Dhimas Anugrah
Vaksin Covid-19 masih dalam proses uji klinis. Seluruh rakyat Indonesia menantikan dengan penuh harap. Tak terkecuali, kita sebagai umat Tuhan pun turut berharap pandemi ini akan segera berakhir dengan ditemukannya vaksin itu. Tentu saja kita berharap, sebab di Tanah Air sendiri pada saat artikel ini ditulis sudah lebih dari delapan ribu orang meninggal akibat virus itu, belum termasuk ribuan orang lainnya dari negara-negara lain.
Situasi penuh harap ini tampaknya juga dimiliki umat Israel di zaman Yesus Kristus. Mereka menantikan kedatangan Mesias (Pembebas) yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Pengharapan umat Israel akan Mesias bukan sekadar harapan kosong, tetapi didasari oleh janji Tuhan sendiri kepada nenek moyang mereka, bahwa Dia akan mengutus seorang Pembebas (Kejadian 3:15; 12:1-3; Mazmur 89:4-5; Yesaya 7:14; Mikha 5:1).
Kondisi pandemi yang kita alami saat ini telah mengubah cara hidup kita, membuat kita mendambakan “pembebas” dalam bentuk vaksin yang kita harap dapat memutus mata rantai penularan, sehingga kita bisa bebas beraktivitas kembali seperti dulu. Akankah vaksin segera bisa ditemukan dan diproduksi di Indonesia? Kita berdoa hal itu bisa menjadi kenyataan. Sembari menunggu ditemukannya vaksin Covid-19, kita diingatkan pada firman Tuhan yang mengingatkan, “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibrani 10:23-24).
Saya melihat nats ini mengundang kita sebagai anak Tuhan untuk mempraktikkan iman dalam dua cara, pertama, berharap penuh pada Tuhan, sebab Dia setia pada janji-Nya. Kedua, mendorong kita agar tetap saling mengasihi dan berbuat baik di masa pandemi. Memang, berharap kepada Allah dalam masa-masa sulit tentu tak selalu mudah, karena kenyataan tak seindah seperti apa yang kita bayangkan. Realitas meningkatnya tantangan ekonomi dan bertambahnya jumlah penderita virus corona, tak dapat dipungkiri, dapat melemahkan pengharapan kita kepada Allah kapan saja.
Meski demikian, kenyataan yang kita hadapi tidak boleh membuat kita mengabaikan jaminan janji Tuhan, yaitu bahwa Dia tidak meninggalkan kita pada saat-saat sulit (Ibrani 13:5b), dan Tuhan sanggup membuat kebaikan datang dari segala keadaan yang kita alami (Roma 8:28). Dalam Alkitab kita telah melihat banyak krisis (Kejadian 12:10; 26:1; 41:30-31; 45:6) dan mengetahui Tuhan selalu memulihkan keadaan, sehingga kita boleh dikuatkan untuk percaya bahwa krisis ini pun akan dapat teratasi dengan cara Tuhan yang ajaib.
Kita percaya bahwa Tuhan bisa bekerja dalam banyak cara dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam masa penantian penemuan vaksin Covid-19. Namun, tantangan terbesar bagi kita mungkin adalah memikirkan tentang bagaimana kita “mendorong diri kita sendiri dan orang agar saling mengasihi serta berbuat baik.” Untuk melakukan hal itu, saya percaya bahwa membantu orang mengatasi rasa takut mereka adalah penting. Bagi saya, membantu orang mengatasi ketakutan mereka juga akan membantu kita mengingat dari mana Sumber Kekuatan kita berasal. Membantu orang lain mengatasi ketakutan orang lain dengan melayani mereka, akan membantu kita mengatasi ketakutan kita.
Di masa penantian kita akan ditemukannya vaksin Covid-19 ada banyak hal yang bisa memicu ketakutan dan keraguan kita, terutama banyaknya orang yang meninggal dunia karena virus corona, termasuk ratusan tenaga medis. Namun, mari kita berdiri teguh di atas pengharapan kita akan janji Tuhan, sebab Tuhan yang menjanjikannya setia. Vaksin memang belum ditemukan hingga artikel ini ditulis, namun kita percaya bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik. Biarlah janji Tuhan ini terlebih dahulu menjadi vaksin bagi kerohanian kita yang tengah diuji oleh krisis akibat pandemi ini.
Jika Anda diberkati melalui materi-materi ini dan ingin melihat lebih banyak orang diberkati, Anda dapat juga mendukung pelayanan kami.