Penulis

Lihat Semua
Lawrence Darmani

Lawrence Darmani

Lawrence Darmani adalah novelis asal Ghana. Novel pertamanya, Grief Child, memenangi anugerah Commonwealth Writers’ Prize sebagai buku terbaik dari benua Afrika. Ia tinggal bersama keluarganya di Accra dan menjadi editor majalah Step dan CEO dari Step Publishers.

Artikel oleh Lawrence Darmani

Memuji Kebaikan Allah

Salah satu anggota kelompok pemahaman Alkitab kami pernah mengusulkan agar kami menulis mazmur kami sendiri. Awalnya, sebagian anggota keberatan karena merasa tak berbakat menulis, tetapi setelah disemangati, masing-masing dari kami sanggup menulis lagu puitis yang mengharukan untuk menceritakan bagaimana Allah telah bekerja dalam hidup kami. Dari pengalaman pencobaan, perlindungan, pemeliharaan, bahkan derita dan air mata yang kami alami, timbul pesan-pesan abadi yang membuat mazmur-mazmur kami dipenuhi tema-tema yang luar biasa. Seperti Mazmur 136, setiap mazmur menyingkapkan kebenaran bahwa untuk selama-lamanya kasih setia Allah.

Kekuatan dalam Penderitaan

Ketika Sammy yang berumur 18 tahun menerima Yesus sebagai Juruselamat, keluarga menolaknya karena secara turun-temurun mereka menganut kepercayaan yang berbeda. Namun, Sammy diterima oleh jemaat Tuhan yang memberikan dorongan dan bantuan keuangan untuk pendidikannya. Lalu saat kesaksian Sammy diterbitkan di suatu majalah, penganiayaan yang dialaminya semakin meningkat.

Terus Maju

Ketika berjalan di luar gedung kantor tempat saya bekerja, saya tercengang melihat sebatang tanaman bunga yang indah tumbuh di suatu celah lempengan beton yang menutupi tanah. Meskipun keadaannya tidak mendukung, tanaman itu berhasil menemukan tempat untuk berakar di retakan yang kering dan bertumbuh dengan baik. Saya kemudian menyadari bahwa tepat di atas tanaman itu terpasang unit pendingin udara yang meneteskan air pada tanaman itu sepanjang hari. Jadi, meskipun lingkungannya tidak bersahabat, tanaman tersebut menerima pertolongan yang dibutuhkannya untuk bertumbuh dari tetesan air itu.

Datang kepada Allah

Seorang wanita yang ingin berdoa mengambil kursi kosong dan berlutut di depannya. Dengan berurai air mata, ia berkata, “Allah Bapaku, kumohon, duduklah di sini; aku ingin mencurahkan isi hatiku!” Sembari memandang kursi yang kosong itu, ia berdoa. Wanita itu menunjukkan keyakinan saat datang kepada Tuhan, dengan membayangkan Allah duduk di atas kursi itu dan meyakini bahwa Allah sedang mendengar-kan permohonannya.

Penting untuk Dibagikan

Di beberapa negara, para saksi yang hadir dalam ruang pengadilan mempunyai peran lebih besar daripada sekadar menjadi pengamat atau penonton. Mereka terlibat aktif dalam membantu untuk menentukan hasil dari sebuah kasus. Demikian juga dengan kesaksian kita bagi Kristus. Kita harus terlibat aktif dalam hal-hal yang mempunyai kepentingan mutlak, yakni kebenaran tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Dalam Segala Keadaan

Para penghuni di lingkungan kami mengeluhkan pemadaman listrik yang sering sekali terjadi. Listrik dapat padam tiga kali dalam seminggu dan kadang berlangsung hingga 24 jam, sehingga lingkungan perumahan kami sering menjadi gelap gulita. Ketidaknyamanan itu terasa berat ketika kami tidak bisa menggunakan peralatan rumah tangga kami sehari-hari.

Letakkanlah Beban Anda

Seorang pria yang sedang mengemudikan truk di jalan pedesaan melihat seorang wanita menggendong suatu beban yang berat. Pria itu menepikan truknya dan menawarkan tumpangan kepadanya. Wanita itu mengucapkan terima kasih dan langsung naik ke bagian belakang truk.

Sisi Lain dari Penghiburan

Tema dari retret bagi jemaat dewasa kami adalah “Hiburkanlah Umat-Ku”. Satu demi satu pembicara memberikan khotbah yang meneguhkan para pendengar. Namun seorang pembicara yang berkhotbah paling akhir mengubah suasana itu sama sekali. Ia berkhotbah dari Yeremia 7:1-11 dengan topik “Bangun dari Tidur”. Dengan kata-kata yang tegas tetapi penuh kasih, ia menantang kami semua untuk bangun dan berbalik dari dosa.

Penuh Perhatian

Ketika saya duduk di aula gereja, posisi saya memang menghadap ke arah pendeta dengan mata yang terpaku padanya. Postur tubuh saya menunjukkan bahwa saya menghayati semua perkataannya. Tiba-tiba saya mendengar semua orang tertawa dan bertepuk tangan. Dengan heran saya memperhatikan sekeliling saya. Rupanya pendeta itu baru saja mengucapkan sesuatu yang lucu, tetapi saya tidak tahu apa yang telah diucapkannya. Kelihatannya saya seperti mendengarkan sungguh-sungguh khotbah itu, tetapi pada kenyataannya pikiran saya sedang mengembara.