Mengatasi Masa-Masa Sulit
Anne hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Dua saudara kandungnya meninggal saat masih bayi. Pada usia lima tahun, Anne terserang penyakit mata yang membuatnya mengalami kebutaan parsial dan tidak dapat membaca serta menulis. Saat ia berumur delapan tahun, ibunya meninggal dunia karena tuberkulosis. Tidak lama kemudian, ayahnya yang kejam meninggalkan ketiga anaknya. Si bungsu dikirim untuk tinggal bersama kerabat, sementara Anne dan saudaranya, Jimmie, tinggal di sebuah rumah penampungan yang bobrok dan penuh sesak. Beberapa bulan kemudian, Jimmie meninggal.
Hasil yang Tak Ternilai
Selama tiga tahun, pada setiap hari sekolah, Colleen mengenakan kostum atau topeng yang berbeda-beda untuk menyambut anak-anaknya saat mereka turun dari bus sekolah. Hal itu menghibur semua penumpang—termasuk sopir bus: “Ia membuat anak-anak di bus saya sangat senang, sungguh luar biasa. Saya suka sekali.” Anak-anak Colleen juga setuju.
Di dalam Taman
Ayah saya senang berada di alam terbuka untuk berkemah, memancing, dan berburu bebatuan. Ia juga senang bekerja di pekarangan dan kebun, meski hal itu membutuhkan kerja keras! Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memangkas, mencangkul, menanam benih atau bunga, mencabuti rumput liar, memotong rumput, serta menyirami pekarangan dan kebunnya. Hasilnya memang sepadan—halaman rumput yang rapi, tomat yang segar, dan mawar yang cantik. Setiap tahun Ayah memangkas tanaman mawar sampai pendek mendekati tanah, dan setiap tahun juga tanaman bunga itu akan tumbuh kembali—memenuhi indra dengan aroma dan keindahannya.
Perbuatan Baik
Berbulan-bulan setelah mengalami keguguran, Valerie memutuskan untuk menjual barang-barang yang dimilikinya. Gerald, seorang tetangga jauh yang bekerja sebagai pengrajin, dengan penuh semangat membeli tempat tidur bayi yang dijual Valerie. Selama di sana, istri Gerald mengetahui tentang kehilangan yang dialami Valerie. Setelah mendengar situasi Valerie dalam perjalanan pulang, Gerald pun memutuskan untuk membuatkan sebuah kenang-kenangan kerajinan dari tempat tidur bayi tersebut. Seminggu kemudian, dengan berlinang air mata ia mempersembahkan sebuah bangku yang indah kepada Valerie. “Ada banyak orang baik di luar sana, dan inilah buktinya,” tutur Valerie.
Menghadapi Kekecewaan
Setelah mengumpulkan uang sepanjang tahun untuk sebuah perjalanan istimewa, para pelajar kelas tiga dari sebuah SMA di Oklahoma dibuat terkejut begitu tiba di bandara. Mereka baru menyadari bahwa sebagian besar dari mereka telah membeli tiket dari sebuah perusahaan gadungan yang mengaku sebagai maskapai penerbangan. “Benar-benar menyedihkan,” kata salah satu staf administrasi sekolah. Namun, meskipun para pelajar itu terpaksa harus mengubah rencana, mereka memutuskan untuk “memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya.” Sebuah objek wisata di dekat situ telah menyumbangkan tiket masuknya dengan cuma-cuma, dan anak-anak pelajar itu pun dapat menikmati wahana di dalamnya selama dua hari.
Pilihan Kita Berarti
Suatu hari, seorang instruktur renang di New Jersey melihat sebuah mobil tenggelam di Teluk Newark. Ia mendengar si pengemudi berteriak, “Tolong, saya tidak bisa berenang!” di saat mobilnya terus tenggelam dalam air yang keruh. Sementara orang banyak menonton dari pinggir, Anthony berlari ke arah bebatuan di sepanjang tepian, melepaskan kaki palsunya, dan melompat ke air untuk menyelamatkan pengemudi berusia enam puluh delapan tahun serta menolongnya sampai ke pantai dengan selamat. Berkat keputusan Anthony yang penting, nyawa seseorang pun terselamatkan.
Tertawa Terbahak-bahak
Komedian John Branyan pernah berkata, “Tawa bukanlah hasil pemikiran manusia; itu bukan ide kita. Tawa diberikan kepada kita [oleh Allah] yang tahu bahwa kita akan membutuhkannya dalam menjalani kehidupan. [Karena] Dia tahu kita akan menanggung penderitaan, Dia tahu kita akan menghadapi berbagai pergumulan, Dia tahu . . . banyak hal akan terjadi. . . . Tawa adalah anugerah.”
Allah Mendengarkan
Chuck, seorang aktor dan ahli bela diri, memberikan penghormatan kepada ibunya pada ulang tahun beliau yang ke-100, dengan menceritakan peranan besar sang ibu dalam transformasi rohani yang dialaminya. “Ibu telah menjadi teladan dalam ketekunan dan iman,” tulisnya. Beliau membesarkan tiga putranya seorang diri pada masa Depresi Besar; melewati kematian dua orang suami, seorang putra, seorang putra tiri, dan cucu-cucu; serta bertahan menjalani banyak pembedahan. “[Beliau] selalu berdoa untukku di sepanjang hidupku, dalam susah maupun senang.” Chuck melanjutkan, “Ketika aku hampir tersesat dalam pergaulan di Hollywood, jauh di rumah Ibu mendoakan kesuksesan dan keselamatanku.” Ia mengakhiri dengan berkata, “Aku berterima kasih kepada [ibuku] yang telah dipakai Allah untuk menjadikanku sebagaimana adanya diriku saat ini.”
Teruslah Berbicara tentang Yesus!
Dalam sebuah wawancara, seorang musikus yang juga seorang percaya, bercerita bagaimana ia pernah didesak untuk “berhenti berbicara tentang Yesus” terlalu sering. Mengapa? Mereka menganggap grup musiknya bisa lebih terkenal dan menghasilkan lebih banyak uang untuk memberi makan orang miskin jika ia berhenti mengatakan bahwa semua karyanya adalah untuk Yesus. Setelah memikirkan hal tersebut, musikus itu memutuskan, “Tujuan saya bermusik adalah untuk membagikan iman saya dalam Kristus. . . . Jadi tidak mungkin [saya] diam.” Ia berkata bahwa “dalam hati[nya] ada panggilan yang berkobar-kobar untuk memberitakan tentang Yesus.”