. . . terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka. —Matius 27:51-52
Gelap gulita di siang bolong adalah keajaiban pertama dari enam mukjizat yang terjadi selama penyaliban Yesus (MATIUS 27:45). Inilah awal dari serangkaian peristiwa ilahi yang menandai kematian Yesus Kristus. Kedua, tabir Bait Suci secara ajaib terbelah dua dari atas sampai bawah. Mukjizat ketiga, gempa bumi dan terbelahnya bukit-bukit batu (AY.51), yang keempat adalah terbukanya sejumlah kuburan di sekitar situ (AY.52). Tanda ajaib kelima adalah kubur kosong, dan yang terakhir ialah kebangkitan orang-orang kudus yang telah meninggal (AY.53). Semua itu merupakan enam mukjizat Golgota yang terkait langsung dengan kematian Yesus Kristus.
Beberapa mukjizat terjadi di langit, sebagian lainnya di atas bumi, tetapi semuanya membentuk sekumpulan mukjizat khusus—setiap tanda tersebut memiliki peranan dalam keajaiban karya penebusan kekal Kristus. Masing-masing mujizat, dengan caranya yang istimewa, menjelaskan makna dan tujuan dari kesengsaraan Juruselamat kita. Secara keseluruhan, keenam mukjizat itu menyertai Kristus dalam kematian-Nya dan meneguhkan fakta penebusan kita.
Bab ini akan mengulas mukjizat Golgota yang keempat—kubur-kubur terbuka. Pekuburan yang terusik itu mempunyai tempat yang istimewa di antara mukjizat lainnya, yakni sebagai puncak dari semua mukjizat sebelumnya, bahkan menjadi pendahulu bagi keajaiban yang terjadi setelahnya. Lihatlah beberapa fakta yang dipaparkan dalam kitab Injil. “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (MATIUS 27:50-52).
Tampak jelas bahwa kubur-kubur itu terbuka karena gempa bumi. Kemungkinan besar, kebanyakan kubur itu terletak di Golgota atau sekitarnya. Gempa bumi itu tampaknya sangat dahsyat pada titik pusatnya—yaitu di tempat kematian Yesus yang mengenaskan. Tentu ada pekuburan yang terletak di dekat Golgota karena Yesus juga dimakamkan di sekitar situ dalam kubur milik Yusuf (YOHANES 19:41-42).
Tempat Kejadian
Lokasi terjadinya kebangkitan tadi adalah hal yang penting. Jika mukjizat tersebut diadakan sebagai kesaksian atas kuasa kematian Kristus, maka pekuburan itu harus terletak di sekitar tempat penyaliban. Petunjuk lain bahwa kubur-kubur itu tak jauh dari Yerusalem adalah fakta bahwa ketika orang-orang kudus tersebut bangkit, mereka segera memasuki Yerusalem (MATIUS 27:53).
Secara tersirat, tampaknya masuk akal bahwa kuburan ini berupa kubur batu, gua yang digali di bukit batu, dan pintu masuknya ditutup dengan batu besar pada mulut gua. Kita bisa menyimpulkannya karena Alkitab mengatakan “bukit-bukit batu terbelah” berdampingan dengan “kuburan-kuburan terbuka.”
Kelihatannya, kubur yang terbuka terkait erat dengan terbelahnya bukit batu, lantas mengapa dua peristiwa itu disebutkan secara terpisah? Alasannya adalah karena ada perbedaan mencolok antara keduanya. Terbelahnya bukit-bukit batu menunjukkan adanya kekuatan alamiah yang bekerja, sedangkan terbukanya kubur menunjukkan adanya maksud ilahi yang hendak dicapai. Bukit batu yang terbelah itu sendiri tidak menyatakan apa pun tentang masa depan. Namun, kubur terbuka ibarat buah sulung yang menandai kemuliaan kebangkitan yang akan datang.
Peristiwa gempa bumi sendiri bukan sekadar cara untuk membuka kubur-kubur itu melainkan sebuah mukjizat tersendiri yang juga memiliki makna. Demikian pula terbukanya kubur bukan sekadar dampak wajar dari gempa bumi melainkan sebuah peristiwa dengan makna dan tujuan khusus. Kubur yang terbuka merupakan akibat langsung gempa bumi, seperti gempa bumi adalah akibat langsung dari seruan kemenangan Kristus di atas kayu salib. Demikian pula terbukanya kubur adalah hasil dari seruan itu. Pada saat Yesus wafat, kuburan pun terbuka.
Semua kitab Injil menceritakan momen-momen kematian Yesus yang terjadi sesaat sebelum gempa bumi. Tiga di antaranya menuliskan bahwa Yesus berseru dengan suara nyaring (MATIUS 27:50; MARKUS 15:37; LUKAS 23:46), sementara Yohanes mencatat bahwa saat itu Yesus berseru, “Sudah selesai.” Kristus telah menuntaskan tugas-Nya untuk memperdamaikan manusia dengan Allah.