Kisah Agung Allah
Sampul majalah Life edisi 12 Juli 1968 menampilkan foto mengerikan dari anak-anak kelaparan di Biafra (bagian dari Nigeria pada masa perang saudara). Seorang bocah yang melihat sampul itu merasa gelisah dan bertanya kepada seorang pendeta, “Apakah Allah tahu tentang ini?” Pendeta itu menjawab, “Mungkin kamu tidak mengerti, tetapi ya, Allah tahu.” Karena kecewa, bocah itu pergi dan berkata tidak ingin mengenal Allah yang seperti itu.
Yesus Saudara Kita
Bridger Walker baru berumur enam tahun ketika seekor anjing menyerang adik perempuannya. Bridger langsung melompat ke depan si adik untuk melindunginya dari serangan ganas anjing itu. Setelah mendapatkan perawatan darurat dan sembilan puluh jahitan di wajahnya, Bridger menerangkan alasan di balik tindakannya itu. “Kalau ada yang harus mati, biar aku saja.” Bersyukur, para ahli bedah plastik berhasil memulihkan wajah Bridger. Kasihnya sebagai seorang kakak tetap kuat, terbukti dari foto-foto yang memperlihatkan ia sedang memeluk adiknya.
Yang Kuat dan Yang Lemah
Di Universitas Iowa berlangsung tradisi pertandingan football perguruan tinggi yang sangat mengharukan. Di sebelah Stadion Kinnick terdapat Rumah Sakit Stead Family Children, dan lantai teratas rumah sakit itu mempunyai jendela-jendela besar yang membentang dari lantai hingga langit-langit dengan pemandangan ke arah lapangan. Pada hari-hari berlangsungnya pertandingan, para pasien anak-anak dan keluarga mereka memenuhi lantai tersebut untuk menyaksikan keseruan pertandingan di bawah mereka. Kemudian, pada akhir kuarter pertama, para pelatih, atlet, dan ribuan penonton di stadion akan mengarahkan pandangan dan melambaikan tangan mereka ke arah rumah sakit itu. Untuk beberapa saat lamanya, mata para pasien anak-anak itu berbinar-binar. Sungguh luar biasa melihat para atlet tersebut, di hadapan penonton yang memenuhi stadion dan ribuan lainnya yang menonton di TV, mau berhenti sejenak dan menunjukkan kepedulian mereka.
Doa dan Transformasi
Pada tahun 1982, pendeta Christian Führer memulai persekutuan doa setiap hari Senin di Gereja St. Nicholas, Leipzig. Bertahun-tahun lamanya sekelompok orang berkumpul untuk memohon Allah mengaruniakan perdamaian di tengah ancaman kekerasan global dan kekejaman rezim Jerman Timur. Meski pemerintah komunis memberlakukan pengawasan ketat terhadap gereja-gereja, jemaat tadi tidak merasa takut, bahkan ketika persekutuan doa tersebut dibanjiri oleh para peserta sampai ke luar gerbang gereja. Pada tanggal 9 Oktober 1989, tujuh puluh ribu demonstran berkumpul dan berunjuk rasa dengan damai. Enam ribu polisi Jerman Timur sudah bersiap-siap menghadapi provokasi. Namun, demonstrasi tersebut berlangsung dengan damai, dan para sejarawan memandang hari itu sebagai momen bersejarah. Sebulan kemudian, Tembok Berlin pun runtuh. Transformasi masif itu dimulai dengan sebuah persekutuan doa.
Ingatan Allah yang Tak Pernah Gagal
Seorang pria memiliki lebih dari 400 juta dolar dalam mata uang bitcoin, tetapi ia tidak dapat mengakses satu sen pun kekayaannya itu. Ia lupa kata sandi dari perangkat yang menyimpan dananya tersebut, dan bahaya pun mengancam: setelah sepuluh kali keliru memasukkan kata sandi, perangkat itu akan hancur dengan sendirinya. Harta itu terancam lenyap selamanya. Selama satu dekade, pria itu merana dan mati-matian berusaha mengingat kata sandi untuk investasi yang dapat mengubah hidupnya itu. Ia telah mencoba delapan kata sandi dan semuanya gagal. Pada tahun 2021, ia mengeluh hanya memiliki dua kesempatan lagi sebelum semuanya lenyap seperti asap.
Hanya oleh Karya Roh Kudus
Ketika membahas buku mengenai Roh Kudus yang ditulis oleh Jürgen Moltmann, teolog Jerman yang berusia sembilan puluh empat tahun, seorang pewawancara bertanya: “Bagaimana Anda mengaktifkan Roh Kudus? Apakah bisa dengan obat? Apakah perusahaan farmasi bisa [menghadirkan Roh Kudus]?” Alis Moltmann yang lebat terangkat. Sambil menggeleng, ia menyeringai dan menjawab dalam aksen yang kental. “Apa yang bisa saya lakukan? Jangan lakukan apa-apa. Nantikanlah Roh Kudus, dan Roh Kudus akan datang.”
Siapa Aku?
Pada tahun 1859, Joshua Abraham Norton mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar Amerika Serikat. Norton memperoleh—dan kemudian kehilangan—kekayaannya dari bisnis ekspedisi di San Francisco, tetapi ia menginginkan identitas baru: kaisar pertama Amerika. Saat surat kabar San Francisco Evening Bulletin menerbitkan pengumuman Norton sebagai “kaisar”, banyak pembaca menertawakannya. Norton membuat keputusan-keputusan yang ditujukan untuk memperbaiki masalah dalam masyarakat, mencetak mata uangnya sendiri, bahkan menulis surat kepada Ratu Victoria untuk meminangnya dan menyatukan kerajaan mereka. Ia juga mengenakan seragam militer kerajaan rancangan penjahit lokal. Seorang pengamat menyatakan Norton terlihat “seperti kaisar sesungguhnya”. Namun, tentu saja ia bukan kaisar. Kita tidak dapat seenaknya mereka-reka jati diri kita.
Berdiam di dalam Yesus
Beberapa tahun lalu, kami membawa pulang seekor kucing hitam dewasa bernama Juno dari tempat penampungan hewan. Sejujurnya, saya hanya membutuhkan bantuan untuk mengurangi populasi tikus di tempat tinggal kami, tetapi keluarga saya menginginkan seekor hewan peliharaan. Tempat penampungan itu memberi kami instruksi yang ketat tentang membangun rutinitas makan di minggu pertama supaya Juno tahu bahwa rumah kami adalah rumahnya, tempat kediamannya, sekaligus tempat ia akan selalu memperoleh makanan dan rasa aman. Dengan demikian, sekalipun Juno berkeliaran, pada akhirnya ia akan selalu pulang ke rumah kami.
Allah Mengenal Kita
Baru-baru ini, saya melihat foto patung Musa karya Michelangelo. Jika diperhatikan dari dekat, kita bisa melihat otot kecil yang menonjol pada lengan kanan Musa. Itulah otot extensor digiti minimi, yang hanya akan menonjol ketika kita mengangkat jari kelingking. Michelangelo, yang terkenal ahli dalam detail-detail yang halus, sangat memperhatikan bentuk manusia yang dipahatnya dan menambahkan bagian-bagian kecil yang sering terluput oleh kebanyakan orang. Michelangelo memiliki kelebihan yang tidak banyak dimiliki para pemahat lain, yaitu bahwa ia memahami anatomi tubuh manusia. Detail-detail yang ia pahatkan pada batu granit itu merupakan upayanya untuk menyingkapkan sesuatu yang lebih dalam, yaitu jiwa atau batin manusia. Namun, tentu saja, Michelangelo belum sepenuhnya berhasil.