Seperti Anak Kecil
Seorang anak kecil menari dengan riang dan anggun mengikuti alunan musik pujian. Hanya ia sendiri di lorong ruang kebaktian itu, tetapi ia tidak peduli. Ia terus berputar, melambai-lambaikan kedua tangannya, dan mengayunkan kaki-kakinya sesuai irama. Sang ibu hanya tersenyum melihat tingkah putrinya dan tidak berusaha menghentikannya.
Mengikuti Pimpinan-Nya
Saat masih anak-anak, saya selalu menantikan kebaktian hari Minggu sore di gereja kami. Ibadah Minggu sore terasa sangat menyenangkan, karena mimbar gereja kami sering diisi oleh para misionaris dan pembicara tamu lainnya. Isi khotbah mereka menggugah iman saya karena kerelaan mereka untuk meninggalkan keluarga dan sahabat—dan ada juga yang meninggalkan rumah, harta, dan karier—untuk pergi ke tempat-tempat yang asing dan terkadang berbahaya demi melayani Allah.
Pertemanan yang Unik
Teman-teman saya di Facebook sering mengunggah video pertemanan antarbinatang yang unik dan menarik. Baru-baru ini saya menonton video tentang anak anjing dan babi yang tak terpisahkan, pertemanan antara rusa dan kucing, serta tentang orang utan yang menjadi induk beberapa anak harimau.
Sukacita
Saya semakin mendekati fase baru dalam hidup saya. Saya mulai merasakan berbagai kesulitan yang menyertai usia senja, tetapi syukurlah, saya masih dapat mengatasinya. Meskipun tahun demi tahun berlalu dengan begitu cepat dan adakalanya saya ingin memperlambat waktu, saya masih memiliki sukacita yang terus menopang saya. Setiap hari adalah hari baru yang diberikan Tuhan untuk saya. Bersama pemazmur, saya dapat mengatakan, “Sungguh baiklah bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan memuji Engkau, Allah Yang Mahatinggi; mewartakan kasih-Mu di waktu pagi, dan kesetiaan-Mu di waktu malam” (Mzm. 92:2-3 bis).
Yesus Sayang Padaku
Ketika adik saya Maysel masih kecil, ia suka menyanyikan lagu favoritnya dengan caranya sendiri: “Jesus loves me, this I know, for the Bible tells Maysel” (Yesus sayang padaku, Alkitab mengajar Maysel). Saya sangat jengkel mendengarnya! Sebagai kakak yang “lebih tahu”, saya tahu bahwa lirik lagu yang benar adalah “for the Bible tells me so” (Alkitab mengajarku), bukan “tells Maysel”. Namun, adik saya terus saja menyanyikan lagu itu sekehendak hatinya.
Kasih yang Besar
Baru-baru ini, kami menjemput Moriah, cucu perempuan kami yang berusia 22 bulan, untuk bermalam pertama kalinya tanpa kakak-kakak lelakinya. Kami mencurahkan kasih sayang dan perhatian total kepada Moriah. Kami ikut melakukan semua aktivitas yang ia sukai. Keesokan harinya, setelah mengantar Moriah pulang, kami pamit dan melangkah menuju pintu. Saat itu juga, tanpa mengucapkan apa-apa, Moriah meraih tas yang dibawanya menginap (yang masih tergeletak di dekat pintu) dan kembali mengikuti kami keluar.
Beban Masa Lalu
Dalam perjalanan menuju kantor, saya mendengarkan lagu “Dear Younger Me” (Hai Diriku di Masa Lalu). Dengan indah, sang penyanyi bertanya: Seandainya Anda bisa kembali ke masa lalu, apa yang akan Anda katakan kepada diri Anda sendiri? Saya pun terpikir tentang segala peringatan dan petuah yang bisa saya berikan kepada diri saya yang masih muda dan belum berpengalaman. Banyak dari kita tentu pernah terpikir tentang hal-hal tertentu di masa lalu yang dapat kita lakukan dengan cara yang berbeda—seandainya saja ada kesempatan untuk mengulang kembali semua itu.
Secercah Firdaus
Saat menatap keluar dari jendela yang terbuka di ruang kerja saya, saya mendengar kicauan burung-burung dan mendengar serta melihat tiupan angin yang lembut menerpa pepohonan. Ikatan-ikatan jerami menghiasi ladang tetangga yang baru saja digarap. Awan-awan putih dan besar berarak mewarnai langit biru yang cerah.
Dukacita Menjadi Sukacita
Kandungan Kelly mengalami komplikasi, dan para dokter menjadi khawatir. Karena lamanya proses persalinan, dokter memutuskan untuk melakukan operasi sesar. Meski menyakitkan, Kelly segera melupakan rasa sakit itu ketika ia menggendong putranya yang baru lahir. Sukacita menggantikan rasa sakitnya.