Penulis

Lihat Semua
Bill Crowder

Bill Crowder

Bill Crowder bertanggung jawab untuk isi materi pengajaran. Ia telah menulis banyak buklet Discovery Series dan buku Discovery House Publishers. Bill dan istrinya, Marlene, memiliki lima anak dan beberapa orang cucu.

Artikel oleh Bill Crowder

Tempat Beristirahat

Memasuki sebuah gereja di Klang, Malaysia, saya tertarik dengan pesan pada papan penanda yang menyambut kami di depan gedung tersebut. Penanda itu menyatakan bahwa gereja tersebut adalah “Tempat Beristirahat bagi yang Berbeban Berat.”

Budaya Sekali Pakai

Di zaman modern ini, kita hidup dalam budaya sekali pakai. Coba pikirkan sejenak tentang sejumlah barang yang kita pakai sekali untuk kemudian kita buang—pisau cukur, botol air, korek api, piring kertas, alat makan plastik. Produk-produk itu kita pakai, buang, kemudian kita ganti dengan yang baru.

Masalah Kepercayaan

Sebuah berita dari Australia menceritakan kisah hidup dari Pascale Honore, seorang wanita penderita paraplegia (kelumpuhan tubuh bagian bawah). Setelah 18 tahun selalu duduk di atas kursi roda, Pascale memutuskan untuk belajar berselancar. Bagaimana caranya?

Bersama Dia Selamanya!

Pada tahun 1859, sepanjang masa pergolakan sebelum terjadinya Perang Saudara Amerika, Abraham Lincoln mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan Lembaga Paguyuban Petani di Milwaukee, Wisconsin. Dalam ceramahnya itu, Lincoln menceritakan tentang kisah seorang raja pada masa silam yang sedang mencari sebaris kalimat yang “sesuai dan tepat di segala waktu dan untuk segala keadaan”. Menghadapi tantangan yang berat itu, para penasihat raja yang bijaksana memberinya sebuah kalimat yang berbunyi, “Dan ini, juga, akan berlalu.”

Gambaran Kerendahan Hati

Pada masa Paskah, saya dan istri pernah menghadiri sebuah kebaktian gereja di mana jemaatnya berusaha meneladan peristiwa yang dialami Yesus dan murid-murid-Nya pada malam sebelum Dia disalibkan. Sebagai bagian dari kebaktian, para pekerja gereja bersama-sama membasuh kaki sejumlah relawan dalam gereja tersebut. Saat menyaksikan peristiwa itu, saya pun bertanya-tanya, manakah yang dipandang lebih rendah oleh orang pada masa kini—membasuh kaki orang lain atau memberikan kaki kita dibasuh oleh orang lain. Bagi saya, baik orang yang membasuh maupun mereka yang dibasuh sama-sama menyajikan dengan jelas gambaran dari suatu sikap rendah hati.

Nilai Dari Kesederhanaan

Tidak banyak orang yang mau meng-habiskan waktu untuk membaca dan mempelajari buku peraturan perpajakan dari Kantor Pelayanan Pajak Amerika Serikat. Wajar saja, karena menurut majalah Forbes, kode pajak untuk tahun 2013 telah melampaui empat juta kata. Bahkan, saking rumitnya hukum perpajakan itu sehingga para ahli dalam bidang perpajakan pun mengalami kesulitan untuk memahami seluruh peraturan tersebut. Segala keruwetan tersebut telah menjadi beban tersendiri.

Kota Perlindungan

Saat memasuki sebuah kota di Australia, kami disambut oleh suatu papan yang bertuliskan “Kami menyambut siapa saja yang mencari perlindungan dan suaka.” Sambutan itu terlihat selaras dengan konsep kota perlindungan dalam Perjanjian Lama. Pada masa itu, kota-kota perlindungan (Bil. 35:6) didirikan untuk menjadi tempat pelarian yang aman bagi orang-orang yang telah membunuh seseorang secara tidak sengaja dan membutuhkan perlindungan. Allah memerintahkan bangsa Israel membangun kota-kota tersebut untuk memberikan perlindungan seperti itu.

Ciri Khas Keluarga

Kepulauan Aran yang terletak di pesisir barat Irlandia dikenal luas sebagai penghasil baju hangat yang indah-indah. Baju-baju hangat itu dibuat dari tenunan bulu domba yang kemudian diolah untuk menghasilkan beragam pola. Banyak dari pola yang dihasilkan itu memiliki kaitan dengan budaya dan cerita rakyat dari pulau-pulau kecil ini, tetapi ada pula yang sifatnya lebih pribadi. Setiap keluarga yang tinggal di kepulauan itu mempunyai pola dan ciri khasnya masing-masing. Begitu jelasnya pola dan ciri khas tersebut, sehingga konon seandainya ada seorang nelayan yang tenggelam, identitasnya dapat diketahui cukup dengan melihat pola khas keluarga yang tergambar pada baju hangatnya.

Penyesalan Mendalam

Ketika saya sedang berbicara dengan seorang pianis yang piawai, ia menanya-kan apakah saya dapat memainkan alat musik tertentu. Ketika saya menjawab, “Saya memainkan radio,” ia tertawa dan bertanya lagi apakah saya pernah ingin dapat memainkan alat musik tertentu. Dengan agak malu, saya menjawab, “Saya pernah mengambil les piano saat masih kecil, tetapi kemudian saya menyerah dan tidak melanjutkannya.” Kini, setelah dewasa, saya menyesal karena tidak melanjutkan pelajaran piano saya. Saya sangat menyukai musik dan berandai-andai bisa memainkan piano saat ini. Percakapan itu kembali mengingatkan saya bahwa hidup ini sering dibentuk oleh pilihan demi pilihan yang kita buat—dan sebagian pilihan itu kini meninggalkan penyesalan.