Udara malam di Caracas, Venezuela, terasa panas dan sesak. Jalanan macet dipenuhi aroma panaderies (toko roti), taco yang dijual di pinggir jalan, dan asap kendaraan bermotor. Saya dan seorang kawan tiba di apartemen tempat kami diundang makan malam, dan kami disambut dan dipeluk dengan hangat oleh seorang laki-laki yang ramah. 

Kami duduk bersama keluarganya di meja kayu panjang dengan hidangan besar yang menyuguhkan daging sapi, nasi, dan pisang goreng. Kawan saya dapat berbahasa Spanyol, tetapi saya hanya bisa mendengarkan ketika mereka bertukar cerita dan tawa. Sesekali kawan saya berhenti dan memberikan ringkasan atau menerjemahkan pertanyaan yang mereka ajukan. Meski selama berjam-jam saya tidak paham sebagian besar hal yang dibicarakan, saya tidak pernah merasa terasing. Sebaliknya, keramahtamahan mereka yang penuh kasih membuat saya merasa disambut. Saya berada di suatu kota yang belum pernah saya kunjungi, bertemu dengan orang-orang yang sama sekali berbeda latar belakang dan etnis, dan saya bahkan tidak dapat berkomunikasi secara verbal dengan mereka. Namun, karena mereka membuka hati dan tangan mereka dengan penuh kehangatan, saya merasa diterima.

Paulus mengingatkan kita bahwa jika kita percaya kepada Yesus, kita dipanggil untuk selalu menunjukkan penerimaan total seperti itu. Kita harus menerima “satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita” (Rm. 15:7). Kita perlu menyambut satu sama lain, dengan membuka hati lebar-lebar dan merangkul orang lain. Demikianlah seharusnya sikap kita kepada semua orang, termasuk kepada mereka yang berbeda dari kita. Paulus memang membahas konflik antara orang Yahudi dan bukan Yahudi, tetapi ini juga berlaku bagi perbedaan apa pun—suku, strata sosial, atau halangan-halangan lainnya. Pada hakikatnya, perbedaan budaya tidak seharusnya menjadi rintangan, melainkan kesempatan untuk menunjukkan penerimaan total yang telah diberikan Yesus sendiri kepada kita.

Winn Collier, Penulis Our Daily Bread


Baca Juga:

Seri Terang Ilahi “Tangan dan Hati Terbuka”

Memberi tumpangan bukanlah soal hidangan mewah atau pengalaman yang berkesan . . . melainkan sikap hati yang terbuka menerima orang-orang apa adanya. Itulah yang dilakukan Kristus bagi kita, dan kita mendapat hak istimewa untuk mengikuti teladan-Nya. Pasanglah tanda “Selamat Datang” pada pintu kehidupan Anda dan lihatlah apa yang sanggup dikerjakan Allah melalui diri Anda.


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.