Kita sudah membahas tentang status orang percaya yang memiliki kewarganegaraan ganda. Seperti dua sisi mata uang, di satu sisi kita adalah warga kerajaan Allah, pada sisi yang lain kita adalah warga negara di dunia (Filipi 3:20; 1 Petrus 2:11). Masing-masing peran memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sehingga kita didorong untuk menjalaninya dengan penuh kesadaran dan kesetiaan.

Rasul Paulus memberikan contoh yang sangat jelas lewat nasihatnya agar orang Kristen menghormati dan patuh kepada pemerintah dengan alasan bahwa pemerintah ditetapkan oleh Allah sendiri (Roma 13:1-2). Tanpa bermaksud menafikan betapa korup dan kejamnya pemerintahan para kaisar pada masa itu, Paulus nampaknya berusaha membangun kesadaran orang percaya untuk memahami kekuatan sikap dan perbuatan baik di tengah dunia dan pemerintahan yang jahat. Ada dua alasan yang dikemukakan Paulus, pertama menghindari murka Allah dan kedua adalah suara hati kita (Roma 13:5).

Suara hati atau hati nurani adalah karunia Allah bagi setiap orang untuk memahami apa yang benar dan salah. Sayangnya, dosa merusak sistem nilai yang terdapat dalam hati nurani manusia. Syukurlah, Ibrani 9:14 menyampaikan fakta penting ini, “darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahka diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita”. Hati nurani orang percaya dimampukan untuk memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Timotius 2:4). Pengetahuan akan kebenaran inilah modal utama bagi orang percaya untuk menjadi hati nurani bangsa.

Berperan sebagai hati nurani bangsa dan berpegang pada kebenaran yang kita yakini memang tidak mudah, bahkan sangat mungkin mendapatkan penolakan dan tekanan. Namun, panggilan tersebut memperlihatkan betapa pentingnya peranan orang percaya di tengah bangsa ini, karena sesungguhnya dengan menjalankan panggilan tersebut kita sedang mempertanggungjawabkan pengharapan yang ada pada kita (lihat 1 Petrus 3:15-17). Panggilan ini bukanlah panggilan yang mengada-ada, tetapi suatu panggilan khusus dan istimewa dari Allah atas orang percaya.

Alm. Dr. J. Leimena, salah seorang negarawan yang dikenal teguh dalam imannya, menawarkan gagasan tentang suatu masyarakat yang menjunjung dan menghargai sikap serta tindakan yang didasarkan pada kasih kepada sesama manusia. Di tengah masyarakat yang plural seperti Indonesia, orang percaya yang hidup dalam kasih dan hati nurani yang murni akan membawa pengaruh ilahi kepada kehidupan masyarakat dan bangsa kita. Kuncinya, kita hidup dalam keyakinan dan ketaatan yang teguh kepada Allah dan berusaha menjadi teladan dalam perbuatan baik. Inilah makna sesungguhnya dari panggilan menjadi hati nurani bangsa.

Untuk direnungkan
Apakah pengetahuan akan kebenaran yang Allah anugerahkan kepada orang percaya semakin mendorong Anda untuk berjuang menerapkan kebenaran di tengah masyarakat yang majemuk sekarang ini? Apa saja tantangan yang Anda hadapi dalam perjuangan Anda tersebut?

Pemikiran Dr. Johannes Leimena dapat dibaca lebih lanjut dalam “Negarawan Sejati & Politisi Berhati Nurani” oleh Victor Silaen; Jakarta : PT BPK Gunung Mulia dalam kerja sama dengan Panitia Mengenang 100 Tahun Dr. Johannes Leimena