Sesungguhnya seluruh generasi umat manusia telah gagal dalam menghadapi persoalan “tetap hidup”! Ketika kita ingin hidup di dunia tanpa Allah, kita sesungguhnya tengah memilih kematian selama kita menolak-Nya. Jadi tidak ada lagikah yang dapat kita lakukan? Mungkinkah ada jawaban yang lebih baik daripada sekedar pasrah.
Ketika vonis yang menakutkan itu dijatuhkan, ketika masa depan tampak suram dan serba tak pasti, masihkah kita memiliki pengharapan? Kalau iya, pengharapan apakah yang dapat kita jadikan pegangan di tengah pergumulan yang penuh ketidakpastian ini?
Apa yang kita pikirkan dan rasakan ketika musibah, bencana, atau sesuatu yang buruk melanda hidup kita? Mungkinkah kita tidak sekadar bertahan, tetapi masih berharap dan bahkan bertumbuh? Bagaimana kita masih dapat hidup dengan keyakinan di tengah dunia yang rawan dengan bahaya?
Ketika bencana telah terjadi dan kerusakan yang ditimbulkannya masih terlihat nyata, apa yang perlu orang Kristen perbuat untuk menanggapi peristiwa buruk tersebut secara alkitabiah? Apa saja yang dapat kita lakukan dengan kasih Kristus untuk menolong mereka yang menderita?
Isu klasik “orang baik bernasib buruk” telah dibahas dari masa ke masa tanpa penjelasan yang benar-benar memuaskan. Namun, di dunia yang sarat penderitaan, ada satu pengharapan abadi yang membuat kita bisa bertahan. Buklet ini menjelaskan penyebab penderitaan sekaligus solusinya.
Banyak dari kita bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi kepada kita setelah meninggal dunia. Sebagian takut mati karena tidak yakin akan ke mana. Mungkin juga kita berduka cita karena kepergian seseorang yang kita kasihi. Apakah surga itu nyata?
Keterbatasan, kekhawatiran, maupun penyakit menjadi masalah umum di usia lanjut yang kerap membatasi ruang gerak sehingga menimbulkan rasa sepi tanpa ada yang bisa mengerti. Namun, Anda tidak sendiri. Dalam buku ini diulas berbagai kepastian atas pergumulan usia senja, yang semuanya mengarah pada satu Pribadi, Kristus!
Kita pernah mengalami hari-hari ketika seluruh umat manusia di muka bumi seperti berada dalam lembah bayang-bayang maut akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Menghadapi situasi tersebut, apa saja respons yang kita berikan dan pelajaran yang kita terima, supaya kita tetap beriman kepada Allah dalam selimut bencana apa pun di masa mendatang?
Dalam banyak kebudayaan, terutama di Timur, kematian adalah sesuatu yang tabu untuk dibahas. Mengapa? Salah satunya mungkin karena persepsi bahwa kematian adalah sesuatu yang buruk dan menakutkan. Melalui buklet ini, kita akan melihat bahwa jalan yang dianggap gelap itu sebenarnya terang, bila dilalui bersama Yesus.