Ketika mendengar kata gereja, wajar jika kita langsung membayangkan sebuah gedung. Namun, ketika membaca Kitab Suci, kita lebih dibawa untuk berpikir mengenai “orang” daripada “tempat”, “umat percaya” daripada “gedung”. Bahkan, kata Yunani ekklesia (yang diterjemahkan “gereja”) berarti “perkumpulan”, dan di Perjanjian Baru kata tersebut hampir selalu mengacu kepada perkumpulan orang percaya di suatu lokasi tertentu.
Hubungan istimewa Allah dengan gereja dan rencana-Nya bagi mereka tecermin dalam perkataan dan gambaran yang digunakan untuk menerangkannya. “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1Ptr. 2:9). Gaya bahasa yang digunakan Petrus mengingatkan kepada cara Allah berbicara tentang umat perjanjian-Nya dalam Perjanjian Lama (lihat Kel. 19:5-6). Selain itu, orang yang percaya kepada Kristus diterima dalam keluarga dari mereka yang telah menerima belas kasihan (1Ptr. 2:10) dan disebut sebagai saudara-saudara “yang kekasih” (ay.11).
Apa dampaknya kenyataan itu terhadap cara umat Tuhan berinteraksi satu sama lain? Mereka yang berharga bagi Allah juga harus saling menghargai dan memperhatikan. Seperti para penulis Perjanjian Baru lainnya, Petrus menggunakan frasa “seorang akan yang lain” untuk menekankan bagaimana sepatutnya relasi kita dengan satu sama lain. 1 Petrus 4:8-11 menyatakan bahwa mereka yang termasuk dalam keluarga Allah harus mengasihi “sungguh-sungguh seorang akan yang lain” (ay.8), memberi “tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut” (ay.9), dan memakai karunia-karunia mereka untuk saling melayani agar Allah dimuliakan dalam segala hal (ay.10-11).
Arthur Jackson, penulis Our Daily Bread
Baca juga:
Seri Terang Ilahi “Misi yang Terabaikan”
Kita semua cenderung mencari pemuasan dan kenyamanan diri. Namun sesungguhnya, hanya Yesus yang dapat memuaskan kerinduan kita yang terdalam. Di dalam Dia kita menemukan identitas, jaminan, dan damai sejahtera yang kita perlukan.
Jadi, daripada terjebak dalam kenyamanan hidup, mari menjangkau jiwa-jiwa dengan memperkenalkan mereka kepada Yesus, satu-satunya Pribadi yang memuaskan mereka!
Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.