Penulis

Lihat Semua
Adam R. Holz

Adam R. Holz

Author is Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Quisque pellentesque, elit dictum eleifend luctus, massa risus auctor erat, ut porttitor odio urna ac eros. Vestibulum sodales sagittis sodales. Donec sed sodales tortor. Vivamus a nisl ante. Quisque consectetur nec nisl eget commodo. Interdum et malesuada fames ac ante ipsum primis in faucibus. Sed quis arcu metus.2

Artikel oleh Adam R. Holz

Mengendap-endap dengan Dosa

Anjing kami Winston tahu bahwa ia tidak boleh menggigit sepatu. Jadi ia pun menggunakan siasat, yaitu mengendap-endap. Jadi, kalau Winston sudah mengincar sepatu yang tidak bertuan, ia akan berjalan santai mendekati sepatu itu, menyambarnya, lalu terus berjalan. Mengendap-endap. Seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan terus melenggang ke luar jika tidak ada yang memperhatikan. Anak saya yang menyadarinya akan berujar, “Ma, Winston baru saja mengendap-endap dengan sepatu Mama ke luar rumah.”

Injil di Tempat-Tempat Tak Terduga

Belum lama ini, saya berada di tempat yang sering saya lihat di film dan televisi: Hollywood, California. Di sana, di kaki bukit Los Angeles, dari jendela kamar hotel, saya melihat tulisan besar berwarna putih itu berjajar dengan megah di lereng bukit.

Bagaimana Cara Saya Mengemudi?

“ARRRGH!” teriak saya saat truk bengkel itu tiba-tiba menyalip jalan saya. Lalu saya melihat pada truk itu sebuah kalimat bertuliskan: “Bagaimana Cara Saya Mengemudi?” lengkap dengan nomor telepon. Saya langsung mengambil ponsel dan menghubungi nomor itu. Seorang wanita menanyakan alasan saya menelepon, dan saya menumpahkan semua uneg-uneg saya. Ia mencatat nomor truk itu, lalu dengan nada lelah berkata, “Tahukah Anda, Anda juga bisa menelepon untuk memberitahukan bahwa pengemudi kami mengemudikan mobilnya dengan baik.”

Menyirami Ilalang

Musim semi kali ini, ilalang merajalela di pekarangan belakang rumah kami hingga membuatnya seperti hutan dalam film Jurassic Park. Begitu besarnya salah satu ilalang sehingga saat saya berusaha mencabutnya, saya khawatir akan mencederai diri sendiri. Sebelum sempat mengambil sekop untuk mencungkilnya, saya melihat putri saya justru menyirami ilalang itu. “Kenapa kamu menyiraminya?” sergah saya. “Aku ingin melihat sebesar apa tumbuhnya nanti!” jawabnya sambil nyengir nakal.

Kasih Karunia yang Mengalami "Reboot"

Selama beberapa dekade terakhir, sebuah kata baru muncul dalam kosakata perfilman, yakni reboot. Dalam dunia sinema, reboot berarti mengambil sebuah cerita lama untuk kemudian dibuat ulang dengan versi baru. Beberapa reboot menceritakan ulang sebuah kisah yang sudah dikenal luas, seperti kisah jagoan super atau dongeng. Reboot yang lain menggunakan cerita yang kurang dikenal dan mengisahkannya kembali dengan cara berbeda. Namun, setiap reboot adalah upaya untuk memulai kembali. Itulah awal yang baru, seperti kesempatan untuk meniupkan napas hidup yang baru ke dalam sesuatu yang lama.

Disucikan Sepenuhnya

Baru-baru ini, saat saya dan istri membersihkan rumah untuk menyambut kedatangan tamu, saya menemukan beberapa noda gelap pada lantai keramik dapur kami yang berwarna putih. Saya sampai harus berjongkok untuk menggosok noda-noda ini.

Bau Tidak Enak

Pada suatu pagi bertahun-tahun lalu, anak bungsu saya turun menghampiri saya yang sedang duduk. Ia langsung berlari dan duduk di pangkuan saya. Saya memeluknya, mengecup kepalanya dengan lembut, dan ia pun menjerit senang. Namun, kemudian ia mengernyit, mengerutkan hidung, dan menatap cangkir kopi saya dengan pandangan menuduh. “Papa,” katanya serius. “Aku sayang Papa, aku suka Papa, tapi aku tidak suka bau Papa.”

Kasih Karunia di Tengah Kekacauan 

Saya sudah hampir terlelap ketika tiba-tiba tersentak bangun. Dari ruang bawah tanah, anak lelaki saya memetik gitar listriknya dengan suara nyaring. Dinding-dinding rumah bergetar. Tidak ada kedamaian. Tidak ada ketenangan. Tidur pun terganggu. Beberapa waktu kemudian, terdengar musik lain yang mengalun lembut: anak perempuan saya memainkan lagu “Ajaib Benar Anugerah” dengan piano.

Ikut Bertanding

Menurut data dari statista.com, rata-rata masa karier pemain football di liga nasional cukup singkat, yakni 3,3 tahun. Namun, di tahun 2021, Tom Brady, salah satu gelandang terbaik di liga, memasuki musim ke-22 dalam kariernya pada umur empat puluh empat tahun. Bagaimana mungkin? Bisa jadi, itu berkat diet ketat dan rutinitas latihan yang mengasah insting kompetitifnya. Tujuh gelar Super Bowl yang diperoleh Brady telah membuatnya dijuluki pemain terbaik sepanjang masa. Namun, semua itu tidak mungkin dapat diraihnya jika ia tidak membuat fokus untuk mengejar kesempurnaan dalam permainan football itu mempengaruhi seluruh arah hidupnya.