Natal Yang Menyusup?
Saya menyukai Natal. Perayaan hari kelahiran Kristus dan suasananya yang indah dan mengagumkan membuat Natal menjadi “saat terindah di sepanjang tahun” bagi saya. Namun belakangan ini, suasana indah itu disertai dengan rasa jengkel yang makin menjadi-jadi. Setiap tahun “pernak-pernik Natal” muncul semakin awal—per-lahan-lahan menyusup dari awal musim gugur.
Persepsi Atau Realitas?
Kita sering mendengar pemeo, “Persepsi adalah realitas.” Bagi warga Amerika Serikat, pendapat itu mungkin terbukti pada 26 September 1960. Pada tanggal itu, berlangsung debat calon presiden yang untuk pertama kalinya ditayangkan di televisi. Di depan kamera, John Kennedy tampil dengan meyakinkan; sementara Richard Nixon terlihat gugup. Persepsi yang ditangkap pemirsa adalah bahwa John Kennedy akan menjadi pemimpin yang lebih tangguh. Debat tersebut tidak hanya mengubah hasil pemilihan, tetapi juga mengubah praktik politik di Amerika Serikat. Politik berdasarkan persepsi menjadi praktik yang umum.
Makna Kasih
Bertahun-tahun lalu saya pernah bertanya kepada seorang pria muda yang sudah bertunangan, “Bagaimana engkau tahu bahwa kau mencintainya?” Pertanyaan tersebut begitu sarat makna, dan dimaksudkan untuk membantu pria itu menyadari maksud hati-nya dalam melangkah menuju ke jenjang pernikahan. Setelah memikirkannya sejenak, ia pun menjawab, “Aku tahu aku mencintai-nya, karena aku ingin menghabiskan sisa hidupku untuk membuatnya bahagia.”
Tempat Beristirahat
Memasuki sebuah gereja di Klang, Malaysia, saya tertarik dengan pesan pada papan penanda yang menyambut kami di depan gedung tersebut. Penanda itu menyatakan bahwa gereja tersebut adalah “Tempat Beristirahat bagi yang Berbeban Berat.”
Budaya Sekali Pakai
Di zaman modern ini, kita hidup dalam budaya sekali pakai. Coba pikirkan sejenak tentang sejumlah barang yang kita pakai sekali untuk kemudian kita buang—pisau cukur, botol air, korek api, piring kertas, alat makan plastik. Produk-produk itu kita pakai, buang, kemudian kita ganti dengan yang baru.
Masalah Kepercayaan
Sebuah berita dari Australia menceritakan kisah hidup dari Pascale Honore, seorang wanita penderita paraplegia (kelumpuhan tubuh bagian bawah). Setelah 18 tahun selalu duduk di atas kursi roda, Pascale memutuskan untuk belajar berselancar. Bagaimana caranya?
Bersama Dia Selamanya!
Pada tahun 1859, sepanjang masa pergolakan sebelum terjadinya Perang Saudara Amerika, Abraham Lincoln mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan Lembaga Paguyuban Petani di Milwaukee, Wisconsin. Dalam ceramahnya itu, Lincoln menceritakan tentang kisah seorang raja pada masa silam yang sedang mencari sebaris kalimat yang “sesuai dan tepat di segala waktu dan untuk segala keadaan”. Menghadapi tantangan yang berat itu, para penasihat raja yang bijaksana memberinya sebuah kalimat yang berbunyi, “Dan ini, juga, akan berlalu.”
Gambaran Kerendahan Hati
Pada masa Paskah, saya dan istri pernah menghadiri sebuah kebaktian gereja di mana jemaatnya berusaha meneladan peristiwa yang dialami Yesus dan murid-murid-Nya pada malam sebelum Dia disalibkan. Sebagai bagian dari kebaktian, para pekerja gereja bersama-sama membasuh kaki sejumlah relawan dalam gereja tersebut. Saat menyaksikan peristiwa itu, saya pun bertanya-tanya, manakah yang dipandang lebih rendah oleh orang pada masa kini—membasuh kaki orang lain atau memberikan kaki kita dibasuh oleh orang lain. Bagi saya, baik orang yang membasuh maupun mereka yang dibasuh sama-sama menyajikan dengan jelas gambaran dari suatu sikap rendah hati.
Nilai Dari Kesederhanaan
Tidak banyak orang yang mau meng-habiskan waktu untuk membaca dan mempelajari buku peraturan perpajakan dari Kantor Pelayanan Pajak Amerika Serikat. Wajar saja, karena menurut majalah Forbes, kode pajak untuk tahun 2013 telah melampaui empat juta kata. Bahkan, saking rumitnya hukum perpajakan itu sehingga para ahli dalam bidang perpajakan pun mengalami kesulitan untuk memahami seluruh peraturan tersebut. Segala keruwetan tersebut telah menjadi beban tersendiri.