Kebahagiaan dalam Air Mata
Saya menerima surel dari seorang pemuda di Inggris, yang menerangkan bahwa ayahnya (baru berumur enam puluh tiga tahun) sedang sekarat dan kini terbaring kritis di rumah sakit. Meski kami belum pernah bertemu, pekerjaan saya dan ayahnya ternyata sering berkaitan. Karena ingin menghibur sang ayah, pemuda itu meminta saya mengirimkan video berisi doa dan dorongan semangat. Saya sangat tersentuh dan akhirnya merekam pesan singkat serta doa untuk kesembuhannya. Saya diberi tahu bahwa ayahnya menonton video tersebut dan sempat menyatakan rasa terima kasih dengan mengacungkan jempolnya. Sayangnya, beberapa hari kemudian, saya menerima email berikutnya yang mengabarkan bahwa beliau telah meninggal dunia. Beliau mengembuskan napas terakhir sambil menggenggam tangan sang istri.
Cinta Seperti Nyala Api
Penyair, pelukis, dan pencetak William Blake menikmati empat puluh lima tahun kehidupan pernikahan bersama istrinya, Catherine. Mereka selalu bekerja sama sejak hari pernikahan mereka sampai kematiannya pada tahun 1827. Catherine mewarnai sketsa-sketsa yang dibuat William, dan kesetiaan mereka bertahan melewati masa-masa penuh kemiskinan dan tantangan. Bahkan pada minggu-minggu terakhir ketika kondisi kesehatannya semakin menurun, Blake tetap berkarya, dan sketsa terakhirnya adalah wajah istrinya. Empat tahun kemudian, Catherine meninggal dunia sambil menggenggam pensil milik suaminya.
Mengakhiri dengan Baik
Di usianya yang ke-103, seorang wanita bernama Man Kaur bertanding sebagai atlet wanita tertua dari India dalam World Masters Athletic Championship 2019 di Polandia. Hebatnya, Kaur meraih medali emas dalam empat cabang (lempar lembing, tolak peluru, lari jarak pendek 60 meter, dan lari 200 meter). Namun, yang paling menakjubkan adalah kini ia berlari lebih cepat dibandingkan rekornya pada kejuaraan tahun 2017. Sebagai nenek buyut yang masih aktif pada usia lebih dari satu abad, Kaur menunjukkan teladan bagaimana seseorang harus mengakhiri pertandingan dengan baik.
Percayakan Masa Depan kepada Allah
Tahun 2010, Laszlo Hanyecz melakukan pembelian yang pertama kalinya menggunakan bitcoin (mata uang digital yang saat itu bernilai sepersekian sen). Ia memakai 10.000 bitcoin untuk membeli dua loyang pizza seharga 25 dolar. Tahun 2021, pada nilai tertingginya, bitcoin tersebut setara dengan lebih dari 500 juta dolar. Dulu sebelum nilainya meroket, Hanyecz terus membayar pizza dengan bitcoin, sampai jumlah totalnya 100.000 bitcoin. Seandainya Hanyecz menyimpan semua bitcoin tersebut, nilai saat ini akan menjadikannya seorang jutawan dengan kekayaan enam puluh delapan kali lipat dan menempatkannya dalam daftar “orang terkaya di dunia” versi Forbes. Seandainya saja ia tahu tentang masa depan.
Masa Depan yang Berbeda
Tiga ratus siswa SMP dan SMA di kota kecil Neodesha, Kansas, berbaris memasuki aula untuk menghadiri pertemuan dadakan. Mereka pun duduk terpaku, tak percaya saat mendengar sepasang suami-istri yang memiliki hubungan dengan kota mereka memutuskan akan membayar uang kuliah setiap murid Neodesha selama dua puluh lima tahun ke depan. Semua siswa terkejut, gembira, dan menangis bahagia.
Belas Kasihan, Bukan Kepahitan
Ketika gedung-gedung World Trade Center runtuh pada tanggal 11 September 2001, Greg Rodriguez adalah salah seorang korban yang tewas. Dalam dukanya, orangtua Greg memikirkan sungguh-sungguh tanggapan mereka terhadap serangan mengerikan itu. Pada tahun 2002, Phyllis , ibunda Greg, bertemu dengan Aicha el-Wafe, ibu dari salah seorang pelaku yang dituduh membantu para teroris. Phyllis berkata, “Aku menghampirinya seraya membentangkan kedua tanganku. Kami berpelukan dan menangis. . . . Aicha dan saya langsung merasa dekat. . . . kami sama-sama menderita karena kedua putra kami.”
Mengenal Jalan yang Benar
Tak seorang pun mengira bahwa pemain skateboard Brasil berusia enam belas tahun, Felipe Gustavo, akan menjadi “salah satu pemain skateboard paling legendaris di planet ini”. Ayah Gustavo yakin sang putra perlu mengejar mimpinya untuk menjadi pemain skateboard profesional, tetapi mereka tidak punya uang. Ayahnya lalu menjual mobil mereka dan membawa putranya mengikuti kompetisi skating Tampa Am yang terkenal di Florida. Tak seorang pun pernah mendengar tentang Gustavo . . . sampai ia menang. Kemenangan itu menjadi batu loncatannya menuju karier yang luar biasa.
Seisi Rumah
Dengan mengenakan seragam napi, James berjalan melintasi sasana olahraga di penjaranya dan melangkah masuk ke kolam renang portabel tempat ia dibaptis oleh pembina rohaninya di sana. Kebahagiaan James berlipat ganda ketika ia mendengar bahwa putrinya Brittany—juga seorang narapidana—telah dibaptis pada hari yang sama . . . di kolam yang sama! Para petugas penjara pun terharu saat menyadari hal tersebut. “Semua orang menangis,” cerita sang hamba Tuhan. Selama bertahun-tahun, Britanny dan ayahnya keluar-masuk penjara, dan kini sama-sama menginginkan pengampunan dari Allah. Kini, secara bersamaan, Allah memberi mereka hidup yang baru.
Saling Memperhatikan
Jose, seorang guru pengganti berusia tujuh puluh tujuh tahun, sudah tinggal dalam mobilnya selama delapan tahun. Setiap malam, pria tua itu tidur di dalam Ford Thunderbird LX keluaran 1997 miliknya, sambil terus memantau kondisi aki mobilnya yang menjadi sumber energi bagi komputer yang dipakai untuk melakukan pekerjaannya di malam hari. Alih-alih menggunakan pendapatannya untuk menyewa tempat tinggal, Jose mengirimkan uang itu kepada kerabatnya di Meksiko yang lebih membutuhkan. Suatu hari, pagi-pagi sekali, salah seorang mantan murid Jose melihatnya sedang sibuk mencari-cari sesuatu di bagasi mobilnya. Ia merasa perlu melakukan sesuatu dan memutuskan untuk menggalang dana bagi Jose. Beberapa minggu kemudian ia menyerahkan selembar cek kepada Jose untuk membantunya menyewa tempat tinggal.