita. Namun, Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa Allah adalah Tuhan yang sanggup melakukan perkara ajaib dalam kehidupan umat manusia. Begitu banyak kisah Alkitab yang menceritakan hal-hal menakjubkan yang didemonstrasikan Allah di tengah umat-Nya, dan Dia mau menguatkan iman kita melalui kisah-kisah yang tercatat indah dalam Kitab Suci. 

Saat ini pun kita diundang untuk mempercayai Dia yang Ajaib itu, seperti yang dikatakan pemazmur, “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa” (108:14). Bagaimana cerita hidup Anda sendiri? Sadarkah Anda pada perbuatan-perbuatan luar biasa yang sudah dan masih dikerjakan Allah di dalam dan melalui diri Anda? Allah turut dan terus berkarya melalui cerita.


Baca Juga:

Bangunlah kecintaan kepada Allah dengan merenungkan firman-Nya!

Alamilah damai sejahtera Allah, doa yang penuh kuasa, dan pertumbuhan rohani ketika Anda merenungkan kebaikan-Nya yang mengisi lembaran-lembaran Kitab Suci. Dalam buklet “Merenungkan Firman” ini, Anda akan belajar bahwa membaca, mempelajari, dan merenungkan firman Allah akan mengubahkan hidup Anda.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.