Roti, Roti!
Saya tinggal di sebuah kota kecil di Meksiko. Setiap pagi dan sore, saya biasa mendengar teriakan “Roti, roti!” dari seorang pria yang menjajakan berbagai jenis roti manis maupun asin yang masih hangat dalam keranjang besar di sepedanya. Saya pernah tinggal di kota yang lebih besar dan di sana saya harus pergi ke toko untuk membeli roti. Jadi saya sangat senang bisa menikmati roti yang masih hangat langsung di depan rumah saya.
Belajar Berhitung
Putra saya sedang belajar berhitung dari satu sampai sepuluh. Ia menghitung semuanya, mulai dari mainan sampai pepohonan. Ia menghitung hal-hal yang cenderung saya abaikan, seperti bunga-bunga di pinggir jalan dalam perjalanannya ke sekolah atau jumlah jari pada kaki saya.
Tetap Semangat
Putra saya suka membaca. Jika ia membaca lebih banyak buku daripada yang diwajibkan oleh sekolahnya, ia akan mendapatkan sertifikat penghargaan. Dorongan semacam itu memotivasinya untuk tetap bersemangat melakukan hal yang baik itu.
Bau yang Harum
Seorang pembuat parfum di New York menyatakan bahwa ia dapat mengenali kombinasi aroma tertentu dan menebak siapa pembuat wewangian tersebut. Dengan hanya sebuah endusan, ia dapat berkata, “Ini pasti karya Jenny.”
Semua Berasal dari Allah
Saya mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang pertama pada usia 18 tahun, dan saya telah belajar pentingnya menabung dengan tekun. Saya bekerja dan menabung hingga memiliki cukup dana untuk bersekolah selama satu tahun. Namun kemudian, ibu saya perlu menjalani operasi darurat, dan saya menyadari bahwa saya mempunyai cukup uang di bank untuk membiayai operasinya.
Berjaga-jaga dan Berdoa
Dari jendela rumah, saya dapat melihat bukit setinggi 1.700 meter yang disebut Cerro del Borrego atau “Bukit Domba”. Pada tahun 1862, pasukan Prancis datang menyerbu Meksiko. Mereka berkemah di tengah taman Orizaba, sementara tentara Meksiko menempati posisi di puncak bukit. Namun, jenderal dari pasukan Meksiko lalai menjaga jalur masuk menuju puncak bukit itu. Akhirnya, tentara-tentara Prancis pun menyerang dan membunuh 2.000 tentara Meksiko yang tengah tertidur.
Karena Aku Mengasihi-Nya
Sehari sebelum suami saya pulang dari perjalanan bisnisnya, putra saya berkata, “Ma! Aku mau Papa cepat pulang.” Saya menanyakan alasannya dan mengira ia akan mengatakan sesuatu tentang hadiah yang biasanya dibawa pulang ayahnya atau karena ia kangen bermain bola dengannya. Namun dengan sikap serius, ia menjawab, “Aku mau Papa pulang karena aku sayang Papa!”
Bebas dari Rasa Takut
Ketakutan diam-diam menyelinap ke dalam hati saya. Saya dibuatnya tidak berdaya dan putus asa. Rasa takut merenggut kedamaian dan konsentrasi saya. Apa yang saya takutkan? Saya mengkhawatirkan keselamatan keluarga saya atau kesehatan orang-orang yang saya kasihi. Saya dibuat panik ketika kehilangan pekerjaan atau hubungan keluarga yang rusak. Ketakutan membuat saya melihat diri sendiri dan merasakan bahwa adakalanya hati saya sulit untuk beriman.
Bahasa Kasih
Ketika nenek saya tiba di Meksiko sebagai misionaris, ia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Spanyol. Suatu hari saat pergi ke pasar, ia menunjukkan daftar belanjaannya kepada seorang wanita yang membantunya. Ia berkata, “Daftar ini tertulis dalam dua lidah (lenguas).” Sebenarnya ia bermaksud mengatakan bahwa daftar itu ditulisnya dalam dua bahasa (idiomas). Penjual daging yang mendengar percakapan mereka mengira bahwa nenek ingin membeli dua buah lidah sapi. Lucunya, nenek tidak menyadari kesalahannya sampai ia tiba di rumah. Alhasil, ia membawa pulang lidah sapi yang tidak tahu harus ia apakan!