Month: Mei 2016

Damai yang Mengalir

Aku tak heran kamu sanggup memimpin retret,” ujar seorang kenalan saya. “Kamu memiliki aura yang bagus.” Saya kaget sekali-gus senang dengan komentarnya, karena saya menyadari bahwa apa yang dilihatnya sebagai “aura” pada diri saya sebenarnya adalah damai sejahtera dari Kristus. Ketika kita mengikut Yesus, Dia memberi kita damai sejahtera yang melampaui segala akal (Flp. 4:7) dan memancar dari dalam diri—meski kita mungkin tidak menyadarinya.

Seperti Domba

Ketika tinggal bersama kakek di Ghana bagian utara, salah satu tugas saya sehari-hari adalah memelihara domba. Setiap pagi saya membawa sekawanan domba ke padang rumput dan membawa mereka kembali di sore hari. Itulah pertama kalinya saya menyadari betapa keras kepalanya domba itu. Contohnya, jika domba melihat ada lahan pertanian, seketika itu juga naluri domba itu menggerakkannya masuk ke lahan tersebut. Tindakan domba-domba itu sempat beberapa kali membuat saya bermasalah dengan sejumlah petani.

Ketika Pepohonan Bersemi

Di tengah musim dingin yang bersalju dan membeku, harapan akan datangnya musim semi telah menguatkan kami yang tinggal di Michigan, Amerika Serikat. Bulan Mei menjadi jawaban dari penantian itu. Perubahannya begitu menakjubkan. Dahan pohon yang tadinya kering pada awal Mei mulai berubah menjadi ranting yang akan ditumbuhi daun-daun hijau lebat di akhir bulan. Meski dari hari ke hari perubahannya nyaris tak terlihat, tetapi pada akhir Mei, pepohonan di halaman telah berubah dari keabu-abuan menjadi kehijauan.

Tak Perlu Khawatir

Suatu penerbangan yang semula nyaman tiba-tiba mulai meng-alami guncangan. Suara pilot terdengar menyela layanan bagi penumpang dan meminta penumpang untuk memasang sabuk keselamatan mereka. Tidak lama kemudian pesawat itu mulai meluncur dan terguncang seperti kapal di tengah samudera yang dihempas angin kencang. Sementara para penumpang yang lain berusaha sebaik mungkin menghadapi guncangan tersebut, seorang gadis kecil terlihat duduk dengan tenang di tengah semua itu sambil membaca bukunya. Setelah pesawat mendarat, ada yang bertanya mengapa ia bisa begitu tenang. Gadis itu menjawab, “Ayahku pilotnya dan ia sudah berjanji akan mengantarku selamat sampai tujuan.”

Mengapa Aku?

Rut adalah orang asing. Ia seorang janda miskin. Di banyak tempat di dunia ini, orang seperti Rut tidak akan dianggap—seseorang yang masa depannya suram dan tak berpengharapan.