Benar-Benar Merdeka
Olaudah Equiano (± 1745–1796) baru berumur 11 tahun ketika diculik dan dijual sebagai budak. Ia berhasil melewati perjalanan yang sangat berat dari Afrika Barat menuju Hindia Barat, lalu sampai ke wilayah koloni Virginia, dan terakhir sampai di Inggris. Ketika berumur 20 tahun, ia menebus sendiri kemerdekaannya, dengan masih membawa luka fisik dan emosi dari perlakuan tidak manusiawi yang pernah diterimanya.
Saat Kita Tak Mengerti
Meskipun setiap hari saya bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan saya, masih banyak hal yang tidak saya mengerti tentang cara kerjanya. Saya hanya menyalakan komputer, membuka dokumen dari program Word, dan mulai menulis. Namun ketidakmampuan saya untuk memahami fungsi dari microchips, cakram keras, koneksi Wi-Fi, dan tampilan berwarna tidak menghalangi saya untuk memperoleh manfaat dari teknologi.
Uji Tanding
Uji tanding dalam permainan kriket dapat berlangsung dengan sengit. Regu-regu bertanding dari pukul 11.00–18.00 dengan istirahat makan siang dan jeda di sore hari, dan pertandingan tersebut dapat berlanjut sampai lima hari lamanya. Kompetisi tersebut menjadi ujian bagi ketahanan sekaligus keahlian dalam bermain.
Tak Terduga
Pada suatu siang yang terik di musim panas, dalam perjalanan ke wilayah selatan Amerika Serikat, saya dan istri berhenti sejenak untuk membeli es krim. Pada dinding di belakang kedai itu terpasang sebuah papan yang bertuliskan, “Dilarang Berseluncur Es”. Saya pun tertawa karena sama sekali tidak menduga akan melihat larangan itu di musim panas.
Tempat Berpijak yang Kukuh
Daerah tepian sungai yang bersejarah di Savannah, Georgia, Amerika Serikat, ditutupi oleh batu-batu yang tidak sama besar. Penduduk setempat mengatakan bahwa berabad-abad lalu, batu-batu tersebut digunakan sebagai pemberat bagi kapal-kapal yang menyeberangi Samudera Atlantik. Setelah kargo selesai dimuat di Georgia, batu-batu pemberat itu tidak lagi dibutuhkan dan kemudian digunakan untuk melapisi jalan-jalan di dekat dermaga. Batu-batu tersebut telah menyelesaikan tugas utamanya, yaitu menstabilkan kapal yang sedang melewati perairan yang berbahaya.
Yang Paling Penting
Dua orang sedang mengevaluasi perjalanan bisnis mereka dan hasil yang mereka dapatkan. Yang satu menilai perjalanan tersebut berhasil karena mereka dapat menjalin hubungan dengan pihak-pihak baru yang cukup penting melalui relasi bisnis mereka. Namun, yang seorang lagi justru mengatakan, “Hubungan memang baik, tetapi yang paling penting adalah hasil penjualan.” Jelas sekali keduanya mempunyai tujuan bisnis yang jauh berbeda.
Tempat Kediaman Allah
James Oglethorpe (1696–1785) adalah seorang jenderal dan juga anggota Parlemen Inggris. Ia memiliki visi untuk membangun suatu kota yang megah. Dalam tugasnya untuk menempati negara bagian Georgia di Amerika Utara, ia pun merencanakan pembangunan kota Savannah sesuai dengan visinya itu. Ia merancang berpetak-petak tanah, di mana setiap petaknya memiliki kawasan hijau, area-area yang diperuntukkan bagi gereja dan pertokoan, dan sisanya dikhususkan untuk perumahan. Saat ini, buah pemikirannya Oglethorpe yang visioner terlihat pada kota Savannah yang tertata rapi, hingga disebut sebagai salah satu kota terindah di wilayah selatan Amerika Serikat.
Agar Kita Mengerti
Saya senang mengunjungi museum seperti Galeri Nasional di London dan Galeri Negara Tretyakov di Moskow. Meskipun sebagian besar karya seni di dalamnya sangat mengagumkan, ada juga di antaranya yang membingungkan saya. Saya bisa melihat sesuatu yang tampak seperti percikan warna yang serampangan di atas kanvas dan menyadari bahwa saya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang saya lihat, meskipun pelukisnya adalah ahli di bidangnya.
Pengorbanan Agung
W. T. Stead, wartawan asal Inggris yang hidup di awal abad ke-20, dikenal berpikiran maju dan suka menulis tentang isu-isu sosial yang kontroversial. Ia pernah menulis dua artikel yang membahas tentang bahaya dari kapal-kapal penumpang yang beroperasi dengan jumlah sekoci penolong yang tidak sebanding dengan kapasitas penumpangnya. Ironisnya, Stead berada di atas kapal Titanic ketika kapal itu menabrak gunung es di Atlantik Utara pada tanggal 15 April 1912. Menurut laporan, setelah membantu para wanita dan anak-anak naik ke dalam sekoci, Stead mengorbankan nyawanya dengan membiarkan orang lain memakai pelampungnya dan mengambil tempatnya di sekoci yang ada agar mereka dapat diselamatkan.