Apa artinya mengasihi dan dikasihi? Saya rasa adakalanya kita terlalu merumitkan hal itu. Karena terlalu sibuk menilai perasaan kita dari waktu ke waktu, kita lupa bahwa mengasihi itu sejatinya bukan soal perasaan; mengasihi adalah cara menjalani hidup dan keberadaan kita selama di dunia. Kita tidak belajar mengasihi dengan tekad atau niat baik; kita belajar mengasihi dengan mengalami kasih, dan dengan menghidupi kasih itu sendiri.

Dalam salah satu adegan favorit saya dari film Fiddler on the Roof karya Jerry Bock, tokoh utamanya, Teyve, tiba-tiba bertanya kepada istrinya, Golde (yang telah dinikahinya puluhan tahun lewat perjodohan), apakah Golde mencintainya. “Apakah aku apa?” sang istri balas bertanya dengan bingung. Maka dimulailah diskusi panjang yang diakhiri dengan pengakuan Golde, “Jika hidup dan berjuang bersama selama 25 tahun dalam suka-duka dan membesarkan anak-anak bersama itu bukan cinta, aku tidak tahu lagi apa itu cinta!” Adegan tersebut ditutup dengan keduanya mengagumi kenyataan bahwa selama ini mereka begitu dicintai.

Ketika kita hidup untuk kebaikan orang lain dalam hidup kita bersama mereka, maka kasih akan mengikuti kita.

Adegan itu dengan indah menggambarkan sukacita karena menyadari dirinya dikasihi dan pemahaman bahwa kasih ditempa lewat kehidupan bersama yang dijalani sehari-hari. Ketika kita hidup untuk kebaikan orang lain dalam hidup kita bersama mereka, maka kasih akan mengikuti dan melingkupi kita, sekalipun kita mungkin tidak benar-benar menyadarinya saat itu.

Itulah perspektif tentang kasih yang memberi diri, yang disebut Paulus sebagai kehidupan “di dalam kasih” (Ef. 5:2; 1Kor. 14:1)—suatu langkah yang dimulai dengan menyadari bahwa selama ini kita telah begitu dikasihi. Pengorbanan Kristus menegaskan itu sekali untuk selamanya, dan segalanya pun berubah.

Karena itulah ketika Rasul Paulus mengajar komunitas orang percaya bagaimana sepatutnya mereka hidup bersama, ia selalu memulai dengan mengingatkan tentang kasih dan rahmat Allah dalam Kristus. Kamu telah diampuni dan dikasihi, ia mengingatkan mereka (Ef. 4:32). Kita adalah anak-anak yang mudah lupa apa artinya dikasihi dan mengasihi. Karena itu Kitab Suci mengajak kita untuk terus mengingat Allah Sang kasih, yang ditunjukkan lewat anugerah Kristus. Kita pun perlu mengingatnya bersama-sama.

Kita perlu mengingat bahwa gambaran menakjubkan tentang kasih dalam 1 Korintus 13, yang begitu sering dibacakan dalam upacara pernikahan, pada awalnya ditujukan kepada komunitas, yang diajak dan dipanggil untuk mengembangkan kasih semacam itu—bukan hanya dengan seorang yang istimewa, tetapi bersama seluruh anggota umat Allah yang berbagi hidup dengan mereka—dan yang dipanggil bersama untuk menjadi satu tubuh (12:13).

Kasih adalah anugerah sekaligus cara hidup—yang seharusnya kita pelajari supaya dijalani bersama dengan suatu komunitas yang disatukan oleh pengalaman dikasihi Allah.

Kasih adalah anugerah sekaligus cara hidup—yang seharusnya kita pelajari supaya dijalani bersama dengan suatu komunitas yang disatukan oleh pengalaman dikasihi Allah. Ketika kasih menjadi dasar hidup kita, kita dapat belajar membuang rasa iri hati, amarah, keegoisan, dan sifat membela diri yang sering kita pelihara (Ef. 4:31). Sebelumnya kita mengira semua itu dibutuhkan untuk melindungi diri kita. Itu sebelum kita sadar bahwa kita benar-benar dikasihi.

Ketika kita “berakar serta berdasar di dalam kasih”, yaitu ketika seluruh diri kita dipenuhi kasih yang “melampaui segala pengetahuan” (3:17-19), barulah kita dapat mengerti mengapa kasih adalah “jalan yang lebih utama” (1Kor. 12:31), dan yang lain tidak lagi berarti (13:3).

Dengan penuh kegembiraan dan sukacita, kita dapat memilih anugerah dan kemerdekaan dari kehidupan di dalam kasih yang dimungkinkan oleh Kristus, Penebus kita.

Monica La Rose, penulis Our Daily Bread


Baca Juga:

Seri Terang Ilahi “Menjadi Duta Kristus di Dunia Maya

Bagaimana kita dapat menjelajahi dunia maya dengan cara yang berkenan kepada Juruselamat kita?

Meski ditulis ribuan tahun lalu, Alkitab menyampaikan banyak kebenaran abadi yang dapat diterapkan dalam setiap aspek hidup kita, termasuk hikmat yang kita butuhkan dalam interaksi kita di ranah digital. Bayangkan apa yang akan terjadi jika Anda setia menjadi duta Kristus di dunia maya setiap hari!


Pelayanan Our Daily Bread Ministries di Indonesia didukung terutama oleh persembahan kasih dari para pembaca, baik individu maupun gereja di Indonesia sendiri, yang memampukan kami untuk terus membawa hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup kepada banyak orang di dalam negeri.