Sebagian besar dari kita mengenal Leonardo Da Vinci sebagai seniman abad ke-16 yang terkemuka di dunia, dengan Mona Lisa sebagai karya lukisannya yang ternama. Karya-karya Da Vinci memang dikagumi banyak orang hingga masa kini. Namun tahukah Anda, konon Da Vinci pernah berkata di akhir hidupnya, “Aku telah melecehkan Allah dan sesamaku manusia karena karya-karyaku tidak mencapai kualitas yang semestinya dicapai”. Di satu sisi, Da Vinci menyesali bahwa apa yang dikerjakan dengan tangannya belumlah maksimal. Namun di sisi lain, alangkah indahnya ketika ia melihat bahwa karya-karyanya itu sudah seharusnya dipersembahkan dengan penuh kesungguhan dan keunggulan bagi kemuliaan Allah.

Pandangan Da Vinci terhadap pekerjaannya menggemakan apa yang dinasihatkan Paulus kepada jemaat di Kolose tentang panggilan hidup orang percaya. Paulus berkata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Orang Kristen yang hidupnya telah diubahkan Tuhan akan dinilai oleh dunia lewat karya yang mereka hasilkan. Pekerjaan yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh menjadi wujud konkrit dari penyembahan dan ketaatan mereka kepada Kristus.

Karena itulah, sudah sepatutnya kita tidak memandang nilai dari suatu pekerjaan dari tinggi-rendahnya jabatan yang diemban atau besar-kecilnya gaji yang diperoleh. Di mata Allah, suatu pekerjaan menjadi bernilai ketika itu dipersembahkan kepada Allah untuk menggenapi rencana-Nya yang mulia di tengah dunia.

Baik Anda pernah atau sedang bergumul dengan makna pekerjaan Anda, unduhlah pamflet kami yang berjudul “Pekerjaan Idaman”. Kiranya dengan membacanya, Anda dimampukan untuk makin menghayati nilai pekerjaan Anda dan tidak tenggelam dalam kesibukan yang makin miskin dengan makna.

 

Melayani karena Allah,

 

Netty Susanto
Direktur Eksekutif
ODB Indonesia