Penulis

Lihat Semua
Marvin Williams

Marvin Williams

Marvin Williams mulai menulis untuk buku renungan Our Daily Bread sejak tahun 2007 dan juga menulis untuk buku renungan Our Daily Journey. Marvin adalah pendeta pengajar senior di Trinity Church di Lansing, Michigan. Ia dan istrinya, Tonia, memiliki tiga anak.

Artikel oleh Marvin Williams

Kuasa Perkataan

Nelson Mandela, tokoh penentang rezim apartheid di Afrika Selatan yang dipenjara selama hampir tiga dekade, sangat paham tentang kuasa perkataan. Kita sering mengutip perkataannya saat ini, tetapi selama dipenjara, ia tidak banyak bicara karena takut akan akibat buruk yang dapat ditimbulkannya. Satu dekade setelah pembebasannya, ia berkata: “Bukan kebiasaan saya untuk berkata-kata dengan sembarangan. Pengalaman selama 27 tahun mendekam di penjara telah mengajar kami untuk menggunakan kesunyian dari kesendirian itu guna memahami betapa berharganya perkataan, dan betapa kuat dampak perkataan terhadap hidup-mati seseorang.”

Memuji Allah yang Hidup

Pada tahun 2005, saat Rosa Parks, pahlawan hak sipil Amerika, meninggal dunia, Oprah Winfrey merasa terhormat atas kesempatan untuk memberikan eulogi pada mendiang. Tentang wanita yang menolak memberikan tempat duduknya di bus kepada seorang pria kulit putih di tahun 1955 tersebut, Oprah berkata, “Saya sering memikirkan tentang risikonya—mengingat suasana masa itu dan apa yang bisa menimpa Rosa—risiko dari mempertahankan tempat duduk itu. Rosa bertindak tanpa mempedulikan dirinya sendiri dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.”

Sauh Bagi Kita

Setelah Estella Pyfrom pensiun mengajar, ia membeli sebuah bus yang dilengkapinya dengan sejumlah komputer dan meja, lalu dikemudikannya di sekitar Palm Beach County, Florida, Amerika Serikat. Melalui bus yang dinamainya Brilliant Bus (Bus Pintar), Estella menyediakan sebuah tempat bagi anak-anak yang rentan tersandung masalah agar mereka dapat mengerjakan pekerjaan rumah mereka dan mempelajari teknologi. Estella telah memberikan kestabilan dan pengharapan bagi anak-anak yang terancam gagal untuk memiliki masa depan yang lebih baik itu.

Menenangkan Badai

Ketika Badai Katrina mengarah ke pesisir Mississippi, seorang pendeta yang telah pensiun beserta istrinya memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka dan menetap di suatu rumah penampungan. Putri mereka memohon supaya mereka mau pergi ke Atlanta agar ia bisa merawat mereka. Namun pendeta dan istrinya tidak dapat mengambil uang untuk membiayai perjalanan karena semua bank tutup. Setelah badai berlalu, mereka kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang dan hanya berhasil menyelamatkan beberapa foto keluarga yang mengapung di atas air. Lalu, ketika pendeta itu mengeluarkan foto ayahnya dari bingkai untuk dikeringkan, jatuhlah uang sejumlah $366—jumlah yang persis dibutuhkan untuk membeli dua tiket pesawat ke Atlanta. Pasangan itu belajar bahwa mereka bisa mempercayai Yesus untuk apa pun yang mereka perlukan.

Allah Selalu Mendengar

Sehari sebelum Billy Graham diwawancarai dalam acara televisi Amerika The Today Show, direktur humasnya, Larry Ross, meminta disediakan satu ruangan khusus yang dapat dipakai Graham untuk berdoa sebelum diwawancara. Namun ketika Graham tiba di studio, asistennya memberitahukan kepada Ross bahwa Graham tidak memerlukan ruangan khusus itu. Asisten itu berkata, “Tn. Graham mulai berdoa saat ia bangun tadi pagi, ia berdoa saat sarapan, ia berdoa di dalam mobil selama perjalanan menuju studio, dan kemungkinan Graham juga terus berdoa selama wawancara berlangsung.” Di kemudian hari, Ross mengatakan, “Itu menjadi pelajaran yang sangat penting yang saya terima sebagai seorang pemuda.”

Yang Tak Bisa Dibeli Dengan Uang

Masih ada hal-hal yang tak bisa dibeli dengan uang—tetapi tidak banyak lagi di masa sekarang,” tutur Michael Sandel, penulis buku What Money Can’t Buy (Yang Tak Bisa Dibeli dengan Uang). Seseorang bisa membayar $90 (sekitar 990 ribu rupiah) untuk mendapatkan sel penjara yang lebih baik, membayar $250.000 (sekitar 2,75 milyar rupiah) untuk memperoleh izin memburu badak hitam yang langka, dan membayar $1.500 (sekitar 16 juta rupiah) untuk mengetahui nomor ponsel dokter pribadi Anda. Sepertinya sekarang hampir semua hal bisa dibeli dengan uang.

Kehilangan Arah

Suatu survei online yang diselenggarakan oleh sebuah firma hukum di New York mengungkapkan bahwa 52 persen dari para pedagang saham, pialang, bankir investasi, dan pelaku bisnis jasa keuangan lainnya di Wall Street pernah terlibat dalam kegiatan ilegal atau meyakini bahwa mereka mungkin perlu melakukan kegiatan ilegal itu untuk mencapai sukses. Survei tersebut menyim-pulkan bahwa para pemimpin dalam bisnis keuangan itu “telah kehilangan kompas moral mereka” dan “menganggap perbuatan ilegal di dunia usaha sebagai kejahatan yang wajar dan perlu”.

Selamat Tinggal

Ketika Max Lucado berpartisipasi dalam suatu perlombaan separuh triatlon, ia mengalami pengaruh negatif dari keluh-kesah. Ia berkisah, “Setelah berenang sekitar 2 KM dan bersepeda sejauh 90 KM, aku tak punya banyak tenaga lagi untuk berlari sejauh 21 KM. Demikian juga halnya dengan orang yang berlari di sampingku. Orang itu berkata, ‘Ini sangat memuakkan. Mengikuti lomba ini adalah keputusan terbodoh yang pernah kulakukan.’ Aku berkata kepadanya, ‘Selamat tinggal.’” Max tahu, jika ia terlalu lama mendengarkan keluh-kesah itu, tidak lama kemudian ia akan menyetujui orang tersebut. Oleh karena itu, ia mengucapkan selamat tinggal dan terus berlari.

Perkataan Yang Tepat Pada Waktunya

Anda mungkin pernah mendengar pepatah, “Waktu yang menentukan segalanya.” Menurut Alkitab, waktu yang tepat berlaku juga pada perkataan kita. Pikirkanlah suatu waktu ketika Allah pernah memakai Anda untuk menyampaikan perkataan yang tepat bagi seseorang yang membutuhkan penghiburan, atau justru di kesempatan lain, ketika Anda ingin berbicara, Anda merasa lebih baik untuk tidak mengucapkan apa-apa.