Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh John Blase

Hanya Percikan Kecil

“Kami sedang berada di perpustakaan, dan kami lihat ada kobaran api di luar!” Ia ketakutan. Kami mengenali suaranya, karena itu suara anak perempuan kami. Namun, di saat yang bersamaan kami tahu kampusnya adalah tempat yang paling aman baginya dan bagi hampir 3.000 mahasiswa lain. Kebakaran Woolsey yang terjadi pada tahun 2018 itu menjalar begitu cepat melebihi perkiraan siapa pun—terutama para petugas pemadam kebakaran. Suhu panas yang tercatat paling tinggi sepanjang sejarah, ditambah kondisi kering di kawasan ngarai California, dan tiupan angin kencang Santa Ana yang legendaris sudah cukup untuk membuat percikan kecil api meluap hingga akhirnya membakar kawasan hutan seluas tiga puluh sembilan ribu hektar, menghanguskan lebih dari 1.600 bangunan, dan menewaskan tiga orang. Dalam foto-foto yang diambil setelah pemadaman api, garis pantai yang dahulu hijau dan subur kini gersang seperti permukaan bulan.

Berjalan Lurus

Dahulu, dibutuhkan mata yang tajam dan tangan yang kuat dari seorang petani untuk mengendarai traktor atau menuai ladang dalam lajur yang lurus. Meski demikian, mata yang paling tajam sekalipun dapat melenceng dari jalur, dan pada akhirnya tangan yang paling kuat sekalipun akan merasa kelelahan. Namun, sekarang ada pengendali kemudi otomatis—sebuah teknologi berbasis GPS (Sistem Penentu Posisi Global) yang memungkinkan traktor bergerak lurus dengan ketepatan hingga dua setengah sentimeter saat melakukan proses menanam, mengolah, dan menyemprot tanah. Sistem yang sangat efisien dan tidak lagi membutuhkan kendali tangan! Petani bisa duduk di dalam kabin traktor yang besar sambil bersantai karena ia tidak lagi perlu mencengkeram setir. Alat yang luar biasa itu menjaga kendaraan Anda untuk terus bergerak maju dengan lurus.

Anak Ayah

Mereka memandangi lembaran foto yang sudah memudar itu, lalu menatap saya dan ayah saya silih berganti. Mata mereka terbelalak. “Ayah mirip sekali dengan Kakek waktu muda!” Saya dan kakek mereka tersenyum simpul, karena kami sudah lama menyadari hal itu tetapi anak-anak baru menyadarinya sekarang. Meski kami berdua berbeda, tetapi orang yang melihat saya ibarat melihat ayah saya di masa muda: tinggi, kurus, jangkung, rambut hitam lebat, hidung mancung, dan telinga yang agak besar. Memang saya bukan ayah saya, tetapi yang jelas saya adalah anak ayah saya.

Ceritakan kepada Saya

Konon, pada suatu ketika. Keempat kata itu bisa jadi merupakan awalan kalimat paling berpengaruh di dunia. Sejumlah kenangan masa kanak-kanak saya yang paling kuat mengandung frasa tersebut dalam berbagai variasinya. Suatu hari, ibu saya pulang ke rumah membawa sejilid buku besar bersampul tebal berisi cerita-cerita Alkitab bergambar—judulnya Cerita Alkitab Gembalaku yang Baik. Setiap malam sebelum lampu dimatikan, saya dan kakak laki-laki saya duduk dengan tekun mendengarkan ibu kami membacakan sebuah cerita dari masa lampau tentang orang-orang yang menarik dan Allah yang mengasihi mereka. Cerita-cerita tersebut menjadi seperti jendela bagi kami untuk melihat dunia yang besar dan ajaib di luar sana.

Memberi dengan Sukacita

Bertahun-tahun lalu, istri saya menerima sejumlah kecil potongan harga dari barang yang dibelinya. Ia sama sekali tidak mengharapkannya, tetapi potongan itu tiba suatu hari melalui surat. Di saat yang hampir bersamaan, teman baiknya bercerita tentang kebutuhan mendesak dari beberapa wanita di negara lain. Mereka adalah para wanita berjiwa wirausaha yang sedang berusaha meningkatkan taraf hidup mereka melalui jalur pendidikan dan…

Lebih Dari yang Terlihat

Jika Anda menyaksikan kompetisi rodeo—atraksi ketangkasan menjerat hewan dengan tali dan menaikinya, Anda akan melihat banyak peserta yang memiliki empat jari dan satu jari buntung yang seharusnya jempol pada salah satu tangan mereka. Cedera tersebut umum terjadi dalam olahraga ini, yaitu ketika ibu jari terbelit tali yang ujungnya tersambung dengan seekor lembu jantan berbadan besar. Dalam keadaan itu, ibu jari biasanya putus. Meskipun bukan cedera yang mengakhiri karir si atlet, tetap saja ketiadaan ibu jari itu berpengaruh besar. Cobalah menyikat gigi, mengancingkan kemeja, menyisir rambut, mengikat tali sepatu, atau makan tanpa menggunakan ibu jari. Ternyata, anggota tubuh yang kecil dan sering terabaikan itu memainkan peran yang sangat penting.

Kita Ini Debu

Seorang ayah muda terlihat mulai kehilangan kesabarannya. “Es krim! Es krim!” jerit anak balitanya. Kegaduhan di tengah mal yang ramai itu mulai menarik perhatian pengunjung lain di sekitarnya. “Ya nanti, kita cari keperluan Mama dulu ya, oke?” bujuk sang ayah. “Tidaaaak! Es krim!” Kemudian seseorang menghampiri mereka: wanita bertubuh mungil, berpakaian bagus dengan sepatu yang serasi dengan tas tangannya. “Ia sedang meluapkan emosi,” si ayah menjelaskan. Wanita itu tersenyum dan menjawab, “Sebenarnya, emosilah yang menguasai anak Anda. Jangan lupa, ia masih kecil. Yang ia butuhkan adalah Anda tetap sabar dan berada di dekatnya.” Situasi tersebut tidak serta-merta berhasil diatasi, tetapi kehadiran wanita itu menjadi semacam jeda yang dibutuhkan oleh si ayah dan anaknya saat itu.

Hidup dalam Segala Kelimpahan

Saat itu tahun 1918, menjelang akhir Perang Dunia ke-1, dan fotografer Eric Enstrom sedang menyusun portofolio karyanya. Ia ingin memasukkan sebuah karya yang menggambarkan kelimpahan di masa yang terasa hampa bagi banyak orang. Ia berhasil menemukan foto yang kini disukai banyak orang tentang seorang lelaki tua berjanggut duduk di sebuah meja dengan kepala tertunduk dan tangan terlipat dalam posisi berdoa. Di hadapannya ada sejilid buku, kacamata, semangkuk bubur, sepotong roti, dan sebilah pisau. Tidak lebih, tetapi juga tidak kurang.

Hidup Senantiasa Penuh Pujian

Ibunda Wallace Stegner meninggal dunia di usia lima puluh tahun. Ketika Wallace berusia delapan puluh tahun, barulah ia menulis pesan untuk ibunya. Di dalamnya, ia memuji kebajikan ibunya yang tumbuh, menikah, dan membesarkan dua anak lelaki pada masa-masa awal terbukanya daerah Barat Amerika yang liar dan keras. Sang ibu adalah istri dan ibu yang selalu memberi semangat, bahkan kepada mereka yang tidak diperhitungkan. Wallace teringat pada kekuatan yang ditunjukkan sang ibu melalui suaranya. Ia menulis: “Ibu, kau tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bernyanyi.” Sepanjang hidupnya, ibunda Stegner selalu bernyanyi, dalam ungkapan syukur atas berkat-berkat besar maupun kecil yang diterimanya.