Penulis

Lihat Semua
Lawrence Darmani

Lawrence Darmani

Lawrence Darmani adalah novelis asal Ghana. Novel pertamanya, Grief Child, memenangi anugerah Commonwealth Writers’ Prize sebagai buku terbaik dari benua Afrika. Ia tinggal bersama keluarganya di Accra dan menjadi editor majalah Step dan CEO dari Step Publishers.

Artikel oleh Lawrence Darmani

Waspada dan Berjaga-jaga

Meja saya terletak di dekat jendela yang menghadap ke lingkungan rumah kami. Dari jendela tersebut, saya beruntung dapat melihat sekelompok burung hinggap di pepohonan sekitar. Ada burung yang hinggap di jendela untuk memangsa serangga-serangga yang terperangkap pada kasa jendela.

Aku Menyertai Engkau

Ketika magang di sebuah majalah rohani, saya pernah menuliskan kisah tentang seseorang yang bertobat dan menjadi Kristen. Dalam perubahan yang dialaminya secara dramatis, tokoh tersebut melepaskan kehidupan lamanya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dalam hidup yang baru. Beberapa hari setelah majalah itu diterbitkan, seseorang yang tidak menyebutkan namanya mengancam saya lewat telepon dengan mengatakan: “Awas kau, Darmani. Kami mengawasimu! Hidupmu tidak akan aman di negeri ini kalau kamu terus menulis kisah-kisah semacam itu.”

Berkorban bagi Sesama

Saya penyuka burung, dan itulah alasan saya membeli enam burung peliharaan di dalam sangkar dan membawanya pulang untuk dirawat setiap hari oleh putri kami, Alice. Suatu hari, salah seekor burung itu sakit dan mati. Kami berpikir barangkali burung-burung tersebut lebih senang jika tidak di dalam sangkar. Maka kami pun melepaskan lima burung yang masih hidup dan mengamati burung-burung itu terbang menjauh dengan gembira.

Obat yang Manjur

Cara mengemudi yang serampangan, emosi yang memuncak, dan lontaran bahasa kasar di kalangan pengemudi taksi dan angkutan umum merupakan penyebab utama terjadinya keributan di jalanan kota kami, Accra, Ghana. Namun suatu hari, saya menyaksikan salah satu kecelakaan lalu lintas yang berakhir dengan tidak lazim. Sebuah bus hampir ditabrak oleh taksi yang dikemudikan dengan sembrono. Saya mengira sopir bus itu akan marah dan meneriaki si pengemudi taksi. Ternyata tidak. Sopir bus itu justru mengendurkan raut wajahnya yang tegang dan tersenyum lebar ke arah si pengemudi taksi yang terlihat merasa bersalah. Senyuman itu sangat manjur. Sambil melambaikan tangan, sopir taksi itu meminta maaf, balas tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya. Ketegangan pun memudar.

Teruskan

Saya suka menonton perlombaan lari estafet. Saya kagum dengan kekuatan fisik, kecepatan, keahlian, dan daya tahan yang dituntut dari para atlet yang berlomba. Namun saya selalu memperhatikan satu bagian penting dari perlombaan yang membuat saya berdebar-debar. Itulah momen ketika tongkat estafet diteruskan dari satu atlet ke atlet berikutnya. Jika tertunda sedikit saja dan tongkat itu terlepas, mereka akan kalah.

Melakukan yang Dia Katakan

Saya memerlukan tangki air bawah tanah dan tahu persis konstruksi tangki yang saya inginkan, maka saya memberikan instruksi yang jelas kepada tukang yang mengerjakan. Keesokan hari ketika memeriksa pekerjaannya, saya dibuat jengkel saat menyadari bahwa tukang itu tidak mengikuti petunjuk yang saya berikan. Ia telah mengubah rancangan awal sehingga hasilnya tidak seperti yang saya kehendaki. Saya dibuat jengkel tidak saja oleh kegagalannya mengikuti petunjuk saya tetapi juga oleh alasan yang ia kemukakan.

Hidup Terhormat

Dalam pidato yang disiarkan secara luas, seorang pemimpin dan negarawan yang terpandang menarik perhatian warganya saat ia menyatakan bahwa banyak dari anggota parlemen (DPR) yang terhormat di negaranya ternyata bersikap kurang terhormat. Dengan menyebutkan keburukan-keburukan para anggota parlemen, seperti gaya hidup korupsi, sikap yang angkuh, ucapan yang tidak patut, ia mengecam dan mendesak mereka untuk memperbaiki diri. Tidak mengherankan, komentarnya itu tidak diterima baik oleh para anggota parlemen yang membalas dengan mengkritik balik kelakuan sang pemimpin itu.

Bapamu Mengetahui

Umur saya baru empat tahun saat berbaring bersama ayah di atas tikar pada suatu malam yang gerah di musim panas. (Saat itu ibu dan adik saya yang masih bayi tidur di kamar). Kami tinggal di wilayah utara Ghana yang cuacanya sangat kering. Keringat membasahi tubuh saya, dan panasnya cuaca membuat kerongkongan kering. Saya merasa sangat haus dan membangunkan ayah. Di tengah malam yang panas itu, ayah pun bangun dan menuangkan air dari sebuah kendi untuk menghilangkan rasa haus saya. Sepanjang hidup saya, sama seperti yang dilakukannya pada malam itu, ayah telah mencontohkan gambaran seorang bapa yang penuh perhatian. Ia menyediakan apa yang saya perlukan.

Kepercayaan yang Salah Tempat

Saya senang mengamati burung. Saya mulai sering melakukannya saat tumbuh dewasa di kawasan pedesaan dalam hutan di Ghana, tempat beragam spesies burung hidup. Akhir-akhir ini, di pinggiran kota tempat saya sekarang tinggal, saya meneliti tingkah laku sejumlah burung gagak yang menarik perhatian saya. Setelah terbang menuju sebatang pohon yang kebanyakan daunnya telah gugur, burung-burung itu memutuskan untuk beristirahat. Namun alih-alih hinggap pada ranting-ranting yang kuat, mereka memilih ranting-ranting yang kering, lapuk, dan cepat patah. Mereka pun segera mengepakkan sayap untuk menyelamatkan diri—tetapi kemudian kembali mengulangi usaha yang sia-sia itu. Rupanya naluri mereka tidak memberitahukan kepada mereka bahwa ranting yang kuat lebih dapat dipercaya dan aman untuk dihinggapi.