Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Amy Boucher Pye

Perintah Baru untuk Mengasihi

Pada hari Kamis Putih (Maundy Thursday), sehari sebelum Jumat Agung, anggota keluarga kerajaan Inggris biasanya membagi-bagikan hadiah kepada warga masyarakat yang berkekurangan. Tradisi yang bermula dari abad ke-13 itu didasarkan pada kata maundy, yang terambil dari kata Latin mandatum atau “perintah”. Yang diperingati adalah perintah baru yang diberikan Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya pada malam sebelum Dia disalibkan: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34).

Mengasihi Musuh Kita

Meski Perang Saudara Amerika Serikat telah menimbulkan banyak kepahitan, Presiden Abraham Lincoln merasa perlu mengucapkan kata-kata yang baik tentang pihak Konfederasi Selatan yang kalah perang. Seseorang yang terkejut mendengarnya lalu bertanya bagaimana mungkin beliau melakukan hal itu. Lincoln menjawab, “Nyonya, tidakkah aku telah menghancurkan permusuhan ketika aku menjadikan mereka sahabatku?” Saat merenungkan kata-kata tersebut seabad kemudian, Martin Luther King Jr. berkata, “Itulah kekuatan kasih yang membawa penebusan.”

Firman Allah yang Mengubahkan

Ketika Kristin ingin membelikan sejilid buku istimewa untuk Xio-Hu, suaminya yang berdarah Tionghoa, satu-satunya buku berbahasa Mandarin yang dapat ia temukan adalah Alkitab. Meski keduanya bukan orang percaya, Kristin berharap Xio-Hu akan menghargai pemberiannya itu. Ketika pertama kali melihat Alkitab tersebut, Xio-Hu marah, tetapi akhirnya ia menerimanya juga. Saat membacanya, Xio-Hu pun diyakinkan oleh kebenaran yang dinyatakan di dalamnya. Kristin yang kesal karena perubahan tidak terduga itu akhirnya ikut membaca Alkitab dengan maksud untuk menyanggah Xio-Hu. Akan tetapi, tanpa diduga, Kristin sendiri akhirnya menjadi percaya kepada Tuhan Yesus setelah diyakinkan oleh apa yang ia baca.

Pekerja Allah

Dalam sebuah kamp pengungsi di Timur Tengah, Reza menerima sejilid Alkitab yang kemudian membawanya untuk mengenal Yesus dan percaya kepada-Nya. Doa pertamanya dalam nama Kristus adalah, “Pakai aku menjadi pekerja-Mu.” Di kemudian hari, setelah meninggalkan kamp, Allah menjawab doa Reza ketika tanpa disangka-sangka ia mendapat pekerjaan di suatu organisasi kemanusiaan. Ia pun kembali ke kamp pengungsi yang dahulu dihuninya untuk melayani orang-orang yang dikenal dan dikasihinya. Reza mendirikan klub olahraga, mengadakan kelas-kelas bahasa, dan memberikan bantuan hukum—“apa pun yang dapat memberikan pengharapan kepada mereka.” Ia memandang program-program tersebut sebagai sarana untuk melayani orang lain sekaligus membagikan hikmat dan kasih Allah.

Satu Saja yang Perlu

Pada suatu akhir pekan di bulan Maret, saya memimpin retret dengan tema dari kisah Maria dan Marta, kakak beradik di Betania yang dikasihi Yesus bersama saudara mereka Lazarus (Yoh. 11:5). Retret itu diadakan di sebuah tempat terpencil yang berada di tepi pantai Inggris. Ketika salju tiba-tiba turun dan kami tidak bisa ke mana-mana, banyak peserta berkomentar bahwa satu hari tambahan itu membuat mereka bisa belajar untuk duduk di kaki Kristus seperti yang dilakukan Maria. Mereka ingin mengejar “satu [hal] yang perlu” (Luk. 10:42) yang dengan penuh kasih diminta Yesus dari Marta, yaitu pilihan untuk mendekat dan belajar dari-Nya.

Allah yang Penuh Kejutan

Ruang konferensi berubah menjadi remang-remang, dan ribuan mahasiswa pun menundukkan kepala saat pembicara memimpin kami dalam doa komitmen. Sewaktu beliau mengundang berdiri orang-orang yang merasa terpanggil untuk melayani dalam pelayanan misi di luar negeri, saya merasakan teman saya, Lynette, meninggalkan tempat duduknya. Saya tahu ia pernah berjanji untuk tinggal dan melayani di Filipina. Namun, saya tidak merasakan dorongan untuk berdiri. Saya melihat kebutuhan di Amerika Serikat, tanah kelahiran saya, dan ingin membagikan kasih Allah di sini. Namun, sepuluh tahun kemudian, saya pun menetap di Inggris dan berusaha melayani Allah di antara orang-orang yang ditempatkan-Nya di sekitar saya. Bayangan saya tentang jalan hidup yang akan saya jalani berubah ketika saya menyadari bahwa Allah mengundang saya ke dalam sebuah petualangan yang jauh berbeda dari yang saya kira sebelumnya.

Terbebas dari Perbudakan

“Anda seperti Musa, membawa kami keluar dari perbudakan!” seru Jamila. Sebagai seorang pemanggang bata di Pakistan, Jamila dan keluarganya menderita karena terikat oleh besarnya utang mereka kepada pemilik tempat pembakaran. Mereka memakai sebagian besar pendapatan mereka untuk membayar bunga utangnya saja. Sewaktu sebuah lembaga nirlaba memberikan hibah yang membebaskan mereka dari utang tersebut, mereka merasa sangat lega. Dalam ucapan terima kasihnya kepada perwakilan lembaga untuk pembebasan mereka, Jamila, yang telah percaya kepada Yesus, merujuk kepada kisah pembebasan dari perbudakan yang telah Allah lakukan bagi Musa dan bangsa Israel.

Dipenuhi Roh

Penulis Scot McKnight bercerita tentang pengalamannya “dipenuhi Roh” ketika ia masih duduk di bangku SMA. Pada suatu acara retret, pembicara menantangnya untuk menjadikan Yesus sebagai raja dalam hidupnya dengan berserah kepada Roh Kudus. Kemudian, Scot duduk di bawah sebatang pohon dan berdoa, “Bapa, ampunilah dosa-dosaku. Roh Kudus, tinggallah di dalamku dan penuhilah aku.” Sesuatu yang besar terjadi, kata Scot. “Sejak saat itu hidupku benar-benar berbeda. Tidak sempurna, tetapi berbeda.” Ia pun mempunyai kerinduan besar untuk membaca Alkitab, berdoa, bersekutu dengan orang percaya lainnya, dan melayani Allah. 

Iman Timbul dari Pendengaran

Ketika Pendeta Bob mengalami cedera yang mempengaruhi suaranya, ia pun memasuki masa lima belas tahun yang penuh krisis dan depresi. Apa yang dapat dilakukan seorang pendeta yang tidak dapat berbicara? begitu pikirnya. Ia terus berkutat dengan pertanyaan itu, sambil mencurahkan kesedihan dan kebingungannya kepada Allah. Ia pun merenung, “Hanya satu yang aku tahu harus kulakukan—mencari firman Tuhan.” Setelah beberapa saat lamanya ia mengambil waktu membaca Alkitab, kasihnya kepada Allah semakin bertumbuh: “Saya telah menyerahkan hidup saya untuk menyerap dan memenuhi diri saya dengan Kitab Suci, karena iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Allah.”