Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Winn Collier

Air yang Berlimpah

Di Australia, sebuah laporan menuliskan “kisah suram” tentang musim kemarau yang ekstrem, udara panas, dan kebakaran. Laporan itu menyebutkan tentang sepanjang tahun yang sangat buruk dengan curah hujan yang sangat minim, sehingga rumput kering menjadi mudah terbakar. Kobaran api yang meluas membakar kawasan pedesaan. Ikan-ikan mati. Panen gagal. Semua itu terjadi karena tidak adanya air, sumber daya alam yang sering dianggap remeh tetapi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan kehidupan.

Melihat dengan Sudut Pandang Baru

Sebuah permainan komputer menempatkan seratus pemain di suatu pulau virtual untuk saling bersaing hingga tersisa satu pemain. Setiap kali seseorang tersingkir oleh lawannya, ia masih dapat memantau jalannya permainan lewat sudut pandang sang lawan. Seorang jurnalis berkomentar, “Ketika seseorang menggunakan sudut pandang pemain lain, terjadi perubahan perasaan . . . dari keinginan untuk menyelamatkan diri . . . menjadi solidaritas bersama . . . Ia mulai mendukung orang asing yang baru beberapa saat sebelumnya menyingkirkannya.”

Kasih yang Mengekang

Sebagian besar pemuda Samoa diberi tato sebagai tanda tanggung jawab kepada masyarakat dan kepala suku mereka. Namun, ketika para pemain rugbi dari Samoa berkunjung ke Jepang, negara yang sebagian masyarakatnya melihat tato secara negatif, mereka menyadari bahwa simbol itu bisa menimbulkan masalah. Demi memelihara hubungan baik, para pemuda Samoa itu pun mengenakan kain panjang berwarna kulit pada lengan untuk menutupi tato mereka. “Kami menghormati dan menghargai budaya Jepang,” kata kapten tim Samoa. “Kami harap usaha kami dapat mereka terima.”

Keluar dari Kemiskinan

Warren Buffett bersama Bill dan Melinda Gates mencetak sejarah ketika meluncurkan sebuah gerakan donasi yang disebut The Giving Pledge, dengan berjanji menyumbangkan setengah dari harta kekayaan mereka. Pada tahun 2018, terkumpul sumbangan sebesar 92 miliar dolar AS. Karena penasaran, psikolog Paul Piff pun meneliti tentang pola memberi, dan menemukan bahwa orang miskin cenderung memberi 44 persen lebih banyak ketimbang orang kaya. Mereka yang menyadari kemiskinannya sering tergerak untuk lebih bermurah hati. 

Berpikir Secara Berbeda

Semasa kuliah, saya pernah menikmati musim panas yang indah di Venezuela. Makanannya  enak-enak, penduduknya ramah, iklimnya bagus, dan keramahtamahannya sangat mengagumkan. Namun, setelah satu-dua hari di sana, saya menyadari bahwa pandangan saya tentang pengaturan waktu berbeda dengan kebiasaan teman-teman di sana. Jika kami berencana makan siang pada tengah hari, bagi mereka itu berarti kapan saja antara jam 12 dan jam 1 siang. Demikian juga dalam menetapkan waktu untuk memulai rapat atau mengadakan perjalanan: waktunya fleksibel dan hanya bisa dikira-kira. Saya belajar bahwa pemikiran saya tentang “hadir tepat waktu” rupanya sangat dipengaruhi oleh faktor budaya yang membentuk saya.

Rumah di Atas Batu

Sebanyak 34.000 rumah di salah satu negara bagian Amerika Serikat berisiko ambruk karena fondasinya yang cacat. Tanpa disadari, perusahaan beton menggunakan bebatuan dari tambang yang bercampur suatu bahan mineral yang setelah beberapa lama menyebabkan betonnya retak dan hancur. Fondasi dari sekitar enam ratus rumah sudah hancur, dan besar kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dengan pesat seiring berjalannya waktu.

Kita Kuat

Saybie terlahir sebagai bayi “prematur mikro” pada usia dua puluh tiga minggu dengan berat tidak sampai seperempat kilogram. Para dokter ragu Saybie dapat bertahan hidup dan mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa mereka mungkin hanya punya waktu satu jam dengan anak perempuan mereka. Namun, Saybie terus berjuang untuk hidup. Ada sehelai kartu berwarna merah muda ditempel dekat ranjang bayi bertuliskan “Mungil tetapi Perkasa.” Setelah lima bulan dirawat di rumah sakit, Saybie secara menakjubkan dapat pulang ke rumah sebagai bayi sehat dengan berat 2,2 kilogram. Ia juga mencatat rekor dunia sebagai bayi terkecil di dunia yang dapat bertahan hidup.

Cara Tante Betty

Waktu saya masih kecil, setiap kali Tante Betty datang berkunjung, saya merasa hari itu seperti hari Natal. Ia senang membawakan mainan dan memberi uang kepada saya sebelum pulang. Kalau saya menginap di rumahnya, kulkasnya penuh dengan es krim dan saya tidak pernah dipaksa makan sayur. Tidak banyak aturan dan saya diperbolehkan tidur larut malam. Tante Betty menjadi cermin kemurahan hati Allah. Namun, agar tumbuh sehat, saya butuh sesuatu yang lebih dari cara Tante Betty memanjakan saya. Saya juga butuh mengikuti aturan dan harapan orangtua saya atas diri dan perilaku saya, dan saya bertanggung jawab menaati semua itu.

Tangan yang Terbuka dan Murah Hati

Ketika mobil lama Vicki mogok dan tidak bisa diperbaiki lagi, ia mulai mengumpulkan uang untuk membeli mobil baru. Suatu hari, Chris, seorang pelanggan di restoran tempat Vicki bekerja, mendengar kebutuhannya itu. “Saya terus memikirkannya,” kata Chris. “dan saya [harus] melakukan sesuatu.” Akhirnya ia membeli mobil bekas milik anak lelakinya (yang baru saja mengiklankan mobilnya untuk dijual), memolesnya supaya terlihat lebih indah, lalu memberikan kuncinya kepada Vicki. Vicki sangat terkejut. “Orang mana . . . yang berbuat begitu?” katanya dengan perasaan takjub dan bersyukur.