Warisan Kehidupan
Ketika menginap di sebuah hotel di suatu kota kecil, saya melihat gereja di seberang jalan sedang mengadakan kebaktian. Gereja sudah begitu penuh tetapi masih ada sekerumunan orang dari muda sampai tua berdiri di luar gereja sampai ke trotoar. Setelah melihat sebuah mobil jenazah diparkir di pinggir jalan, barulah saya menyadari bahwa itu adalah kebaktian penghiburan. Melihat banyaknya orang di situ, saya mengira kebaktian tersebut diadakan untuk mengenang hidup dari seorang tokoh yang berjasa besar di daerah itu—mungkin seorang pengusaha kaya atau orang terkenal. Karena penasaran, saya bertanya kepada petugas hotel, “Banyak sekali orang yang datang ke kebaktian itu; pastilah yang meninggal itu orang terkenal di kota ini.”
Bapamu Mengetahui
Umur saya baru empat tahun saat berbaring bersama ayah di atas tikar pada suatu malam yang gerah di musim panas. (Saat itu ibu dan adik saya yang masih bayi tidur di kamar). Kami tinggal di wilayah utara Ghana yang cuacanya sangat kering. Keringat membasahi tubuh saya, dan panasnya cuaca membuat kerongkongan kering. Saya merasa sangat haus dan membangunkan ayah. Di tengah malam yang panas itu, ayah pun bangun dan menuangkan air dari sebuah kendi untuk menghilangkan rasa haus saya. Sepanjang hidup saya, sama seperti yang dilakukannya pada malam itu, ayah telah mencontohkan gambaran seorang bapa yang penuh perhatian. Ia menyediakan apa yang saya perlukan.
Saat Kita Tak Mengerti
Meskipun setiap hari saya bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan saya, masih banyak hal yang tidak saya mengerti tentang cara kerjanya. Saya hanya menyalakan komputer, membuka dokumen dari program Word, dan mulai menulis. Namun ketidakmampuan saya untuk memahami fungsi dari microchips, cakram keras, koneksi Wi-Fi, dan tampilan berwarna tidak menghalangi saya untuk memperoleh manfaat dari teknologi.
Membentuk Pikiran Anda
Ketika Marshall McLuhan menciptakan istilah “the medium is the message” (media adalah pesan itu sendiri) pada tahun 1964, komputer pribadi belum ditemukan, ponsel hanya ada dalam kisah-kisah fiksi, dan Internet belum ada. Sekarang kita memahami betapa tepatnya McLuhan meramalkan bagaimana cara berpikir kita dipengaruhi di era digital ini. Dalam buku The Shallows: What the Internet is Doing to Our Brains (Dangkal: Dampak Internet terhadap Otak Kita), Nicholas Carr menulis, “[Media] menyediakan bahan pemikiran, tetapi juga membentuk proses berpikir. Dan yang dilaku-kan Internet adalah mengikis kemampuan saya untuk berkonsentrasi dan merenung. Baik ketika sedang online atau tidak, sekarang pikiran saya menuntut untuk menyerap informasi seperti cara Internet menyebarluaskannya, yaitu dalam arus potongan-potongan kecil yang terus bergerak dengan sangat cepat.”