Penulis

Lihat Semua
Julie Ackerman Link

Julie Ackerman Link

Setelah perjuangan panjang melawan kanker, Julie Ackerman Link berpulang ke rumah Bapa pada 10 April 2015. Setiap bulan sejak tahun 2000, Julie telah menulis sejumlah renungan bagi Our Daily Bread. Jutaan pembaca di seluruh dunia telah diberkati oleh tulisan-tulisannya yang inspiratif dan cerdas. Julie juga pernah menulis buku-buku berjudul Above All, Love and A Heart for God, yang diterbitkan oleh Discovery House, anggota keluarga dari Our Daily Bread Ministries.

Artikel oleh Julie Ackerman Link

Kudus, Kudus, Kudus

Waktu begitu cepat berlalu ketika kita bersenang-senang.” Walaupun waktu sebenarnya tidak berjalan lebih cepat, tetapi begitulah perasaan yang sering kita alami.

Karya Tangan Kita

Musim semi baru saja berganti menjadi musim panas dan panenan mulai ber-buah. Pemandangan itulah yang terlihat ketika kereta yang kami tumpangi melintasi ladang yang subur di pesisir Michigan Barat. Stroberi telah matang dan orang berlutut di atas embun pagi untuk memetik buah-buah manis itu. Pohon buah blueberry juga menyerap panas dari sinar matahari dan nutrisi dari tanah.

“Tanpa Belas Kasih”

Saya menjuluki mobil keluarga kami dengan sebutan “Tanpa Belas Kasih”. Biasanya mobil saya berulah pada Minggu pagi. Saya sudah memasukkan ke dalam mobil berbagai barang untuk keperluan ibadah di gereja, lalu duduk, menutup pintunya, dan Jay mulai memundurkan mobil dari garasi. Ketika saya belum duduk dengan nyaman, peringatan untuk memakai sabuk pengaman sudah mulai berbunyi. “Tolonglah,” ujar saya pada alat itu, “beri aku semenit lagi.” Alat itu mengabaikan permohonan saya sambil terus berbunyi sampai saya mengenakan dan mengunci sabuk pengamannya.

Alur Emas

Ketika mengunjungi daerah Cotswold yang indah di Inggris, saya membeli sejumlah cangkir keramik sebagai cendera-mata. Saya memakainya dengan hati-hati, tetapi suatu hari sebuah cangkir terjatuh di wastafel dan pecah. Baru-baru ini saya ter-ingat pada cangkir yang pecah tersebut saat mengetahui tentang seni Kintsugi asal Jepang.

Shrek Si Domba Pelarian

Shrek adalah seekor domba pelarian. Ia pernah terpisah dari kawanannya dan menghilang selama 6 tahun. Akhirnya, seseorang menemukan Shrek tinggal dalam gua di sebuah tempat yang tinggi dan terjal di Selandia Baru. Orang itu bahkan tidak mengenali Shrek sebagai seekor domba. “Domba itu kelihatan seperti sesosok makhluk yang cuma ada dalam Alkitab,” kata orang itu. Komentar itu ada benarnya. Shrek merupakan gambaran dari apa yang terjadi pada seekor domba yang telah terpisah dari gembalanya.

Memperluas Cara Pandang

Selama 3 bulan saya mendapat posisi paling baik untuk melihat dengan sangat jelas karya ciptaan Allah yang mengagumkan. Pada ketinggian sekitar 27 meter dari atas tanah di Norfolk Botanical Garden, Virginia, para pekerja memasang kamera web yang diarah-kan pada sarang dari sekawanan elang botak, dan para pemirsa diizinkan untuk menyaksi-kan kegiatan kawanan itu melalui Internet.

Kelupaan Yang Baik

Kantor saya terletak di lantai bawah, tetapi saya sering bolak-balik ke lantai atas ke sejumlah kamar di rumah saya untuk satu atau beberapa keperluan. Masalahnya, ketika sampai di lantai atas, saya sering kali lupa akan apa yang hendak saya lakukan. Seorang peneliti bernama Gabriel Radvansky menemukan satu penjelasan tentang feno-mena itu. Ia mengemukakan pendapat bahwa sebuah pintu berfungsi sebagai suatu “pembatas antarperistiwa”.

Terlihat Baik

Rambut Anda sungguh sehat,” ujar penata rambut saya setelah ia memotong rambut saya. “Saya harap ini karena Anda memakai produk kami.” “Sayang sekali, bukan,” jawab saya. “Saya menggunakan produk apa saja yang murah dan wangi.” Kemudian saya menambahkan, “Saya juga berusaha makan dengan baik. Saya rasa itu memberi pengaruh yang besar.”

Pohon Peristirahatan

Awalnya saya tidak mengerti mengapa ada sebatang pohon tumbuh sendirian di ladang yang ada di seberang kantor saya. Berhektar-hektar pohon di sekitarnya telah ditebang agar para petani dapat menanam jagung di ladang itu. Namun sebatang pohon disisakan dan tidak ditebang, dengan ranting-ranting yang menjulang ke atas dan terbentang ke sana-kemari. Pertanyaan saya akhirnya terjawab saat saya tahu bahwa pohon itu tidak ditebang demi satu tujuan. Pada zaman dahulu, para petani biasanya menyisakan sebatang pohon untuk tetap berdiri agar mereka dan ternaknya memiliki suatu tempat teduh untuk beristirahat ketika terik sinar matahari di musim panas membakar kulit mereka.