Ketika suami saya ditawari pekerjaan di sebuah universitas di luar daerah, ia memutuskan untuk memasukkan lamarannya. “Tuhan akan menutup pintunya jika kita memang tidak diizinkan-Nya ke sana,” kata suami saya. “Belum tentu,” ujar saya. “Kadang-kadang, Dia mengizinkan kita mempertimbangkan dulu sebelum mengambil keputusan.”

Kami pun berdoa masing-masing dan membahas pro-kontranya. Tak sampai sebulan kemudian, kami akhirnya pindah ke kota itu. Meski saya merindukan kampung halaman dan kepindahan kami tidak masuk akal bagi saya, saya tahu kami berada tepat di tempat yang Allah inginkan pada saat itu.

Sepanjang hidup ini, kita sering membuat keputusan yang tidak masuk akal pada saat tertentu, tetapi keputusan itu kemudian terbukti tepat dan memang dibutuhkan untuk membawa kita ke tempat yang diinginkan Allah. Namun, proses pengambilan keputusan itu bukanlah atas jasa kami sendiri.

Yakobus berkata bahwa kita akan menghadapi beragam pencobaan yang menguji iman (Yak. 1:2-3). Ia menawarkan sebuah proses pengambilan keputusan yang telah teruji waktu, memuliakan Allah, dan menghasilkan ketekunan (ay. 4). Jika kekurangan hikmat, kita perlu “memintanya dari Allah, maka Allah akan memberikan kebijaksanaan kepadanya; sebab kepada setiap orang, Allah memberi dengan murah hati” (ay. 5 BIMK). Cara kita menghampiri-Nya juga penting. Ketika berdoa, kita “tidak boleh ragu-ragu. Sebab orang yang ragu-ragu adalah seperti ombak di laut yang ditiup angin ke sana ke mari” (ay. 6 BIMK). Sikap “ragu-ragu” membuat kita terombang-ambing antara mempercayai Allah atau mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita menjadi ragu akan kesetiaan dan kebaikan-Nya.

Saat kita mengambil keputusan, besar atau kecil, melibatkan Allah adalah langkah pertama untuk bertumbuh dalam hikmat dan kedewasaan rohani. Dia akan selalu menyediakan yang kita perlukan, menurut rencana dan waktu-Nya yang sempurna dan selaras dengan kebenaran Kitab Suci, sembari kita mengikuti pimpinan-Nya dengan keberanian dan keyakinan yang dikaruniakan Roh Kudus.

Xochitl Dixon, penulis Our Daily Bread


Jelajahi lebih jauh:

Teman Jelajah Amsal

Temukan alasan hikmat sejati dimulai dari “takut akan Tuhan”, bagaimana hubungan dengan Allah dalam sikap hormat dan kasih akan menuntun kepada pengetahuan sejati, serta betapa Amsal masih relevan dan terus berbicara bagi kehidupan masa kini.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.