Saat bergabung sebagai desainer pertama ODB Indonesia, Mary Chang belum lama meraih gelar sarjana. Menjadi pembaca renungan ODB sejak remaja, Mary sangat bersemangat menerapkan keahlian yang diperolehnya di bangku kuliah untuk pekerjaan barunya. Namun, kenyataan yang dihadapinya tak semulus yang dibayangkan. Ada banyak kendala di lapangan yang harus ia hadapi demi memastikan standar desain dan cetakan ODB bisa terpenuhi. Awalnya semua tampak serba sulit, tetapi kemudian Mary menyadari bagaimana Tuhan memakai semua kesulitan itu untuk membentuk ODB Indonesia, dan juga membentuk dirinya. “Saya belajar untuk melihat di luar kebiasaan saya dan itu tidak mudah. Saya dikritik dan diberi masukan dengan cara yang keras dan tajam. Namun, itu mengajar saya untuk lebih rendah hati dan terbuka,” cerita Mary. Ia adalah salah satu staf yang mengikuti perjalanan ODB Indonesia sejak awal. Saat menikah dan punya anak, Mary sempat keluar. Tahun 2011, ia kembali bergabung dan terus melayani bersama ODB Indonesia sampai sekarang.

“Saya menyaksikan langsung bagaimana Tuhan membuka jalan untuk sesuatu yang tampaknya mustahil,” cerita lain tentang ODB Indonesia datang dari Amin Edi Candera, salah satu staf yang sudah melayani selama 18 tahun. Semula ia hanya membantu temannya merakit rak buku di kantor ODB. Setelah itu ia ditawari bekerja paruh waktu, dan akhirnya menjadi staf penuh waktu. Sebagai salah satu staf terlama, Amin sudah melewati berbagai tantangan. Beberapa kali ia diberi peran dan tanggung jawab baru yang membuatnya harus belajar lagi. Rekan kerjanya juga berganti-ganti. Ia sempat kesulitan membagi waktu saat memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Namun, atas anugerah Tuhan, semua itu berhasil dilewatinya. Keluarga Amin yang semula menentang keputusan Amin bekerja di ODB kini berbalik sangat mendukungnya. Mereka turut menyaksikan bagaimana Tuhan memelihara kehidupan Amin yang kini sudah bergelar sarjana, menikah, dan memiliki dua orang anak.

“Kami dulu belum bisa membayangkan bagaimana Tuhan akan memberkati visi misi yang Dia berikan kepada kami. Tuntunan Tuhan itu seperti pelita (Mazmur 119:105), bukan obor. Jalan kita tidak langsung benderang semuanya, tetapi setiap kali melangkah, ada terang untuk satu langkah lagi ke depan,” kata Yosia Harsa, salah satu pengurus terlama di Yayasan ODB Indonesia. Ia tertarik ambil bagian karena visi dan misi lembaga pelayanan ini sejalan dengan kerinduan hatinya: membagikan firman Tuhan agar dapat diterima dan dimengerti sebanyak mungkin orang. Ia bukan seorang pembicara atau penulis, tetapi handal dalam bidang teknik sipil. Jadi, ia pun membantu manajemen pembangunan kantor dan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan ODB. Lebih dari 15 tahun Yosia terlibat aktif sebagai pengurus yayasan, dan baru saja mundur untuk memberi jalan bagi regenerasi.

Mengikuti tuntunan Tuhan yang “seperti pelita” itu tidak mudah. Bukankah orang selalu ingin cepat melihat hasil? Namun, Mary, Amin, Yosia, dan banyak orang lainnya belajar bahwa seringkali hasil itu baru terlihat jelas setelah tahun-tahun yang panjang. “Orang perlu tinggal lebih lama untuk melihat hasil, tidak cepat-cepat pergi bila bertemu masalah. Hadapi, doakan, dan lihat bagaimana Tuhan berkarya pada waktunya,” pesan Yosia kepada rekan-rekannya yang lebih muda. Bertekun, tinggal cukup lama untuk melihat hasil. Mungkin itu yang perlu kita lakukan ketika benih yang kita taburkan belum menghasilkan buah.