Ketika gereja Batak merayakan 50 tahun masuknya Injil ke tanah Batak pada tanggal 7 Oktober 1911, acara yang diadakan di daerah pasar Sitahuru—tempat Ludwig pernah hampir dijadikan korban persembahan kepada roh leluhur—dihadiri sekitar 12.000 orang Kristen. Jumlah yang sangat kecil dibandingkan jumlah orang yang bertobat dalam kurun waktu lima dekade pelayanannya. Ketika para misionaris dan orang-orang Kristen setempat yang bersukacita itu menceritakan ulang dan merenungkan kembali berbagai kesulitan yang mereka lewati di masa-masa awal, mereka memuji Tuhan atas kenyataan ajaib bahwa Silindung kini menjadi tempat tinggal dari 100.000 lebih orang Kristen. Gereja yang ada merupakan gereja yang lahir dari suku itu sendiri, jemaatnya adalah penduduk asli. Pada saat itu sudah ada lebih dari 2.000 pemimpin Batak, termasuk hampir 30 pendeta dan 700 pengajar, 26 penginjil, dan 1.500 penatua.
“Pemimpin besar” gereja itu—Ludwig—yang sudah berusia 77 tahun, menyaksikan acara yang berlangsung sambil tersenyum. Ia mengenang bagaimana Tuhan telah memampukannya mengatasi berbagai perlawanan dan penganiayaan di sepanjang tahun-tahun pelayanannya di Sumatra. Setiap penghiburan dan kekuatan yang diberikan Tuhan sangatlah berarti baginya, terutama saat ia harus menghadapi kematian kedua istrinya dan juga keempat anaknya di tengah pelayanan yang tidak mudah.
Istrinya yang pertama, Karoline Gutbrod, yang dinikahinya pada tahun 1866, meninggal pada tahun 1887. Sebelumnya, dua dari enam anak mereka telah meninggal dunia. Pada tahun 1892, Ludwig menikah dengan Anna Christine Harder dan mereka mempunyai tiga anak. Sembilan tahun kemudian, seorang anak laki-laki dari pernikahannya yang pertama dibunuh dengan kejam di Sumatra, sedangkan Anna meninggal pada tahun 1909. Seorang anak laki-laki lain dari pernikahannya yang kedua juga meninggal dalam Perang Dunia I.
Ludwig sendiri dipanggil pulang ke rumah Tuhan pada tanggal 23 Mei 1918. Pada saat itu, gereja Batak sudah mempunyai lebih dari 180.000 anggota jemaat, dengan lebih dari 30 pendeta serta sekitar 800 pemimpin yang dapat mengajar dan berkhotbah.
Kini gereja Batak adalah salah satu denominasi gereja terbesar di Asia Tenggara. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), adalah bagian dari Lutheran World Federation (Federasi gereja Lutheran sedunia) dengan jumlah jemaat lebih dari 4 juta orang.
Ludwig sendiri mendapat pujian dari sejumlah sejarawan sebagai salah satu misionaris terbesar di zaman modern. Warisannya jauh lebih dari sekadar angka pertobatan. Yang membuatnya menonjol adalah imannya yang tahan uji dan keyakinannya yang tidak tergoyahkan akan kasih Tuhan bagi semua orang. Keyakinan itu membuatnya mau melayani sebuah suku bangsa yang tidak hanya terus-menerus menentang upayanya, tetapi bahkan berulang kali mencoba membunuhnya. Mulai dari menghadapi tamu-tamu sulit yang mendatangi pondoknya hingga saat harus memberitakan Injil di tengah berbagai ancaman terhadap nyawanya, Ludwig Nommensen senantiasa menunjukkan dan membagikan kasih Tuhan yang sempurna, pengampunan Tuhan yang abadi, dan belas kasihan Tuhan yang tiada taranya.