Kami mengucap syukur kepada Tuhan karena Dia telah menuntun langkah pelayanan ODB Indonesia selama 20 tahun. Kami dimampukan untuk membagikan Kabar Baik kepada ratusan ribu orang di Indonesia melalui materi-materi cetak maupun digital, siaran TV maupun radio, serta pengajaran firman Tuhan secara langsung di berbagai tempat. Semua itu tentu tak lepas dari doa dan dukungan Anda bagi setiap langkah pelayanan kami.

Bersyukurlah bersama kami atas karya Allah melalui pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia. Lihatlah rangkaian perjalanan kami, bacalah renungan dan beragam kesaksian, serta kirimkan pesan-kesan Anda sendiri.

  • 1978

    Atas prakarsa 3 orang mahasiswa di Yogyakarta, untuk pertama kalinya Our Daily Bread diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

  • 1980

    Terjemahan Our Daily Bread dalam bahasa Indonesia diberi nama Renungan Harian dan diterbitkan oleh Yayasan Gloria.

  • 1998

    RBC Ministries mulai berkantor dari sebuah rumah sewa di Jakarta Barat.

  • 1998

    Yayasan RBC Indonesia resmi berdiri dengan pendaftaran akte pendirian pada Oktober 1998.

  • 1999

    RBC Ministries mencetak Our Daily Bread dalam bahasa Inggris untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat di Indonesia.

  • 1999

    Penyiaran perdana renungan dalam bahasa Indonesia di Radio Pelita Kasih, Jakarta.

  • 2000

    RBC Indonesia menempati kantor baru milik sendiri di Taman Semanan Indah, Jakarta Barat dan mulai melayani pencetakan materi bagi negara-negara lain di Asia Pasifik.

  • 2002

    Bible Conference pertama di Jakarta yang dilayani oleh Rev. Bill Crowder.

  • 2003

    Terjemahan Our Daily Bread dalam bahasa Indonesia mulai diterbitkan dengan nama Santapan Rohani untuk diedarkan di luar negeri.

  • 2005

    Mulai menggunakan SMS dalam pelayanan kepada pembaca di Indonesia.

  • 2005

    Mulai memasarkan Our Daily Bread dan Santapan Rohani edisi tahunan di toko buku umum.

  • 2008

    Setelah hak penerjemahan Our Daily Bread dikembalikan kepada RBC Ministries, Santapan Rohani edisi triwulan mulai diedarkan untuk pembaca yang berlangganan di dalam negeri.

  • 2009

    Pertemuan pertama para Rekan Penjangkauan di Jakarta. Hingga saat ini, Pelayanan Penjangkauan telah didukung oleh ribuan Rekan Penjangkauan.

  • 2010

    RBC Indonesia bekerja sama dengan Shine TV untuk menyiarkan program Day of Discovery.

  • 2010

    Memulai pelayanan di dunia maya kepada kaum muda berbahasa Indonesia dengan merintis situs Warungsatekamu.org

  • 2011

    RBC Indonesia menempati kantor baru di Daan Mogot Baru, Jakarta Barat.

  • 2013

    Studio rekaman audio mulai beroperasi dan memungkinkan RBC Indonesia memproduksi sendiri materi-materi audio yang makin berkembang.

  • 2015

    Nama RBC Ministries berubah menjadi Our Daily Bread Ministries.

  • 2015

    Renungan Santapan Rohani mulai bisa didapatkan melalui aplikasi telepon genggam.

  • 2015

    Resource Center dibuka di kantor Daan Mogot agar para pembaca bisa terlayani secara langsung.

  • 2016

    Jumlah pengikut laman Santapan Rohani di Facebook mencapai 1 juta akun.

  • 2016

    Program renungan Santapan Rohani mulai menyapa pemirsa televisi.

  • 2017

    Pembaca ODB Indonesia kini dapat berkomunikasi dengan media Whatsapp.

  • 2017

    Pengembangan aplikasi ODB sudah mencapai versi 3.0.

  • 2018

    Our Daily Bread Ministries merayakan 20 tahun perjalanan pelayanannya di Indonesia.

BUNGA RAMPAI KARYA ALLAH

Dimulai Dari Yang Kecil

Banyak yang bisa dihasilkan oleh sebutir benih yang kecil ketika jatuh ke tanah yang subur.

Pelayanan ODB Indonesia yang tahun ini genap berusia 20 tahun tidak tumbuh dalam waktu yang singkat. Jauh sebelum kantor perwakilan ODB berdiri di Jakarta, di tahun 1978, sudah ada benih kecil yang ditaburkan tiga mahasiswa sederhana di Yogyakarta. Saat itu, mereka belum lama bertobat, penuh gairah untuk bertumbuh secara rohani. Untuk membangun kebiasaan membaca Alkitab, mereka menggunakan Our Daily Bread, buku kecil berisi renungan 90 hari. Stefanus Junianto, salah satu dari tiga mahasiswa itu, pertama kali mendapatkannya dari sang kakak yang berlangganan Our Daily Bread dari Grand Rapids, Amerika. Stefanus pun ikut berlangganan, bahkan minta dikirim beberapa buku tambahan agar bisa dibagikan kepada teman-temannya.

Ingin agar ada lebih banyak teman mahasiswa juga diberkati oleh perenungan firman Tuhan setiap hari, Stefanus dan kedua sahabatnya pun sepakat untuk patungan membeli kertas. Masing-masing menyisihkan tigaribu limaratus rupiah, sebuah jumlah yang lumayan untuk kantong mahasiswa pada waktu itu. Lalu, dengan kemampuan bahasa Inggris seadanya mereka berusaha menerjemahkan, mengetik, dan memperbanyak renungan-renungan yang telah memberkati mereka.

Tanpa disangka, langkah kecil mereka mendapat sambutan positif. Makin banyak orang yang ingin ikut membaca. Permintaan terus bertambah. Jemaat gereja, persekutuan mahasiswa di Yogyakarta, dan bahkan dari berbagai kota di Indonesia. Pekerjaan tersebut dilanjutkan oleh adik-adik angkatan yang tergabung dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen di Yogyakarta. Mereka mengumpulkan uang untuk membeli mesin stensil sendiri agar dapat memperbanyak renungan-renungan itu dengan lebih leluasa.

Generasi berganti. Para alumni akhirnya mendirikan Yayasan Gloria yang melanjutkan penerbitan dan pendistribusian Renungan Harian, terjemahan dari renungan Our Daily Bread sampai tahun 2008. Penerjemahan dan pendistribusian kemudian dilanjutkan oleh kantor ODB Indonesia dengan nama Santapan Rohani.

Hari ini, ada jutaan orang di Indonesia yang menerima dan membagikan berkat firman Allah melalui Santapan Rohani. Banyak cerita perubahan hidup yang terjadi karena orang menerima dan memahami Kitab Suci. Sebuah bukti nyata betapa firman Allah tidak pernah kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:10-11). Setiap kali kita membagikan firman kepada orang lain, kita sedang menaburkan benih yang bernilai kekal. Dalam anugerah Allah, benih itu bisa mengeluarkan tunas, bertumbuh, dan berbuah pada musimnya (Markus 4:26-29), menyatakan pekerjaan Tuhan yang begitu mengagumkan dan masih terus berlanjut.

Panggilan Tak Terduga

Memulai dan memimpin pelayanan ODB Indonesia sama sekali bukan cita-cita Netty Susanto. Ia senang membaca Our Daily Bread, buku renungan yang sudah dikenalnya sejak mahasiswa dan ikut menolongnya bertumbuh dalam pengenalan akan firman Tuhan. Namun, saat masih berkarir di dunia sekuler, ia diminta untuk membuka kantor perwakilan ODB di Indonesia tetapi ditolaknya. Netty merasa itu bukan panggilan hidupnya dan lebih memilih menjadi volunter yang memperkenalkan renungan tersebut ke gereja-gereja.

Sampai suatu hari, Tuhan memanggilnya dengan cara yang tidak terduga. Bulan Mei 1998, terjadi kerusuhan di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Jakarta, tempat Netty dan keluarganya tinggal. Netty tak pernah melupakan hari saat ia harus berdiri dalam antrian panjang di bandara. Ke mana pun matanya memandang, ia hanya bisa melihat wajah-wajah yang tampak lelah, takut, dan lapar. Mungkin mereka telah kehilangan rumah, harta benda, orang-orang yang mereka sayangi, dan semua harapan mereka. Masa depan menjadi serba tak pasti.

“Kamu harus memberi mereka makan…” Orang-orang ini tak hanya membutuhkan makanan secara jasmani, tetapi juga makanan bagi jiwa dan roh mereka. Netty tersentak. Apakah Tuhan baru saja berbicara kepadanya? Wajah-wajah yang ia lihat hari itu mengingatkannya pada ribuan orang lapar yang diberi Yesus makan dengan lima roti dan dua ekor ikan (Markus 6:30-44). Seperti para murid, Netty merasa itu perintah yang mustahil dilakukan. Jangankan menolong orang sebanyak itu, menolong diri sendiri dan keluarganya pun ia tak yakin mampu. Namun, Roh Kudus mengingatkan dengan lembut bahwa yang mencukupkan makanan bagi ribuan orang bukanlah kemampuan para murid, melainkan kuasa Tuhan. Para murid hanya membawa apa yang ada pada mereka, tetapi yang melipatgandakannya adalah Tuhan sendiri.

Panggilan tak terduga di bandara itu mengubah semua rencana Netty untuk masa depannya. Bulan Juli 1998, Netty mulai bergabung dengan Our Daily Bread Ministries (saat itu masih disebut sebagai RBC Ministries). Pelayanan ODB Indonesia dimulainya dari sebuah rumah kecil kontrakan di daerah Cengkareng. Dengan bantuan beberapa staf dan volunter, Our Daily Bread dalam bahasa Inggris dan Mandarin dicetak lalu didistribusikan untuk melayani banyak orang yang menjadi korban dalam berbagai kerusuhan saat itu. Beberapa waktu kemudian, Tuhan membuka kesempatan bagi mereka untuk bekerja sama dengan beberapa radio lokal, sehingga ada lebih banyak orang yang dapat menerima “santapan” rohani setiap hari. Dua tahun kemudian, Tuhan memberkati ODB dengan sebuah kantor yang lebih memadai sehingga ODB Indonesia juga bisa menjadi pusat percetakan materi terbitan Our Daily Bread Ministries bagi sejumlah negara di Asia Pasifik.

Seperti yang dialami Netty, panggilan Tuhan dapat membawa kita keluar dari zona nyaman untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada di dunia ini. Kita bekerja bagi-Nya bukan karena kecakapan kita, melainkan karena Tuhan ingin kita mengenal-Nya lebih dekat, mengalami apa yang hanya bisa kita alami ketika kita berjalan bersama-Nya.

Melayani di Masa Penuh Tantangan

Seringkali pada saat krisis, kesempatan muncul. Seringkali pula dalam proses mengatasi krisis, kita bertumbuh, belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, dan menyaksikan pemeliharaan-Nya yang ajaib.

Itulah yang terjadi di tahun 1998, ketika Indonesia sedang mengalami kesulitan ekonomi dan gejolak sosial. Suatu masa yang serba tidak pasti bagi banyak orang. Dampak situasi tersebut terhadap pemberitaan kabar baik jelas mengkhawatirkan orang-orang Kristen. Kami pun merasa takut kalau-kalau krisis yang terjadi akan mempengaruhi rencana dan mimpi kami merintis pelayanan Our Daily Bread (ODB) di Indonesia.

Namun, Tuhan menunjukkan kepada kami bahwa “apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (Wahyu 3:7). Melalui masa krisis itulah Tuhan menyatakan bahwa kedaulatan, pemeliharaan, dan jaminan-Nya tidak akan pernah berhenti menyertai pekerjaan-Nya. Dalam masa yang demikian menantang itu, Tuhan menuntun kami untuk melihat betapa kami dapat mempercayai-Nya lebih lagi.

Pertama, Tuhan memberi kami tim kerja yang penuh komitmen dan dedikasi di bawah pimpinan Netty Susanto sebagai Direktur Eksekutif ODB Indonesia. Kemudian, Dia menunjukkan kepada kami bagaimana dalam masa krisis tersebut kami justru berkesempatan membeli tanah dan bahan bangunan dengan harga yang lebih rendah untuk membangun kantor kami sendiri. Dana untuk kebutuhan itu bahkan sudah disiapkan-Nya melalui dukungan kantor-kantor ODB di negara lain, sehingga kami dapat membeli sebidang tanah di Taman Semanan Indah di Jakarta Barat. Sejumlah saudara seiman mendukung dengan cara memberi diri menjadi panitia pembangunan di bawah kepemimpinan Yosia Harsa.

Tuhan juga memberi hikmat bagi Albert Lee, International Director ODB pada waktu itu, untuk melihat tersedianya tenaga kerja dan sumber daya kertas serta kesanggupan untuk melakukan ekspor yang memadai di Indonesia. Albert menyadari bahwa ODB Indonesia dapat menjadi berkat bagi negara-negara lain dan menyarankan agar kantor Indonesia menjadi pusat percetakan dan pengiriman untuk wilayah Asia Pasifik. Peran tersebut sangat memberkati kantor-kantor negara lain, seperti Our Daily Bread Ministries Australia yang sebelumnya bergantung penuh pada materi yang dicetak dan dikemas di Amerika Serikat. Memindahkan proses produksi ke Indonesia yang jaraknya lebih dekat telah memungkinkan pelayanan di Australia menghemat banyak biaya dan memastikan para pembaca di negara itu menerima Our Daily Bread lebih cepat. Pengiriman dari Indonesia ke Australia hanya membutuhkan waktu satu minggu, sangat cepat dibandingkan pengiriman barang sebelumnya dari Amerika yang membutuhkan waktu satu bulan. Lebih dari sepuluh ribu dolar dapat dihemat sehingga ODB pun dapat menyediakan materi bagi lebih banyak orang.

Selalu ada tantangan baru dalam dunia dan kehidupan yang kita jalani. Namun, dengan pertolongan Tuhan, kita dapat selalu melihat krisis sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Tahun ini, merayakan 20 tahun pelayanan ODB di Indonesia, kami mengucap syukur kepada Tuhan atas pertumbuhan yang kami alami. Kami tahu bahwa apapun yang terjadi, kami dapat selalu mempercayai Tuhan yang pasti menggenapkan maksud dan kehendak-Nya. Kami rindu untuk terus taat dan setia, agar Dia akan terus memakai kami membawa hikmat firman-Nya yang mengubahkan hidup untuk dimengerti dan diterima semua orang.

Berbeda untuk Saling Melengkapi

Rambutnya sudah putih dan kulitnya keriput, tetapi stamina dan ketahanannya terbilang luar biasa. Setiap hari ia masih berjalan kaki minimal 2 kilometer. Agar tujuan itu tercapai, bila hendak ke kantor, ia sengaja turun dari angkutan umum beberapa halte sebelum tujuan. Dalam sebuah acara lintas alam yang rutenya cukup sulit, ia tiba di garis finis jauh lebih dulu dibandingkan para peserta lain yang jauh lebih muda, bahkan ikut sibuk menolong dan mencarikan obat bagi rekan yang jatuh, terluka, atau digigit serangga.

Matthew Tan tercatat sebagai staf tertua di kantor ODB Indonesia, sekaligus di kantor ODB seluruh dunia. Tahun 2018 ini usianya akan genap 82 tahun. Semua orang menyapanya Mushi (sebutan pendeta dalam bahasa Mandarin). Ia sudah lama membantu pelayanan ODB Indonesia. Setelah emeritus dari posisi sebagai gembala sebuah gereja di tahun 2001, beliau diajak bergabung sebagai pengurus yayasan sekaligus editor tetap untuk renungan berbahasa Mandarin. Meski usianya paling senior dan pengalamannya sudah sangat banyak, Mushi tidak lantas memandang remeh rekan-rekannya yang lebih muda. Ia justru senang belajar dari mereka.

“Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari ODB. Para pemimpin saya memberi teladan untuk taat dan setia. Rekan-rekan kerja saya sudah menjadi seperti keluarga saya sendiri. Mereka bersedia menolong saya untuk dapat melayani dengan lebih baik. Salah satu contoh sederhana, saya ditolong untuk bisa menggunakan komputer dan internet sendiri di usia 65 tahun!” cerita Mushi bersemangat. Tawanya lepas, mengingat bagaimana ia pertama kali belajar memakai alat yang tidak pernah ia gunakan sebelumnya. Tidak mudah menyesuaikan diri dengan cara kerja generasi yang lebih muda, tetapi dengan ketekunan, kini ia bisa menggunakan komputer untuk menyunting renungan, membuat presentasi khotbah, berkomunikasi dengan staf di negara lain melalui e-mail, dan sebagainya. Semangat belajar dan ketekunannya yang tinggi menjadi inspirasi tersendiri bagi rekan-rekan kerjanya.

Saat ini staf ODB Indonesia memiliki rentang usia yang cukup lebar dan hampir separuhnya adalah generasi milenial! Masing-masing memiliki latar belakang keluarga, pendidikan, dan pengalaman yang tak sama. Pola pikir dan cara kerja yang berbeda antar generasi menjadi tantangan tersendiri dalam bekerja sama sebagai satu tim. Namun, dalam keragaman itulah setiap orang bisa belajar saling menghargai dan memperhatikan kepentingan sesamanya (Filipi 2:1-4).

Tidak banyak yang bisa dikerjakan dan hanya sedikit pertumbuhan yang bisa dicapai jika kita hanya mau berada di tengah orang-orang yang sama dengan kita. Sama seperti anggota tubuh yang berbeda-beda, hanya ketika kita menyadari peran unik kita dan bersatu hati untuk saling melengkapi, barulah kita dapat bersama-sama mewujudkan visi yang Tuhan berikan (1 Korintus 12:18).

Hikmat di Tengah Krisis

“Kita hanya akan merasa terganggu, kecewa dan sulit mengatasi masalah jika kita berfokus pada diri sendiri. Kita merasa masalah itu begitu menghambat tujuan dan rencana kita, sehingga kita tidak bisa melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan.” Ini pelajaran berharga yang dipetik Albert Lee, salah satu pemimpin pelayanan ODB di Singapura, dari tahun-tahun pelayanannya.

Pelajaran dari Tuhan itu menolongnya untuk memandang krisis yang melanda Indonesia di tahun 1998 secara berbeda. Ketika kebanyakan orang melihat dampak krisis tersebut sebagai hambatan besar untuk pelayanan ODB Indonesia yang baru saja dimulai, Albert justru melihat berbagai kesempatan yang Tuhan bukakan.

Pertama, Tuhan menolong Albert melihat bahwa itu saat yang tepat bagi ODB untuk dapat memiliki kantor sendiri. Krisis membuat tanah dan bangunan di Indonesia menjadi sangat terjangkau. Tanpa membuang waktu, Albert mengajak para pemimpin ODB bergerak cepat, membeli tanah dan memulai proses pembangunan kantor ODB Indonesia di Taman Semanan Indah Jakarta Barat.

Kedua, Tuhan menolong Albert melihat bagaimana ODB Indonesia dapat menjadi berkat di tengah masa krisis. Ia mengamati bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung kebutuhan percetakan di Asia Pasifik, karena negara ini memproduksi kertas sendiri dan sangat efisien dalam melakukan pengiriman. Pada saat yang sama, di Indonesia ada jutaan orang yang kehilangan pekerjaan akibat krisis yang terjadi. Albert pun mendorong kantor ODB Indonesia yang baru mengambil peran sebagai pusat percetakan (print hub) untuk Asia Pasifik. Dengan peran baru itu, ODB Indonesia dapat membuka kesempatan kerja bagi cukup banyak orang untuk melakukan pengemasan dan pengiriman barang.

Salah satu negara yang segera merasakan dampaknya adalah Australia. Sistem pos di negara itu memiliki ketentuan khusus. Bila tidak diikuti, pengguna jasa pos harus membayar tarif yang sangat mahal. Karena selama ini buku-buku renungan dicetak dan dikemas dengan mesin di Amerika, ketentuan khusus itu sulit dipenuhi. Namun, dengan adanya pusat percetakan baru di Indonesia, masalah itu terpecahkan. Buku-buku dapat dikemas secara manual menurut ketentuan sistem pos mereka. Puluhan ribu dolar bisa dihemat dari biaya pos, dan dana itu bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan lainnya.

Masalah akan selalu ada, kita tidak bisa menghindarinya. Ketika kita berfokus pada diri sendiri dan keterbatasan-keterbatasan yang ada, kita akan kesulitan mengatasi masalah dan tidak bisa melihat rencana Tuhan yang ingin memakai kita menjadi saluran berkat-Nya bagi dunia. Namun, kita dapat memilih untuk mengalihkan fokus keluar diri kita, dengan mulai memperhatikan berbagai kebutuhan di sekitar kita dan meminta hikmat dari Tuhan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut (Yakobus 1:5). Dalam hikmat-Nya, kita dapat melihat kesempatan demi kesempatan untuk bergerak menjadi berkat di tengah masalah yang tadinya tampak mustahil untuk dilewati.

Tuhan Mendengarkan

Doa adalah bagian yang penting dalam perjalanan ODB Indonesia. Setiap pagi, setidaknya ada 30 menit yang dikhususkan untuk berdoa. Ada banyak hal yang didoakan. Kebutuhan operasional baik di kantor Indonesia maupun kantor-kantor ODB lain di berbagai belahan dunia, para pembaca dan mitra pelayanan di berbagai daerah, pekerjaan tiap departemen, hingga pergumulan pribadi masing-masing staf. Tidak ada hal yang terlalu kecil atau terlalu besar untuk dijawab Tuhan.

Salah satu doa yang paling sering dinaikkan di tahun 2009 adalah doa untuk kantor yang baru. Seiring perkembangan pelayanan, kantor yang ada saat itu sudah tidak lagi memadai. Segenap staf ODB berdoa agar Tuhan menyediakan sebuah kantor di kawasan bisnis yang lebih strategis dan mudah dijangkau dengan transportasi publik. Mereka juga memohon pertolongan Tuhan untuk menyediakan dana yang dibutuhkan.

Di luar pengetahuan mereka, tak sampai 4 kilometer dari kantor ODB, ada sekelompok orang Kristen yang juga setia berdoa. Setiap kali Juan Panca Wijaya, General Manager dari pengembang proyek Kota Daan Mogot Baru bersama para stafnya berkumpul untuk persekutuan karyawan, mereka sehati memohon agar Tuhan mencurahkan damai sejahtera-Nya kepada setiap orang yang akan menempati kawasan yang mereka kelola. Sekilas mungkin terdengar seperti rutinitas ibadah biasa. Namun, Juan sangat yakin bahwa doa itu penting. Keyakinan itu terbentuk melalui pengalaman pribadinya bersama Tuhan.

Saat Juan pertama kali bekerja di perusahaan pengembang itu di tahun 1998, kawasan Daan Mogot Baru butuh banyak sekali pembenahan. Kerusuhan yang terjadi telah menyebabkan banyak kerusakan di sana sini. Namun seiring berlalunya waktu, Tuhan memampukan Juan untuk sedikit demi sedikit membenahi kawasan itu. Juan menyadari betapa doa mengarahkan pikiran dan hatinya kepada Tuhan, melampaui apa yang ada di depan mata, sehingga ia menjadi lebih peka akan pimpinan Tuhan. Ketika pimpinan Tuhan itu ia taati, Tuhan pun menunjukkan lebih banyak hal kepadanya.

Dalam pengaturan Tuhan yang ajaib, pimpinan Our Daily Bread Ministries pun bertemu dengan Juan. Di kawasan yang dikelola Juan, mereka menemukan lahan kantor yang sesuai bagi ODB Indonesia pada waktu yang tepat. Juan pun takjub menyadari bahwa dengan kehadiran ODB, tiap titik keluar masuk dari kawasan yang dikelolanya ditempati oleh sekolah dan lembaga pelayanan Kristen, yang pastinya akan mendoakan dan memberkati lingkungan di sekitarnya, tepat seperti yang selama ini ia rindukan bersama para stafnya.

Tuhan meminta kita untuk tidak khawatir tentang apapun juga, tetapi menyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada-Nya dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6). Dia mendengarkan, dan pasti menjawabnya, menurut waktu dan cara yang jauh lebih baik daripada yang bisa kita pikirkan.

Olahraga Iman

Seperti olahraga yang dilakukan secara teratur, proyek demi proyek pembangunan gereja yang datang silih berganti telah membentuk dan memperkuat otot-otot iman Haryanto Gunawan, pemilik PT Citra Karya Bangun. Dalam semua proyek itu, tidak pernah tersedia dana yang cukup di depan sebagaimana lazim untuk proyek pembangunan komersial yang biasa ditanganinya. Dari waktu ke waktu, ia bersama segenap tim pembangunan harus benar-benar bertekun dalam doa, sepenuhnya mengandalkan pertolongan Tuhan sembari mempersembahkan kemampuan terbaik mereka. Dan sepertinya kali ini, Tuhan ingin ia berolahraga lagi.

Olahraga “iman” juga bisa dibilang merupakan menu tetap di ODB Indonesia, terutama bagi para pemimpin dan staf keuangan lembaga ini. Sejak awal Our Daily Bread Ministries telah memutuskan untuk tidak mengenakan biaya untuk setiap materi yang didistribusikan melalui beragam media, agar orang dapat mengakses firman Tuhan tanpa terhalang biaya. Padahal, biaya operasional untuk mewujudkan semua pelayanan itu jelas tidak sedikit. Setiap bulan, Tuhan mencukupkan dana yang dibutuhkan melalui persembahan kasih dari berbagai sumber. Otot-otot iman mereka sudah cukup terlatih, tetapi sepertinya kali ini, Tuhan ingin mereka berolahraga lagi.

Olahraga kali ini lebih berat daripada biasanya. Kantor baru yang hendak dibangun itu terdiri dari sepuluh ruko dan empat lantai. Bukan sebuah proyek yang kecil. Belum ada uang di tangan karena kantor lama belum terjual, tetapi lahan untuk kantor itu sudah disediakan Tuhan. Baik Haryanto maupun tim ODB bergumul berat. Mereka belum lama saling mengenal. Namun, Tuhan meyakinkan masing-masing mereka untuk melangkah dan melakukan apa yang mereka bisa.

Singkat cerita, panitia pembangunan pun dibentuk di bawah pimpinan Haryanto. Sebelas bulan berikutnya adalah waktu-waktu yang sangat menantang. Melangkah dalam iman bukan hanya perlu dilakukan sekali dua kali, tetapi setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap hari.

“Kasih dan kuasa Tuhan itu tidak bisa dibatasi oleh kemampuan manusia. Mari jadikan momentum ini bagian dari pertumbuhan iman kita. Tuhan menghargai iman yang diwujudkan dalam tindakan,” kata Haryanto beberapa kali saat panitia pembangunan bertemu untuk rapat dan berdoa bersama. Proyek pembangunan itu memang tidak selalu berjalan mulus. Ada saja hambatan di sana sini. Namun, pertolongan Tuhan selalu datang pada waktunya. Tidak pernah pekerjaan berhenti karena panitia tidak mampu membayar.

Tahun 2011, kantor baru ODB Indonesia di kompleks Daan Mogot Baru akhirnya bisa ditempati, menjadi salah satu bukti keajaiban Tuhan yang tidak pernah berhenti. Adakalanya ketakjuban kita bertahan hanya semusim, sehingga karya Tuhan yang luar biasa lama-lama bisa terasa biasa saja. Mungkin itulah sebabnya dari waktu ke waktu Tuhan terus memberi kita “olahraga” iman. Dia mau membawa kita melihat kebesaran-Nya lebih dan lebih lagi.

Seperti Pelita

Saat bergabung sebagai desainer pertama ODB Indonesia, Mary Chang belum lama meraih gelar sarjana. Menjadi pembaca renungan ODB sejak remaja, Mary sangat bersemangat menerapkan keahlian yang diperolehnya di bangku kuliah untuk pekerjaan barunya. Namun, kenyataan yang dihadapinya tak semulus yang dibayangkan. Ada banyak kendala di lapangan yang harus ia hadapi demi memastikan standar desain dan cetakan ODB bisa terpenuhi. Awalnya semua tampak serba sulit, tetapi kemudian Mary menyadari bagaimana Tuhan memakai semua kesulitan itu untuk membentuk ODB Indonesia, dan juga membentuk dirinya. “Saya belajar untuk melihat di luar kebiasaan saya dan itu tidak mudah. Saya dikritik dan diberi masukan dengan cara yang keras dan tajam. Namun, itu mengajar saya untuk lebih rendah hati dan terbuka,” cerita Mary. Ia adalah salah satu staf yang mengikuti perjalanan ODB Indonesia sejak awal. Saat menikah dan punya anak, Mary sempat keluar. Tahun 2011, ia kembali bergabung dan terus melayani bersama ODB Indonesia sampai sekarang.

“Saya menyaksikan langsung bagaimana Tuhan membuka jalan untuk sesuatu yang tampaknya mustahil,” cerita lain tentang ODB Indonesia datang dari Amin Edi Candera, salah satu staf yang sudah melayani selama 18 tahun. Semula ia hanya membantu temannya merakit rak buku di kantor ODB. Setelah itu ia ditawari bekerja paruh waktu, dan akhirnya menjadi staf penuh waktu. Sebagai salah satu staf terlama, Amin sudah melewati berbagai tantangan. Beberapa kali ia diberi peran dan tanggung jawab baru yang membuatnya harus belajar lagi. Rekan kerjanya juga berganti-ganti. Ia sempat kesulitan membagi waktu saat memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Namun, atas anugerah Tuhan, semua itu berhasil dilewatinya. Keluarga Amin yang semula menentang keputusan Amin bekerja di ODB kini berbalik sangat mendukungnya. Mereka turut menyaksikan bagaimana Tuhan memelihara kehidupan Amin yang kini sudah bergelar sarjana, menikah, dan memiliki dua orang anak.

“Kami dulu belum bisa membayangkan bagaimana Tuhan akan memberkati visi misi yang Dia berikan kepada kami. Tuntunan Tuhan itu seperti pelita (Mazmur 119:105), bukan obor. Jalan kita tidak langsung benderang semuanya, tetapi setiap kali melangkah, ada terang untuk satu langkah lagi ke depan,” kata Yosia Harsa, salah satu pengurus terlama di Yayasan ODB Indonesia. Ia tertarik ambil bagian karena visi dan misi lembaga pelayanan ini sejalan dengan kerinduan hatinya: membagikan firman Tuhan agar dapat diterima dan dimengerti sebanyak mungkin orang. Ia bukan seorang pembicara atau penulis, tetapi handal dalam bidang teknik sipil. Jadi, ia pun membantu manajemen pembangunan kantor dan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan ODB. Lebih dari 15 tahun Yosia terlibat aktif sebagai pengurus yayasan, dan baru saja mundur untuk memberi jalan bagi regenerasi.

Mengikuti tuntunan Tuhan yang “seperti pelita” itu tidak mudah. Bukankah orang selalu ingin cepat melihat hasil? Namun, Mary, Amin, Yosia, dan banyak orang lainnya belajar bahwa seringkali hasil itu baru terlihat jelas setelah tahun-tahun yang panjang. “Orang perlu tinggal lebih lama untuk melihat hasil, tidak cepat-cepat pergi bila bertemu masalah. Hadapi, doakan, dan lihat bagaimana Tuhan berkarya pada waktunya,” pesan Yosia kepada rekan-rekannya yang lebih muda. Bertekun, tinggal cukup lama untuk melihat hasil. Mungkin itu yang perlu kita lakukan ketika benih yang kita taburkan belum menghasilkan buah.

Talenta yang Berbeda-beda

Orang-orang seperti apa yang tepat untuk terlibat dalam pelayanan media seperti ODB? Kebanyakan kita mungkin langsung memikirkan para penulis, desainer, dan tenaga percetakan. Namun, bayangkan jika pelayanan ODB hanya terdiri dari mereka. Tidak ada gedung dan fasilitas penunjang. Tidak ada orang yang mengerjakan proses pengemasan dan pengiriman. Tidak ada yang menyiapkan sistem dan teknologi medianya. Materi sebagus apapun tidak bisa sampai kepada mereka yang membutuhkan.

Yosia Harsa dan Markus Sugi mungkin bukan orang yang ahli bicara atau menulis, tetapi mereka sudah lebih dari satu dasawarsa ikut melayani bersama ODB Indonesia. Keduanya adalah lulusan teknik sipil dan bekerja di bidang kontraktor bangunan. Saat pertama kali memberi diri untuk melayani sebagai volunter, mereka tidak membayangkan keahlian mereka itu akan banyak dipakai Tuhan.

Yosia pertama kali mengenal Our Daily Bread Ministries melalui buku renungan yang dibacanya saat masih kuliah. Ia sempat ikut membantu beberapa teman yang menerjemahkan renungan itu untuk dibagikan kepada sesama mahasiswa dan jemaat di gereja. Saat ODB membuka kantor pelayanan di Indonesia, ia dengan senang hati memberi diri membantu dengan apa yang ia bisa. Melihat kapasitas dan keahliannya, ia pun diminta untuk bergabung menjadi salah satu pengurus yayasan dan memimpin panitia pembangunan kantor ODB. “Saya dulu belum bisa membayangkan bagaimana Tuhan akan memberkati visi misi yang Dia berikan. Tuntunan Tuhan itu seperti pelita (Mazmur 119:105), bukan obor. Jalan kita tidak langsung benderang semuanya, tetapi setiap kali melangkah, ada terang untuk satu langkah lagi ke depan,” kata Yosia mensyukuri perkembangan pelayanan ODB yang hari ini boleh ia saksikan.

Markus juga pertama kali mengenal ODB melalui renungan Our Daily Bread. Di rumahnya ada slogan “No Bible, No Breakfast”. Buku renungan kecil itu menjadi teman setia yang menolongnya berdisiplin membaca Alkitab. Saat mengetahui kantor ODB mulai dibuka di Indonesia, Markus tergerak mengirim surat, menyatakan keinginannya untuk membantu sebagai volunter, meski sebenarnya ia belum tahu persis apa yang bisa ia lakukan. Tanpa disangka, ia ditawari untuk terlibat dalam pembangunan gedung kantor pelayanan ODB, sesuai dengan keahlian yang ia miliki. “Renungan Our Daily Bread menolong saya untuk mengingat firman Tuhan dalam menjalankan berbagai aktivitas saya sehari-hari … saat saya memakai talenta yang Tuhan berikan untuk membantu ODB, saya tahu bahwa saya juga sedang ikut menyebarkan firman Tuhan,” cerita Markus tentang pelayanannya bersama ODB.

Hari ini kita mungkin belum bisa melihat dengan jelas bagaimana Tuhan dapat mewujudkan visi-Nya melalui hidup kita, tetapi teruslah setia melakukan apa yang kita bisa, tekunlah melangkah dengan talenta yang Dia berikan. Alkitab berkata bahwa kelak seluruh bumi akan dipenuhi dengan pengenalan akan Tuhan (Yesaya 11:9) dan setiap kita dipanggil untuk menceritakan tentang kemuliaan-Nya (Mazmur 96:3). Kemampuan dan kesempatan yang kita miliki berbeda satu sama lain, dan semua itu diberikan oleh Tuhan yang sama agar kita dapat saling melengkapi untuk membawa cerita-Nya yang mulia sampai ke ujung-ujung bumi!

Berbagi Berkat Lewat Kerjasama

Banyak kekhawatiran yang menggantung di benak Ferdinand Wokamauw saat ia dan keluarga mulai melayani di Meulaboh, Aceh Barat. Ia tidak tahu tantangan seperti apa yang akan dihadapinya di ujung paling barat Nusantara itu. Kekhawatirannya bukan tanpa alasan. Selain daerah itu agak terpencil, orang Kristen adalah minoritas di sana. Benar bahwa ia dan keluarga kemudian mengalami hari-hari penuh tantangan. Namun, setelah beberapa waktu lamanya bertekun dalam doa, keberadaan mereka mulai diterima dan mereka bisa beribadah sesuai keyakinan mereka. Ferdinand lalu bertemu dengan seorang rekan, yang membawakannya Santapan Rohani. Buku renungan itu seperti harta karun di tengah minimnya bacaan rohani di Meulaboh yang dapat mendampingi jemaat dalam belajar firman dan bertumbuh dalam iman. Bahasanya mudah dimengerti, isinya membangun, dilengkapi daftar bacaan Alkitab setahun, dan bisa dikirimkan langsung ke alamat mereka secara berkala. Ferdinand tinggal membagikannya kepada jemaat yang digembalakannya. Pertolongan Tuhan sungguh luar biasa!

Agus Tipar, seorang dosen di salah satu sekolah teologi di Kalimantan, menghadapi tantangan yang berbeda. Ia melihat banyak pendeta di pedalaman kesulitan memperoleh bacaan rohani yang dapat memperkaya khotbah-khotbah mereka di gereja yang mereka layani. Salah seorang rekan memperkenalkannya pada bahan-bahan terbitan Our Daily Bread Ministries, pertolongan Tuhan yang selalu ia syukuri hingga hari ini. Bahan-bahan yang terbit secara berkala itu kemudian ia bagikan setiap kali ada kesempatan mengunjungi para pendeta yang melayani di pedalaman wilayah kabupaten Sambas.

Lain lagi tantangan yang dihadapi Nining Lebang, seorang pendeta perempuan di Timika, Papua, wilayah Indonesia paling timur. Banyaknya orang Kristen di sana tidak lantas membuat pelayanan menjadi mudah. Tanpa kedewasaan rohani, umat Kristen tidak bisa menjadi berkat bagi komunitas yang lebih luas. Sebab itu, Nining sangat senang bisa mengenal Santapan Rohani dan bahan-bahan bacaan lain dari Our Daily Bread Ministries yang dapat mendampingi jemaatnya bertumbuh dalam firman Tuhan. Selain bahasanya sederhana, penerbitnya adalah lembaga pelayanan interdenominasi, sehingga bisa diterima semua kelompok Kristen. Buku-buku itu segera menjadi sahabat setianya dalam pelayanan, mengingatkannya selalu akan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.

Bagi tim Our Daily Bread Ministries sendiri, penyertaan dan pertolongan Tuhan hadir melalui orang-orang seperti Pak Ferdinand, Pak Agus, dan Bu Nining. Sebagus apapun bahan bacaan yang diterbitkan, takkan berarti bila tidak sampai kepada orang-orang yang memerlukannya. Tidak mungkin tim ODB yang terbatas dapat menjangkau seluruh wilayah nusantara, apalagi di daerah pelosok. Namun, Tuhan selalu menyediakan mitra-mitra pelayanan yang dibutuhkan pada waktu yang tepat, anak-anak Tuhan yang juga rindu membagikan hikmat firman Tuhan agar dapat diterima dan dimengerti semua orang. Benar bahwa kepada setiap pengikut Kristus diberikan karunia roh untuk kepentingan bersama (1 Korintus 12:7), dan ketika anak-anak Tuhan bersedia memakai karunia masing-masing untuk bekerja sama dalam kasih, ada lebih banyak pelayanan yang dapat dikerjakan secara efektif dan lebih banyak orang yang dapat menikmati berkat pertolongan Tuhan yang luar biasa.

Lebih Besar dari Cerita Kita

Satu cerita sederhana bisa dipakai Tuhan untuk memberkati banyak jiwa.
Cerita itu bisa berasal dari mana saja, termasuk dari pengalaman duka seorang mahasiswa dari Cilacap. Itu yang disadari Peregrinus Roland, saat tulisannya tentang kepergian papa tercinta akhirnya ditayangkan di WarungSaTeKaMu.org dan menuai banyak respons positif dari pembaca. Tulisan Roland sebenarnya tidak langsung diterima saat pertama kali ia mengirimkannya. Beberapa kali ia harus memaksa mata dan hatinya menyimak masukan editor. Diberi masukan tidak selalu nyaman, seolah ada yang menuding bahwa karyanya tidak cukup baik. Namun proses itu memberinya banyak pelajaran. Ketika akhirnya ditayangkan, tulisannya menjadi jauh lebih runtut dan mudah dimengerti, lebih mengalir dan menggugah. Banyak pembaca menyempatkan diri meninggalkan ucapan terima kasih karena merasa dikuatkan dan diberkati. Tuhan telah mengambil cerita Roland menjadi bagian dari cerita-Nya untuk menguatkan banyak orang.

Tak jauh dari padang savana Banyuwangi, cerita serupa datang dari Noni, seorang staf pelayanan mahasiswa yang suka menulis. Melalui WarungSaTeKaMu.org, Noni mencoba membagikan kisah-kisah yang tadinya hanya ia bagikan dengan para adik bimbingnya, termasuk yang bersifat agak pribadi seperti saat ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pacar yang berbeda iman. Sebenarnya langkah itu penuh risiko. Tidak ada yang bisa menebak respons pembaca. Dibutuhkan kesiapan hati saat orang berani membuka kisah pribadi di ranah publik. Namun, beberapa komentar yang kemudian muncul menghantarkan ucapan syukur karena Noni berani berbagi, memberi sudut pandang yang berbeda, dan menolong mereka yang sedang bergumul untuk mengambil keputusan dalam situasi yang hampir sama. Tuhan memakai cerita Noni untuk melengkapi cerita-Nya dalam kehidupan mereka.

Di salah satu sudut kota Jakarta, puluhan cerita dari anak muda seperti Roland dan Noni menjadi bacaan rutin Ary setiap minggu. Saat pertama kali bergabung dengan tim WarungSaTeKaMu, pelayanan kaum muda berbasis web dari Our Daily Bread Ministries, Ary sebenarnya sempat ragu bisa menghadirkan tulisan baru setiap minggu. Ia adalah tipikal penulis yang mendapatkan banyak ide saat bisa berkeliling dan bertukar cerita dengan orang lain, sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya dengan rutinitas kantor yang terbilang padat. Namun, Tuhan punya cerita yang lebih besar dari cerita pribadinya. Setiap minggu ada saja rekan muda dari berbagai daerah di Indonesia yang  mengirimkan cerita mereka. Ary justru bisa mengenal lebih banyak orang dari lebih banyak daerah melalui pekerjaannya sekarang. Di tahun 2017, tercatat ada sekitar 600 ribu orang yang mengunjungi situs web WarungSaTeKaMu.org, belum termasuk para followers di media sosial dan pengguna aplikasi mobile yang juga tidak sedikit.

Ada saatnya Tuhan meminta kita keluar dari zona nyaman kita untuk memulai sesuatu yang baru. Melayani Dia dengan cara yang samasekali berbeda dengan apa yang sudah biasa kita lakukan selama bertahun-tahun. Proses itu tidak selalu nyaman, dan adakalanya memakan waktu yang cukup panjang. Namun, saat kita setia dalam prosesnya, kita akan melihat hasil yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Karena cerita Tuhan jauh lebih besar dari cerita kita.   

KESAKSIAN

Rick DeHaan

Presiden Our Daily Bread Ministries

Pada perayaan ulang tahun ke-20 dari kantor pelayanan ODB di Indonesia, kami bersyukur kepada Tuhan untuk semua pelayanan yang sudah dapat dikerjakan dalam tahun-tahun yang berlalu dengan cepat ini. Masih lekat di ingatan saya saat pelayanan ini bermula. Di hari-hari awalnya, kantor ini sudah mengambil peran yang sangat penting sebagai pusat produksi untuk kantor-kantor lain di wilayah Asia Pasifik, di samping mendistribusikan materi-materi kami di berbagai wilayah di Indonesia.

Kami diberkati dengan para pemimpin yang sangat bersemangat untuk memenuhi kebutuhan banyak orang di Indonesia akan materi-materi yang dapat menolong mereka terhubung dengan Allah serta menerima hikmat dan kekuatan untuk menjalani hidup yang bermakna. Allah, dalam pemeliharaan-Nya, telah memakai tim ini untuk mendukung dan memperkuat pelayanan global kami dengan semangat mereka untuk melihat banyak orang percaya dan bertumbuh makin serupa Kristus.

Christopher Tan

Wakil Presiden Senior
Pelayanan Operasional Global
Asia Pasifik

Sepuluh tahun lalu, saat saya berkunjung ke Indonesia untuk memahami bagaimana pelayanan kami dapat berkembang di negara ini, saya berpikir bahwa tugas saya akan sangat sulit. Indonesia adalah negara yang sangat besar dan terdiri dari banyak sekali suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan. Ada jutaan orang di negara ini yang belum mendengar tentang Yesus.

Namun, setelah mengunjungi beberapa sekolah di Jakarta, saya takjub menemukan bahwa banyak di antara mereka terbuka untuk menggunakan materi-materi Kristen dan bahkan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, sekalipun mereka menghadapi banyak tantangan di negara mereka. Saya melihat kehausan yang besar akan firman Tuhan, juga keberanian dan komitmen banyak orang Kristen untuk memberitakan kasih Tuhan. Saya pun menyadari tiga hal: Allah punya rencana untuk membuat hati banyak orang di Indonesia berbalik kepada-Nya; Dia akan membukakan jendela-jendela kesempatan; dan Dia akan mengutus orang-orang yang bersedia menjadi saksi-Nya.

Pengharapan dan keyakinan tersebut telah memberi kami kekuatan dan semangat untuk terus melayani Indonesia selama 20 tahun terakhir. Hanya karena tangan Tuhan saja, ODB Indonesia dapat mengembangkan pelayanan yang sudah dimulai oleh beberapa rekan pelayanan di Indonesia, sekaligus memperluas distribusi dari renungan yang dicintai banyak orang, Our Daily Bread, dan berbagai materi lain, dari satu daerah ke daerah lainnya.